"Vann tunggu, dengerin penjelasan aku dulu Van!" ucap Dhevan sambil mencegah tangan Vania. Setelah Vania keluar, Dhevan segera mengejarnya untuk memberikan penjelasan.
Vania yang merasa tangannya dicegah membalikkan badan sambil melipat tangannya di dada. Ia menatap Dhevan dengan tatapan malas.
"Apa? Kamu mau jelasin apa ke aku?"
"Mmm, aku mau minta maaf.. Aku bukan Dhevan yang dulu.." Ucap Dhevan memelas. Kemudian ia berlutut sambil memegang tangan Vania.
"Aku minta maaf ya sayang, aku janji ngga bakal main ke club lagi.. Aku janji bakal berubah demi kamu.. Kita masih jadi pacar kan?" ucap Dhevan.
Dibelakang Dhevan terdapat Jessika dan Vino, tak lupa dengan Fery yang menatap Dhevan dengan tatapan geram.
Vania hanya memalingkan wajahnya serta tersenyum kecut. Ia sedang menahan tangisnya. Ia bingung harus menjawab pertanyaan dari Dhevan. Jujur, ia masih sangat sayang pada Dhevan. Ia muak menggantungkan harapan pada Fery. Namun di sisi lain, ia sangat membenci sifat Dhevan. Dan ia pun memilih diam dan tidak menjawab.
"Iya kan? Kita masih pacaran?" tanya Dhevan dan masih saja tidak ada jawaban dari wanita tersayangnya.
"Kita masih pacaran ya? Ya ya ya?" dan lagi, Vania masih saja tidak menggubris.
Muak. Fery pun akhirnya datang dan menarik kerah baju Dhevan agar berdiri secara jantan.
"Nggak! Lo bukan pacar dia! PACAR. DIA. ITU. GUE! BUKAN. LO. BANGSAT!" tegas Fery dengan menekan setiap kata katanya.
Tak terima. Dhevan memukul Fery hingga terjatuh. "ANJING LO! DASAR TUKANG TIKUNG! Emangnya lo ngga laku, sampe sampe nikung pacar orang?!"
Dan terjadilah pertengkaran antara Dhevan dan Fery. Vino berusaha meleraikan keduanya, sedangkan Jesika menenangkan Vania yang sedang menangis.
Dhevan begitu kuat dan amarahnya semakin menjadi. "NGGA USAH IKUT CAMPUR SAMA HUBUNGAN ORANG! NGGA USAH BELAGAK JADI PAHLAWAN KESIANGAN! APALAGI LO NGGA PUNYA NYALI BUAT BERPERANG!" ucap Dhevan dengan meniban tubuh Fery dan menunjuk nunjuk Fery.
"Buseh, abangnya jago nge-pantun.." celetuk Vino. Lalu ia menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
"Oyy Jes, panggil pa satpam gih, biar cepet kelar!" ucap Vino. Jesika pun segera berlari mencari satpam club.
Vino pun menarik tubuh Dhevan agar menjauh dari Fery. Ia juga tampak kewalahan menghadapi keduanya yang sedang baku hantam. Tak jarang pula ia terkena hantaman dari kedua belah pihak.
Saat sedang dipukuli, Fery melirik Vania yang sedang menangis. Dan ia menjadi lebih marah karna Dhevan membuat Vania menangis. Ia pun mampu membalikan keadaan, ia meniban tubuh Dhevan dan memberikan pukulan pukulan terkuatnya. Tak lupa pula ia mengeluarkan kata kata kasar yang mencerminkan ia sedang marah besar.
"Fer udah Fer, anak orang bonyok nih entar.. Gue ngga mau lo masuk penjara gara gara ngeroyok anak orang, entar gue dijadiin saksi lagi. Ogah kan gue jadi saksi, ribet." ucap Vino yang masih saja melerai keduanya.
Tak lama kemudian Jesika datang dengan membawa dua orang satpam. Vino pun dibantu untuk melerai pertengkaran Fery dan Dhevan.
"Heh ada apa ini?! Jangan ribut ribut disini!" ucap salah satu satpam.
Akhirnya mereka berdua dilerai dan dibantu berdiri untuk menyelesaikan masalahnya. Terlihat luka memar dan lecet di wajah mereka. Mereka juga masih kalut dalam emosi dan amarah.
"Kalian mau selesain baik baik, atau mau saya bawa ke polsek?" ucap salah satu satpam.
Yang ditanya hanya diam dan melempar tatapan marah satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gagal moveon
Novela Juvenil[Rank] #5 in moveon [15 Mei 2018] kenapa kamu dateng lagi? Kamu gak ngerasain sakitnya hati aku saat kamu datang lagi. Aku gak bisa pindah ke lain hati disaat sayapku telah patah karenamu. Aku juga ingin bahagia. Tapi kenapa kamu dateng lagi. Aku be...