20. Perang

1.4K 60 9
                                    

"Van.. Kantin yuk!" ucap Putri.

"Tar dulu.. Lagi seru nih!" ucap Vania yang masih membaca novelnya.

"Kalo gak gue pergi ama Alya nih kalo lu lama."

"Ehh.. Gue nitip aja boleh gak?"

"Huft.." Putri mendengus. "Boleh dah.. Tapi ongkos jalan." lanjut Putri.

"Sipp.. Dua ribu kan?"

"Apaan? Dua ribu? Seenak jidat lu.. Emang bapak lu avenger bisa seenak jidat kayak gitu.. Goceng lah."

"Dihh.. Pemerasan.. Heh inget kata pak Kamal.. Pemerasan itu dosa besar.." pak kamal adalah guru Pai saat mereka kelas 2 smp.

"Gamau yaudah.. Gausah nitip."

"Heh.. Tunggu dulu. Huftt.." Vania mendengus. Lalu ia memberikan uang dua puluh ribu pada Putri.

"Kembali lu.. Gue nitip Milkshake coklat."

"Siyap bosqu."

Lalu Putri pun pergi dan Vania masih melanjutkan membaca novelnya. Namun ia mulai tidak fokus karna kelas sedang rusuh.

Saat itu siswa laki laki kelasnya Vania sedang bermain lempar bola takraw, namun bolanya diganti dengan gulungan koran bekas.

Hampir semua anak laki laki bermain, kecuali Bastian, Dhevan dan Kevin. Saat itu Bastian dan Dhevan sedang keluar ke ruang guru untuk membantu pak tegar. Sedangkan Kevin, si pendiam lebih memilih memainkan yoyonya sendirian sambil mendengarkan musik melalui hadset putih di meja belakang pojok.

Ditambah lagi dengan suara berisik dari depan pojok. Ada Jesika, Tara, dan Claudya pacar Bastian. Mereka adalah geng biang gosip. Membuat suasana kelas seperti dipasar.

"Ahh.. Gue benci kelas ini.. Laki lakinya kayak anak sd." ucap Vania mengumpat.

Datanglah Putri dan Alya dari kantin. Terlihat putri memegang milshake Coklat dan stroberi. Dan ada juga plastik yang berisi Batagor.

"Nihh.. Tuan putri."

"Kan lu yang namanya putri. Ngapa gue dipanggil putri juga."

"Huhh Yaudah.. Nih.. Kang nyuruh nyuruh."

"Hehe.. Makasih."

Lalu putri duduk disamping Vania, sedangkan Alya duduk dibelakang Putri.

"Woii Vin.. Kampret lo!" ucap laki laki bernama Doni.

"Kaborrr.." ucap Vino.

Bola terlempar kesana kemari hingga mengenai milkshake coklat milik Vania.

"Ee.. Anjir.. Milkshake gue." vania meletakan novelnya dan berdiri. Ia mendapati bola koran yang tak jauh darinya.

"Siapa yang ngelempar Ini?!" Semuanya diam.

"Gu- gue Van.." ucap Vino dengan nada takut.

"Lagian ngapain sih.. Anak SMA udah kayak anak SD gak punya otak!"

Vino masih diam.

"Hehh.. Orangan sawah.. Jawab!! Apa lu udah gak punya mulut lagi!"

"STOP VAN!!" Ucap Fery membela Vino.

"Kenapa?.. Lo mau tanggung jawab.. Apa lo mau pukul gue cuman buat belain temen lo?"

"bukan Vino yang salah.. Tapi gue.."

"Sifat lo gak berubah ya.. Dari dulu udah gak punya otak. Ngancurin punya orang dari dulu."

"Iyaa.. Terus kenapa? KENAPA KALO GUE GAK PUNYA OTAK?!! DAN KENAPA KALO GUE SUKA NGANCURIN PUNYA ORANG?!. JANGAN HARAP MINUMAN LO GUE GANTI."

Gagal moveonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang