Vino sedang berjalan menuju kantin, lalu ia melihat Vania dan Putri sedang berbincang serius. Ia juga mendengar beberapa kali nama Fery disebut.
Akhirnya ia memutuskan untuk mendengar pembicaraan tersebut secara diam diam.
Vino duduk di meja kosong yang tak jauh dari Vania dan Putri berbincang.
"Ahh.. Kalo gue duduk sini entar ketauan lagi gue kalo nguping." ucap Vino pelan.
Datang seorang perempuan yang ingin ke kantin sambil membawa sebuah buku. Vino menarik tangan anak itu agar duduk disampingnya, lalu mengambil buku tersebut untuk menutupi wajahnya seolah olah dia sedang membaca.
Anak perempuan itu bingung. "Lho kak.. Kok aku ditarik suruh duduk sini?"
Vino bingung kenapa ia dipanggil 'kak' oleh perempuan itu. Mungkin karna wajahnya seperti seorang senior. 'Bah.. Kok gue dipanggil kak.. Tua dong gue.. Padahal kita seangkatan..Tapi kagak ngapa dah.. ' batin Vino.
"Shutt.. Jan berisik.. Diem dulu disini. Gue pinjem bukunya dulu yak. Gue mau nguping."
"Yahh.. Aku mau beli cireng kak. Entar keburu bel." Perempuan itu hendak bangkit dari duduknya namun tangannya ditahan oleh Vino.
"Yah.. Jan sekarang dong. Entar gue kasih duit buat beli cireng dah ama teh gelas."
"Iya yah?"
Vino meletakan jari telunjuknya di depan bibirnya, kemudian ia mengangguk.
Vania tampak masih canggung dengan pertanyaan Putri. Ia hanya memainkan sedotan milkshake miliknya.
"Jawab van." ucap Putri membuat Vania makin tertekan.
"Mmm... Gimana ya?.. Jujur.. Gue-" ucapan Vania terhenti. Putri menatap serius wajah Vania.
"Gue masih sayang sama Fery."
Putri yang kaget bangun dari duduknya kemudian memukul meja dengan tangannya. "Tuh kan bener dugaan gue.. Lu emang belom bisa move on kan. Seberapa sering Fery nyakitin perasaan lo."
Vania hanya diam. "Gue ga bisa move on put.. Seberapa sering dia nyakitin perasaan gue.. Entah kenapa gue masih ada rasa sama dia." ucap Vania.
Putri kembali duduk dan tenang. "Kenapa sih lo gabisa move on dari cowok yang ga punya hati kayak dia. Udah tau dia sekeras batunya petrick."
"Gue gatau." Vania diam dan memalingkan wajahnya.
"Trus Dhevan? Cuman buat pelampiasan sama buat lu ngelupain Fery? Gitu?"
"Dan lu udah tau jawabannya." ucap Vania tanpa menoleh kembali.
"Jahat lu Van. Gue ga ngerti pikiran lu ada dimana. Kalo kayak gitu lu bisa matahin dua hati Van."
Vania terdiam.
"Coba lu pikir kalo lu di posisi Dhevan. Emang lu kuat kalo cuman jadi pelampiasan?"
Vania masih diam.
"Gue tau Van move on itu susah. Tapi gak gini caranya."
Vania menoleh ke arah Putri. "Gausah nasehatin gue dah. Lo juga kan. Gabisa move on dari Aldy!"
"Iya. Gue emang gabisa move on dari Aldy. Tapi cara gue ngelupain Aldy ga kayak lu ya van."
Vania terdiam.
"Lo harusnya mikir Van. Emang dengan cara kayak gini lu tetep bisa ngelupain Fery? Dan gue jamin lu tetep aja ga bisa move on dari Fery." lalu Putri pergi meninggalkan Vania.
Vania merasa kesal. Moodnya berubah drastis hari ini. Kemudian ia pergi.
"Yah.. Udah gitu doang?" ucap Vino sambil berdiri menatap kepergian Vania.
![](https://img.wattpad.com/cover/121432816-288-k42385.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gagal moveon
Teen Fiction[Rank] #5 in moveon [15 Mei 2018] kenapa kamu dateng lagi? Kamu gak ngerasain sakitnya hati aku saat kamu datang lagi. Aku gak bisa pindah ke lain hati disaat sayapku telah patah karenamu. Aku juga ingin bahagia. Tapi kenapa kamu dateng lagi. Aku be...