'Tep' sesuatu menepuk pundak Vania. Refleks, Vania memutar tubuhnya ke belakang.
"Ngapain? Tumben lo dateng pagi."
"Ngaggetin gue bae lu nyukk." ucap Vania memukul dada bidang Fery pelan.
Fery terkekeh. Ia menatap amplop merah ditangan Vania.
"Itu apaan?" fery menarik amplop tersebut. "Widdih.. Imlek aja belom, lo udah mau bagi bagi ampao aja.. Dasar sipit.."
"Weett, seenak jidat lo kalo ngomong.."
Fery membolak balik amplop di tangan kanannya. "Dari saha? Isinya teh knaon?"
Vania menatap sinis. "Sok sunda lu,"
Fery membuka isi amplop tersebut, membacanya dengan ekspresi jijik. "Bahasanya kek anak sd ditolak doinya, ckckck."
"Yeehh, si mallehh.."
Fery berpikir sejenak. "Emang Dhevan ultah ya?"
"Lah, emang lo ngga tau? Gue kira lo tau."
"Kan lo 'pacarnya'." ucap fery dengan menekan kata terakhir dan menaik turunkan kedua jarinya yang membentuk huruf v.
"Iya sih.. Lo emang ngga diundang?"
"Doi masih mewek kali gegara kejadian waktu itu, jadinya ya gue ngga diundang. Lagian gue ngga suka party gitu sih. Kesannya 'alay'."
Vania mangut mangut paham.
"Lo dateng ama gue ya?"
Vania menatap bingung. "Lah, lo kan ngga diundang. Katanya lo ngga suka party?"
Fery menggaruk kepalanya gusar. "Yaa, gue mau jagain lo aja.. Takutnya ada sesuatu lagi.." Fery mendekatkan kepalanya di telinga kiri Vania. "Satu lagi.. Gue emang ngga suka party.. Gue sukanya cuman e-lo." Fery tersenyum sumringah kemudian ia pergi keluar kelas.
Jleb. Vania menarik napasnya dalam dalam. Wajahnya bersemu merah sekarang. "Tenang Van.. Lo udah punya Dhevan.."
Vania menatap punggung lelaki itu yang semakin menjauh di hadapannya. Layaknya 'bad boy', Fery menggendong tasnya hanya dengan tangan kanan dan memakai topi terbalik. Vania tersenyum dan menahan tawa.
"Ferr.."
Fery memutar tubuhnya 180° menghadap Vania. "Iyaa cantik?" sambil menaikan sebelah alisnya.
"Kaos kaki kamu beda warna." Vania menahan tawa.
Fery melihat kebawah. Dan benar saja, ia memakai kaos kaki berbeda warna. Kemudian ia tersenyum. "Ok thanks, cantik.. Tapi aku bodo amat." ucap Fery menempelkan ujung jari telunjuk dan jempol membentuk huruf o. Kemudian ia pergi menuju kantin.
"Lo dateng ninggalin warna, dan pergi menghapus warna." Vania tersenyum.
***
"Fer, temenin yuk.." ucap Vania menepuk pundak Fery. Jam pelajaran kini telah usai, karena bel pulang telah dibunyikan.
Fery menolehkan kepalanya menghadap Vania. "Kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gagal moveon
Fiksi Remaja[Rank] #5 in moveon [15 Mei 2018] kenapa kamu dateng lagi? Kamu gak ngerasain sakitnya hati aku saat kamu datang lagi. Aku gak bisa pindah ke lain hati disaat sayapku telah patah karenamu. Aku juga ingin bahagia. Tapi kenapa kamu dateng lagi. Aku be...