Bagian 8; Heartbeat

4.8K 657 26
                                    

Song: Kiss Me - Sixpence None the Richer (Cover) by The Macarons Project

Don't forget to vote

---


Setelah Beby melakukan hal pelecehan tak kentara pada Gaga, yang membuat Beby tidak merasa bersalah sama sekali... gadis itu akhirnya memilih untuk menuruti perkataan Gaga untuk pulang.

Dan Gaga kira, Beby mendengarkan perkataannya beberapa saat yang lalu. Bahwa seharusnya gadis itu pulang sendiri. Bukan malah mengikuti Gaga hingga ke lapangan parkir tempat mobil Gaga di parkirkan seperti saat ini.

"Kamu ngapain?" Tanya Gaga begitu langkah mereka berdua sampai di depan mobil pria itu.

Beby sontak mengernyitkan alisnya. "Pulang, kan?"

"Kamu enggak dengar perkataan saya tadi?" Gaga menghela napas sambil memasukkan tangannya ke saku celana. "Kamu pulang sendiri."

"Ih, kok gitu, sih?!" Benar saja, Beby memekik tidak terima.

Membuat Gaga langsung melihat ke kanan dan kiri, takut-takut ada yang mengira dirinya bertindak macam-macam pada Beby.

"Lelaki macam apa kamu yang membiarkan wanita secantik dan sepolos diriku pulang sendirian?" Beby terisak bohongan sambil memegang dadanya, seolah tersakiti.

Dan hal itu kontan saja membuat Gaga menghela napas berat sambil memijat pelipisnya yang kini bedenyut. Gadis dihadapannya ini benar-benar...

"Yasudah kalau nggak mau nganterin aku pulang." Beby mengerucutkan bibirnya.

Lalu dengan ajaibnya mulai melangkah meninggalkan mobil Gaga. Sedangkan Gaga masih diam di tempat, memperhatikan Beby yang kini sudah melangkah melewati-nya. Seolah-olah ingin pulang sendiri.

Bukannya merasa bersalah, Gaga malah bersyukur akan hal ini. Jadi tanpa menunggu lama lagi, Gaga langsung naik ke mobilnya dan menyalakan mesin mobil. Lebih baik dia pulang sendiri daripada harus mengantarkan gadis freak seperti Beby yang akan membuat kepalanya tambah terasa migrain.

Kemudian mobil Gaga melaju begitu saja tepat dihadapan Beby. Membuat Beby tersentak dan terperangah ketika mobil sport yang dikendarai Gaga itu benar-benar melaju meninggalkannya begitu saja.

"Sumpah demi apa?!" Beby terpekik kaget. "Dia tega banget! Ba-nget!"

Namun sepertinya mau Beby memekik bagaimanapun dia tetap akan di tinggalkan oleh Gaga. Membuat kini entah kenapa raut wajah senang Beby hilang, digantikan raut wajah penuh kecemasan.

Ini sudah jam setengah sebelas malam. Jalanan di samping kanan dan kirinya juga mulai sepi. Jika ada orang-pun itu adalah lelaki dengan rambut cepak dan bertato, yang entah kenapa memandanginya begitu intens.

Beby mempercepat langkahnya, kini jantungnya entah kenapa berdebar keras. Dia hanya tinggal masuk ke stasiun dan menunggu Oslo Metro agar bisa segera pulang ke rumah.

Hanya saja, hingga detik ini dia tidak menyangka saja pada Gaga. Beby kira, keakraban mereka untuk hitungan jam malam ini, ditambah ketika di pesawat kemarin-kemarin, setidaknya membuat Gaga memiliki simpati pada Beby. Bisa mengantarkan pulang sebagai bentuk simpati, mungkin?

Beby juga sudah merasa dia sangat baik pada Gaga. Yah, walaupun lelaki itu tetap saja dingin, datar, dan tidak ramah pada Beby.

"Tapi nggak apa-apa. Beby enggak boleh negatif thinking sama dia. Mungkin saja dia sakit perut tapi gengsi mau bilang? Jadi dia nggak bisa mengantar Beby." Gumam Beby sendirian.

Finding Hope [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang