Bagian 9; Penasaran

5.3K 644 13
                                    

Song: Why - Sabrina Carpenter

Don't forget to vote!

---

Beby memulai awal paginya dengan memakan nasi goreng buatan kakak iparnya yang bernama Selvi. Rasanya makan nasi goreng di negara orang entah kenapa terasa luar biasa. Atau memang nasi goreng buatan Selvi yang begitu enak?

Sambil sarapan, Beby juga sesekali menggelitiki perut Norway Abhyaksa—keponakannya yang masih bayi itu hanya bisa tersenyum-senyum sambil menjulur-julurkan lidah kecilnya di stroller yang ditempatkan di samping Beby.

"Norway, Norway, nanti kalau besar, mau jadi apa?" Beby menanyakannya dengan nada lagu boneka Susan. "Norway mau jadi kaya aunty Beby yang cetar membahana!"

Selvi kemudian duduk disamping Beby sambil terkekeh. "Ada-ada aja kamu, dek."

"Ih, memang benar tahu, mbak." Beby kemudian menekan-nekan pipi bulat Norway. "Aunty Beby cetar, kan? Syahrini kalah, kan?"

Tawa Selvi makin keras saja. Rasanya ketika ditambah Beby di rumahnya, kondisi rumah menjadi lebih ramai dan berwarna. Tapi kemudian tawa Selvi terhenti begitu saja ketika melihat suaminya—Adam Abhyaksa masuk ke ruang makan dengan setelan jas kerja yang rapi.

"Mas—" Ucapan Selvi terputus ketika dia melihat raut wajah marah Adam kepada Beby.

Beby tidak menyadari kedatangan kakak lelaki-nya itu. Sampai Adam menepuk bahu Beby, membuat Beby menoleh dengan cepat kesamping. "Dih, mas Adam bangunnya siang amat."

"Darimana kamu semalam?" Tanya Adam dengan tegas. Kedua tangannya bersedekap di depan dada dan matanya menyipit menatap Beby.

Mendapatkan pertanyaan itu, Beby langsung mengalihkan wajahnya dan pura-pura sibuk kembali dengan sarapannya.

"Mas tanya sama kamu, dek!" Sentak Adam.

"Mas," Selvi memperingatkan tindakan Adam barusan dan dia langsung menggendong Norway. "Sebaiknya kalian selesaikan urusan kalian berdua dulu. Tapi aku nggak mau ada pertengkaran di pagi hari."

Beby melirik kakak iparnya itu yang meninggalkannya begitu saja. Bahu Beby melemas dan dia menghela napas lelah.

Adam langsung memijat pelipisnya. "Masih belum mau jawab? Ponsel mati, pulang tengah malam dan diantar dengan orang asing."

"Dia bukan orang asing, mas." Bela Beby secara spontan. Dia sudah kembali berani menatap Adam. "Dia teman aku."

"Kamu nggak punya teman di Oslo."

"Dia orang Indonesia, kok."

"Siapa namanya? Terus apa yang kamu lakuin sama dia sampai tengah malam seperti itu?" Adam sampai menumpukan tangannya pada meja. Membuat Beby melirik tangan Adam ketakutan. Mengantisipasi kalau kakaknya itu akan memukul meja. "Kenapa kamu? Kalau nggak terjadi apa-apa maka jawaban kamu nggak akan berbelit-belit seperti ini."

Beby mengigit bibir bawahnya. Tidak terjadi apa-apa? benarkah? Astaga, rasanya ciuman tadi malam itu...

"Beby Abhyaksa!" Sentak Adam dan benar saja kakaknya itu sampai memukul meja, membuat Beby tersentak dan langsung menundukkan kepalanya dalam-dalam. "Bilang sama mas. Kamu nggak apa-apa, kan? Atau memang lelaki itu berbuat tindakan tidak senonoh sama kamu dan melarang kamu untuk bilang—"

Finding Hope [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang