Song: Fallin' All In You - Shawn Mendes
Don't forget to vote
---
Hari ini tidak ada yang berbeda sama sekali dari Beby ketika melakukan aktifitasnya di cafe.
Cafe juga keadaannya baik-baik saja. Masih di penuhi dengan lagu Shawn Mendes yang di putar disini, berbagai macam cake di etalase kue sudah lengkap, barista sudah mulai sibuk menyiapkan kopi pesanan pelanggan, dan cafe Cerita Kita juga sudah mulai kedatangan pengunjung saat baru saja buka hari ini.
Cika—sang waitress, ketika bekerja sesekali menatapi Beby yang berdiri di depan etalase kue sembari mengamati cincin di jari manis kirinya.
Hal itu membuat Cika tersenyum geli. Setelah mengantarkan pesanan salah satu pelanggan, dia kembali memasuki konter dan menyenggol dengan sengaja bahu Beby dari belakang.
"Iya-iya cincin baru. Dilihatin terus." Goda Cika. "Beli sendiri atau di kasih siapa, tuh?"
Beby terkejut sejenak. Kemudian memberengut. "Kepo kamu, ih."
Sontak Cika terbahak. "Tapi bagus kok mbak cincinnya. Kelihatan sederhana tapi nggak sederhana. Aduh, gimana ya mendeskripsikannya. Pokoknya cincinnya jangan di lepas, cocok banget deh di jari mbak Beby."
Mendengar pujian Cika barusan, sejenak Beby terdiam dan kembali menamati cincin Emma di jari manisnya. Cincin ini memang begitu indah ketika Beby pakai, tapi mengingat raut wajah marah Gaga tadi pagi juga membuat Beby ikut kesal.
"Eh, Cik. Bisa tolong bantuin aku lepas cincin ini, nggak?"
"Hah? Kok di lepas, sih? Bagus gitu, kok."
Beby menggeleng. "Sebenarnya aku nggak berhak pakai cincin ini. Bukan punyaku. Sudah cepat tolong bantu aku lepas ini."
Kemudian Cika mencoba menarik cincin dari jari manis itu. "Sesak gini, mbak."
"Aduh... terus gimana dong?"
Cika terdiam sejenak. Kemudian menatap Beby, seolah mendapatkan ide kemudian, dia langsung menarik Beby ke wastafel. "Pakai sabun coba, mbak!"
"Eh—kalau rusak gimana?"
"Tenang, pelan-pelan kok ini. Berliannya juga nggak bakalan rontok." Ucap Cika sambil mulai menuangkan sabun ke tangan Beby.
Di gosok-gosokkannya perlahan dan dia mulai menarik cincin dari tangan Beby. "Duh, susah juga, ya."
"Nggak usah deh kalau susah. Nanti rusak."
"Cincinnya udah berjodoh kali sama mbak—" Baru saja Cika selesai berbicara, cincin itu tiba-tiba terlepas dari jemari Beby dengan cukup keras.
Sampai karena begitu licin, cincin itu terjatuh dari genggaman Cika dan berputar-putar di wastafel.
"Eh, Cik! Itu cincinnya jangan sampai nyemplung."
"Iya! Aduh licin banget!"
Sampai daerah wastafel begitu heboh karena teriakan mereka berdua. Beberapa staff sampai mengintip kelakuan Beby dan Cika.
Salah satu staff bertanya, "kenapa lagi, tuh?"
Irsyad—sang barista hanya menghela napas. "Biasa, Cika kalau sudah bareng sama mbak Beby dunia ini tak akan tenang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Hope [END]
RomancePacaran bertahun-tahun dan saling mengenal pasangan dengan baik tidak menjamin akan selamanya bertahanan lalu mengantarkan ke jenjang pernikahan. Itulah yang dirasakan Dirgantara Felixiano, seorang lelaki dingin dan datar yang hubungan pacaran s...