Emma tidak menyangka jika Gaga akan mengulurkan secangkir cokelat hangat kepadanya untuk saat ini.
Cokelat hangat buatan Gaga adalah minuman yang paling Emma sukai setiap malam. Cokelat hangat, sofa, dan movie marathon bersama Gaga sampai mereka berdua tertidur lelap di sofa dan bangun dengan badan pegal keesokan harinya.
"Aku membuatkanmu cokelat hangat karena bir atau wine tidak bisa kau minum disaat mengandung."
Mendengar itu, Emma menatap Gaga melalui balik bulu matanya dan tersenyum. "Kau dan alibimu. Seperti biasa."
Gaga terdiam. Dia kemudian duduk persis di samping Emma. Wanita disampingnya ini sudah begitu mengenal Gaga lebih dari apapun. Gaga tentu saja susah berbohong dihadapan Emma.
Emma terlihat menikmati cokelat hangatnya seperti biasa, seperti dulu.
Mati-matian Gaga menahan keinginan untuk menyampirkan beberapa helai rambut Emma kebelakang telinga agar Gaga dapat menikmati keindahan wajahnya dari samping.
Namun Gaga selalu menahannya. Dia tidak boleh melakukan kontak fisik dengan Emma lebih dari pelukan tadi.
"G dan sifat anti basa-basinya." Gumam Emma setelah menyesap cokelat hangatnya. Wajahnya lalu berpaling menatap Gaga. "Kau ingin membicarakan sesuatu denganku?"
Gaga sontak mengangguk. Tapi lidahnya terasa kelu untuk menjawab.
"Apa itu?" Emma bertanya lagi.
"Jika kau ingin aku jujur," jeda sejenak. Iris mata Gaga menatap iris mata hazel milik Emma. "Jujur saja aku hanya ingin bertemu."
"Kau merindukanku?"
"Aku tidak bilang begitu." Bantah Gaga. "Kau tahu, Em. Membohongi perasaan tentu menjadi hal yang paling buruk."
Emma langsung terdiam sambil menatap Gaga. Entah kenapa Gaga seperti bisa menebak apa yang terjadi pada dirinya selama ini.
"Membohongi perasaan membuat hubungan kita juga selesai." Ucap Emma.
"I know that." Lirih Gaga. "Aku dan Edward Jasper sedang berada dalam satu kontrak kerja sama. Dan lelaki itu bilang padaku kalau kau, masih mencintaiku."
Sontak Emma tertawa kecil. "Kau sendiri bagaimana? Lagipula semua itu percuma, G. Percuma jika kau mengetahui bahwa aku masih mencintaimu. Kau juga akan menikah, bukan?"
"Kau juga sudah menikah dan mengandung. Aku hanya ingin bertanya apakah itu semua benar? Benar yang dikatakan Edward bahwa kau masih memiliki perasaan padaku?"
Kedua ujung bibir Emma tertarik keatas, membuat sebuah senyuman kecil. "Itu semua benar."
"Lalu kenapa kau tidak mengatakan yang sejujurnya ketika kita bertemu di Oslo?" Tanya Gaga. Dia masih berusaha menahan emosinya. "Sebaliknya dari mengatakan yang sejujurnya tentang perasaanmu, kau malah mengatakan sebabmu tidak bisa menungguku saat itu. Demi Tuhan, Emma. Kita sebentar lagi akan menikah dulu jika kau sedikit bersabar."
"Kau tidak memberikanku kesempatan." Jawab Emma. "Aku sudah ingin mengatakan perasaanku bahwa aku masih mencintaimu, tapi kau langsung memukul Zion begitu saja."
"Lelaki mana yang bisa menahan emosi jika wanita yang dicintainya hamil dengan rekan kerjanya sendiri?!"
"G, apapun yang dikatakan Edward itu benar. Tapi kita tidak bisa berbuat apapun lagi. Kau akan menikah, aku sudah menikah dan akan mempunyai anak dari Zion nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Hope [END]
RomancePacaran bertahun-tahun dan saling mengenal pasangan dengan baik tidak menjamin akan selamanya bertahanan lalu mengantarkan ke jenjang pernikahan. Itulah yang dirasakan Dirgantara Felixiano, seorang lelaki dingin dan datar yang hubungan pacaran s...