Malam ini Gaga masih juga belum bisa tidur. Dia hanya setengah berbaring di kasur, memposisikan kepalanya ke bantal yang disusun tinggi.
Dia diam, menatap kearah kotak berwarna biru yang terbuka di tangannya. Menampakan sebuah kalung emas berbentuk matahari dengan berlian di setiap sudut bentuk matahari itu.
Dirinya sekarang dilema. Sudah membeli kalung untuk melamar Beby, jelas Gaga takut dengan penolakan. Apalagi dia dan Beby baru saling mengenal selama beberapa minggu.
Gaga juga masih bingung dan menebak-nebak akan kelanjutan persahabatannya dengan Azida dan Nichol, terutama dengan Nichol jika nanti Gaga sudah melamar Beby dan Beby menerima lamarannya.
Kepala Gaga sekarang terasa pening, ditambah dengan suara ketukan pintu kamarnya yang tak kunjung berhenti.
"Ga! Gaga!" Itu suara mamanya. "Ga! Bukain, dong! Mama tahu kamu belum tidur."
Dengan sedikit terpaksa, Gaga akhirnya bangkit dari kasurnya. Menuju ke pintu kamar dan membukanya.
Athayya menyengir senang. "Ga, kamu gimana sama Beby?"
Gaga diam, membiarkan Athayya berjalan memasuki kamarnya dan kemudian duduk di kasurnya. Tapi Gaga langsung tahu bahwa sang mama sudah melihat kotak perhiasan dari toko ternama itu.
"Kamu yang beli ini?" Tanya Athayya sambil membuka kotaknya dan kemudian dia tersenyum kecil. "Bagus banget. Buat siapa?"
"Buat Beby."
Athayya sontak mendongak, matanya membelalak lebar seakan bola mata itu bisa saja copot dari matanya. "Beby? Beby Abhyaksa? Anaknya Sekar, teman mama itu?"
"Iya."
"Mama kira kamu nggak tertarik sama dia." Ucap Athayya sambil memicingkan mata curiga. "Dalam rangka apa kamu beliin dia kalung?"
Gaga menghela napasnya. Mamanya ini benar-benar seperti seorang wartawan saja sekarang. Kemudian Gaga mendekati Athayya dan duduk disampingnya.
"Ma, Gaga minta restu ya, ma?" Ijin Gaga.
Gaga mulai meraih tangan Athayya, mencium punggung tangannya dan mengusapnya lembut. Membuat punggung Athayya menegak. Dia hanya bisa mengerjap-ngerjapkan mata tidak paham karena kelakuan anak lelakinya ini.
Gaga kemudian tersenyum tipis. "Gaga ingin melamar anaknya tante Sekar. Ingin melamar Beby Abhayksa untuk menjadi istri Gaga."
"Ga," Athayya tercekat. Genggaman tangannya mengerat, entah kenapa kini matanya berkaca-kaca. "Kamu serius?"
"Iya, ma."
"Bukan karena terpaksa atau apapun itu, kan? Murni karena kamu mencintai Beby?"
Mendengar itu, entah kenapa Gaga langsung terkekeh kecil. "Gaga mencintai dia, ma. Secepat itu, entah kenapa Gaga bisa cinta sama dia seyakin dan secepat ini. Lagipula Beby sesuai dengan kriteria menantu idaman mama, kan? Wanita Indonesia."
Athayya mengangguk cepat, bahkan kini air matanya sudah menetes haru.
"Ketika Gaga mau melamar Emma dulu, Gaga nggak minta restu sama mama. Semuanya berjalan begitu saja, mungkin karena Gaga sudah terbawa budaya barat." Gaga menundukkan pandangannya, tatapannya kini menerawang. "Sekarang, Gaga pikir, saat melamar Beby, Gaga butuh restu dari mama dan dad. Butuh bantuan juga dari mama dan dad untuk bilang ke orangtuanya Beby."
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Hope [END]
RomancePacaran bertahun-tahun dan saling mengenal pasangan dengan baik tidak menjamin akan selamanya bertahanan lalu mengantarkan ke jenjang pernikahan. Itulah yang dirasakan Dirgantara Felixiano, seorang lelaki dingin dan datar yang hubungan pacaran s...