Hari sudah sore saat Nayna sampai di rumahnya. Setelah menyegarkan diri dengan mandi, Nayna menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur dengan cover kupu-kupu itu. Seharian jalan-jalan, cukup membuatnya bernostalgia dengan masa lalu, apalagi ia jalan-jalan ditemani Putri.
"Kak Reza nggak pernah ninggalin kamu, Na." Nayna teringat kata-kata Putri tadi di café.
"Nggak pernah ninggalin aku? Lalu apa maksudnya malam itu? Kalau nggak pernah ninggalin aku, kenapa dia ngelakuin itu di depanku malam itu?" Nayna bertanya pada dirinya sendiri. Ia menatap langit-langit kamarnya yang penuh dengan hiasan bintang. Perlahan, air matanya tumpah.
♫♥♫
Langit tampak tersenyum cerah. Bahkan pepohonan dan rerumputan pun ikut merasakan senyuman sang langit. Mereka berfotosintesis dengan riang. Menghasilkan butiran-butiran air dan oksigen yang sejuk. Memberi penghidupan pada makhluk-makhluk lainnya. Termasuk pada dua anak manusia yang sedang duduk di bangku taman sambil bercanda dengan riangnya itu.
"Kamu beneran nggak bisa main basket?" Reza bertanya dengan nada tak percaya.
Nayna mengangguk, "itu adalah olahraga yang paling aku benci." Tandasnya.
"What? Nggak, nggak boleh. Kamu harus suka sama basket. Kamu tahu nggak, basket itu..."
"Iya, iya aku tahu." Nayna memotong ucapan Reza.
"Emangnya aku mau ngomong apa?"
"Emmm... nggak tahu, hehehe..." Nayna nyengir.
"Dasar sotoi!" Reza mencibir sambil mengacak-acak rambut Nayna.
"Heeeyyy!! Don't touch my hair...!!" Nayna menyingkirkan tangan Reza dengan kesal.
"Kenapa? Takut ketahuan kalau nggak pernah keramas ya?" ledek Reza.
"Enak aja!!" Nayna sewot.
Reza tertawa.
"Nggak lucu, tahu!!"
"Kamu lucu loh... jadi pelawak gih." Reza semakin meledek.
"Huh!" Nayna mendengus sebal. Ia memonyong-monyongkan bibirnya sambil menggerutu tak jelas.
Reza menjepit bibir Nayna dengan jarinya. Nayna melotot.
"Lu-pus-kun!!" ucap Nayna dengan aksen yang tidak jelas.
Reza tersenyum geli. "Dasar monyet!" ujarnya, lalu melepaskan jepitan jarinya pada bibir Nayna.
"Kamu..." ucapan Nayna terpotong karena bibir Reza sudah menempel di bibirnya. Ia melotot saking terkejutnya.
Reza melepaskan ciumannya. Ia lalu tersenyum menatap Nayna.
"K-kenapa kamu..." Nayna memegangi bibirnya. Mukanya sudah seperti tomat.
"Eeee... s-sorry..." Reza menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sejujurnya, ia juga tidak tahu kenapa tiba-tiba melakukan itu.
"I-ini... ciuman pertamaku..." Nayna menunduk, malu.
Reza semakin merasa bersalah. "M-maaf... aku bener-bener nggak tahu..." Reza kebingungan. "Jangan marah, please."
"Apa? Jangan marah? Kamu tahu nggak apa impian aku selama ini? Aku ingin ciuman pertamaku itu saat aku sudah nikah sama suamiku nanti. Aaahhh!! Kamu bener-bener ya!!" Nayna berteriak frustasi.
"K-kalau gitu kita nikah aja." Cetus Reza. Membuat Nayna langsung menoleh dan menatapnya. Tajam. "Aku janji, kita akan nikah nanti... tapi sekarang, gimana kalau kita pacaran aja dulu? Hm?" Lanjut Reza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disease (TAMAT)
RomanceReza, nama yang hampir tujuh tahun ini tidak pernah dilupakannya. Nama yang sudah terlalu dalam terpahat dalam hatinya. Sebuah nama yang selalu membuatnya terombang-ambing dalam pusaran laut yang dalam. Lalu menenggelamkannya tanpa bekas. Nayna meng...