Jadi, sentimental ini part setelah cry gaeeesss... ini kuupload lagi karena sudah ada yang lihat juga... hihihi...
-
-
Suasana tampak begitu gelap. Bahkan sinar rembulan pun begitu kesulitan untuk menembus pertahanan sang awan. Ia mengalah. Membiarkan kegelapan menguasai malam ini.
Lampu-lampu taman meredup karena gelapnya malam. Menyembunyikan kekesalan dan rasa malu seseorang yang duduk di ayunan itu. Raka.
Ia tak pernah merasa sekesal dan semalu ini sebelumnya. Bagaimana mungkin ia bisa mengatakan sesuatu seperti itu pada bawahannya sendiri?
"You're my good love, Nayna."
Oh, betapa sangat memalukan!
Raka memejamkan matanya. Rahangnya mengeras. "Sh*t!"
"Masalah nggak akan selesai meski lo terus ngumpat kayak gitu, brother!" seketika Raka membuka matanya. Ia melonjak kaget. Bagaimana tidak? Tiba-tiba saja Arika sudah berdiri di hadapan Raka sambil menyedekapkan tangannya di depan dada. Tapi bukan itu yang membuat Raka terkejut, melainkan penampilan Arika. Di tengah kegelapan dan lampu taman yang meremang, Arika memakai pakaian tidur yang lebih mirip kain kafan dari pada piyama – karena warnanya putih – dan rambut yang tergerai sembarangan sampai menutupi separuh wajahnya. Benar-benar seperti kuntilanak!
"Woy! Lo suka banget ya kalau gue sampai jantungan? Hah!" teriak Raka saking shock-nya. Sedang Arika hanya membalasnya dengan cengiran dan kerlingan mata. Raka sampai mengalihkan pandangannya karena muak.
"Lo ngapain sih di sini, Kak? Udah kayak anak ilang aja lo." Cerocos Arika sambil menaruh pantatnya di ayunan sebelah Raka. Tanpa memedulikan kesewotan Raka barusan.
Raka mendengus. Merasa tidak diperhatikan. Dan benar saja, karena Arika segera melanjutkan kicauannya.
"Dilihat dari muka lo... kayaknya lo baru aja ditolak ya?" ujarnya sambil memandangi wajah kuyu kakaknya. Raka pun memandangi wajah adiknya. Seakan merasa terharu karena Arika bisa tahu apa yang sedang dialaminya.
Sebagai seorang adik yang baik, di saat seperti ini seharusnya si adik memeluk sang kakak atau menepuk-nepuk bahunya dan mengatakan 'semuanya akan baik-baik saja'. Dan inilah yang dilakukan Arika. Si adik yang 'terlalu' baik.
"Hahahahahahaha... kasian buanget sih lo, Kak. Percuma lo punya wajah keren, penampilan bagus, kalau ujung-ujungnya tetap aja ditolak. Abang-abang tukang bakso di depan kompleks aja masih lebih baik dari lo. Meskipun penampilannya remuk redam kayak begitu, tapi dia udah punya istri dua. Lah elo? Tampang kayak artis, tapi asmaranya kritis! Hahahahahaha..."
Raka merengut.
"Wah... apa jangan-jangan tuh cewek matanya katarak kali ya? Atau seleranya emang di bawah rata-rata? Jangan-jangan dia lebih suka tukang bakso dari pada lo, Kak. Atau... Kak, lo nembak istri orang ya?"
Raka semakin merengut.
"Gue kasih saran ya, my big brother, dari pada lo di sini menderita batin kayak begini, bukannya lebih baik lo terima aja tuh anak teman Papa? Siapa tuh namanya? Ke... Kel... Ker... Key... Keysha! Lagian gue pikir dia itu nggak buruk-buruk amat kok. Dia cantik, badannya bagus, model, dan... dia juga pintar. Yah... meskipun agak sedikit agresif sih..."
Kali ini Raka bergidik.
Ia membayangkan pertemuan pertamanya, – dan semoga – sekaligus pertemuan terakhirnya dengan Keysha beberapa waktu yang lalu. Tepatnya sebulan sebelum Nayna bergabung dengan perusahaan yang dipimpinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disease (TAMAT)
RomanceReza, nama yang hampir tujuh tahun ini tidak pernah dilupakannya. Nama yang sudah terlalu dalam terpahat dalam hatinya. Sebuah nama yang selalu membuatnya terombang-ambing dalam pusaran laut yang dalam. Lalu menenggelamkannya tanpa bekas. Nayna meng...