Is It a Happy Ending?

1K 33 0
                                    

Maaf karena memerlukan waktu yang lama untuk ending cerita ini...

-

-

-

"Rio mengambil alih tubuhnya lagi. Dia melarikan diri dari rumahnya dan ditemukan sudah dalam keadaan seperti itu. Mobil kesayangannya bahkan sampai rusak parah." Nayna menghela napas berat. Matanya sembab setelah menangis sejak dua jam yang lalu. Penjelasan Irwan cukup membuatnya ingin menangis lagi.

Saat ini, ia sedang berada di luar ruang operasi dengan Irwan dan Marissa, juga Raka yang baru saja sampai. Tadi Nayna benar-benar sangat terkejut saat melihat Irwan dan Marissa, juga dokter dan suster buru-buru mendorong ranjang yang di atasnya tergeletak tubuh Reza yang terlihat memprihatinkan.

"Apa dia mau bunuh diri? Kenapa? Kenapa dia ngelakuin itu?"

Pertanyaan Nayna tak kunjung mendapatkan jawaban. Semuanya diam menunduk. Tak tahu harus berkata apa.

"Itu bukan keinginan Reza, Na..." Marissa merangkul pundak Nayna yang sejak tadi sudah kehilangan tenaga untuk sekadar duduk tegak. "Dia cuma lagi berada dalam keadaan sulit. Aku yakin Reza bisa mengatasinya."

Nayna menunduk semakin dalam. Perasaannya hancur. Lagi-lagi, ketika ia berpikir semuanya baik-baik saja. Ketika ia benar-benar berpikir segalanya telah berada pada tempatnya. Ia salah. Pada akhirnya, ia hanya berlari untuk kesekian kalinya.

"Na..."

Suara itu memaksa Nayna untuk mendongak, menatap sosok yang sedang berdiri di depannya dengan ekspresi terluka. Setidaknya, ia tahu dengan pasti. Luka itu tidak hanya untuk dirinya sendiri.

"Putri..." Nayna menghambur ke pelukan Putri. Ia menangis lagi.

Putri memeluk Nayna dengan erat. "Nggak apa-apa... dia pasti baik-baik saja. Nggak apa-apa..."

Dia pasti akan baik-baik saja. Putri bahkan tidak yakin dengan apa yang sudah ia katakan. Yang ia tahu, kata-kata itu hanya sekadar pemanis untuk menghibur hati sahabatnya yang sedang meneguk pahit dalam tangis. Mungkin juga hatinya.

♫♥♫

Sudah beberapa hari sejak Reza dirawat di rumah sakit dan sama sekali belum ada tanda-tanda ia akan sadar dari komanya. Sejak saat itu pula Nayna jadi lebih rajin ke rumah sakit. Ia sering bolak-balik dari ruangan Arika ke ruangan Reza. Setelah Arika dan anaknya sudah diperbolehkan pulang, ia pun kini hanya fokus menjaga Reza, meskipun sudah ada orang tua Reza, Putri, Irwan, dan juga Marissa yang siap menjaga laki-laki itu.

Nayna seringkali tidur di rumah sakit karena terlalu lelah untuk pulang, terlebih jarak antara rumah sakit dan kantornya lumayan dekat. Ia tidak bisa terus-terusan meminta izin kepada Raka, apalagi dengan proyek pembangunan hotel baru itu. Ia hanya bisa menunggu, seperti yang biasa Reza lakukan untuknya.

Apakah ini karmanya?

Mungkin.

Mama Reza masuk ke dalam ruangan anaknya. Saat itu, Nayna sedang duduk di samping Reza, membersihkan tubuhnya dengan lap basah yang hangat. Mama Reza tersenyum, merasa iba dengan kondisi anaknya yang terlihat kurus, juga Nayna yang masih saja di sana.

"Kamu nggak pulang?"

Nayna pun menoleh, ia tersentak. Meski begitu, ia tetap tersenyum. "Oh, Tante sudah datang? Bagaimana pertemuannya? Lancar?"

Mau tidak mau mama Reza pun ikut tersenyum, "Seperti biasa." Ia mendekati Reza, mengecek infus dan peralatan lain yang menempel pada tubuh anaknya.

Love Disease (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang