You've Moved On

830 43 0
                                    

Hujan semalam masih menyisakan mendung. Dinginnya bahkan masih sangat terasa. Membuyarkan harapan Nayna untuk jalan-jalan seperti biasa. Apalagi sekarang weekend.

Nayna menghela napas, lalu menyalakan televisinya. Ia mengganti-ganti channel dengan kesal, sebelum mematikan televisinya. “Kenapa nggak ada yang menarik, sih?” umpatnya kesal.

Ia segera beranjak dari duduknya menuju kamar. Namun, baru beberapa langkah, terdengar suara bel berbunyi. Nayna menghela napas, lantas berjalan menuju pintu. “Siapa yang bertamu sepagi ini?” gumamnya.

Sebelum membuka pintu, ia terlebih dahulu mengintip dari balik jendela. Dahinya mengernyit saat melihat siapa yang datang. “Ngapain dia ke sini?” gumamnya. Ia benar-benar merasa heran dengan kedatangan perempuan aneh itu. Perempuan bermata sama dengan milik Raka. Yang ternyata adalah adik Raka, Arika. Meski begitu, ia tetap membukakan pintu.

“Hello, sister!” sapa Arika dengan gayanya  yang khas.

Nayna memutar bola matanya, merasa jengah. Terlebih setelah mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu. “Ada apa?” balasnya cuek.

“Boleh masuk, ‘kan?” tanya Arika setelah melihat gelagat Nayna yang tidak menyukai kehadirannya.

“Kenapa nggak ngomong di sini aja? Sama aja, ‘kan?” Nayna masih kelihatan tak acuh.

Arika tertawa kecil, “elo masih marah gara-gara kejadian waktu itu ya? Cih, kekanakan banget sih lo? Gue aja udah lupa.” Ujarnya. Nayna hanya mendengus. “Gue mau ngomong sesuatu yang penting sama lo.” Lanjutnya dengan mimik serius.

Nayna menatap Arika dengan kagum. Semakin di lihat, Arika semakin mirip dengan Raka. Terutama mimik serius itu. Nayna menepis semua pikirannya. “Oke, masuklah.” Ucap Nayna sambil memberi jalan masuk pada Arika. Arika pun tersenyum lebar.

“Jadi, kamu mau ngomong apa?” tanya Nayna saat mereka sudah duduk berhadapan di ruang tamu.

“Apa… lo suka sama kakak gue?” Arika bertanya balik.

“Apa?” Nayna hampir tidak memercayai pendengarannya sendiri. “Kamu ke sini cuma mau tanya sesuatu yang nggak masuk akal kayak gitu?”

“Nggak. Ini lebih serius dari yang elo bayangin.” Lagi-lagi Arika memasang wajah serius. Membuat Nayna tidak bisa berkutik. “Meskipun kakak gue bakal menolak mentah-mentah kalau gue tanya tentang ini ke dia, gue tahu kalau dia suka sama elo. Itulah sebabnya…”

“T-tunggu.” Nayna memotong. “Kayaknya kamu salah faham deh sama hubungan kami. Aku sama Raka itu cuma sebatas atasan sama bawahan, nggak lebih. Jadi…”

“Itulah sebabnya…”Arika memotong. Ia benci bila ada orang yang memotong ucapannya. “Ada yang beda sama kakak gue. Sebelumnya, dia nggak pernah deket sama cewek lain, selain cewek sialan itu. Tapi sekarang, gue tahu kalau dia suka sama elo.”

Nayna terdiam. Ia merasa bingung. “Terus, apa hubungannya perasaan Raka sama kedatangan kamu ke sini?” tanyanya.

“Itulah yang mau gue omongin sama lo.” Raut wajah Arika tiba-tiba saja berubah kelam. Dan tentu saja Nayna menyadari hal itu. “Sebenarnya, gue datang ke Indonesia buat ngasih tahu ini ke kakak gue. Tapi… gue nggak tahu gue harus bilang kayak gimana. Gue juga nggak bisa ngasih tahu orang tua gue lebih dulu, karena mereka pasti bakal langsung bunuh gue. Gue bingung. Terus waktu gue lihat lo sama kakak waktu itu, gue pikir mungkin gue bisa minta bantuan elo karena kakak gue suka sama lo.”

“Bantuan… apa?” Nayna semakin penasaran. Entah kenapa tiba-tiba jantungnya berdetak kencang. Kegugupan yang ada pada diri Arika, seakan-akan menular pada dirinya.
Arika menghela napas sebelum akhirnya menjawab dengan suara bergetar. “Gue hamil.” Ungkapnya.

Love Disease (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang