Matahari sudah terlihat sangat terik. Nayna berlarian dengan seragam SMAnya. Tampaknya ia sudah sangat terlambat, terlihat dari cara berlarinya yang sangat ngotot.
Setelah melewati berbagai rintangan di jalan tadi, mulai dari jalanan yang macet hingga memaksanya turun dari mobil dan berlari ke sekolah, becak yang tiba-tiba ngerem mendadak yang hampir saja ditabraknya, tukang sayur yang memarkir gerobaknya sembarangan, sampai nenek-nenek pikun yang ngotot minta diseberangkan yang parahnya setelah diseberangkan malah memarahi Nayna karena salah tujuan, akhirnya sampai di depan sekolah. Namun sayang, gerbangnya sudah ditutup. Dan bukan sesuatu yang mudah untuk dapat meluluhkan hati sang satpam yang terkenal killer itu.
Tak mau mendapat masalah dengan satpam, Nayna pun berpikiran nekat. Ia berjalan mengendap-endap menuju belakang sekolah. Yup, Nayna akan masuk melalui sana. Dan satu-satunya jalan yang dapat membuatnya masuk dengan 'selamat' adalah dengan cara memanjat tembok.
Nayna melempar tasnya terlebih dahulu masuk ke halaman, kemudian ia pun mulai memanjat. Perlahan-lahan dan... hup! Nayna akhirnya berhasil masuk halaman belakang. Tinggal berjalan sedikit lagi ia pasti akan berhasil masuk kelas dengan 'selamat', itu pun jika kelas sedang tidak ada guru.
Nayna memungut tasnya yang tadi ia lempar dan memakainya. Baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba...
Pletak!!!
"Aww...!!" Nayna mengaduh sambil memegangi kepalanya. Lalu memungut sesuatu di tanah. "Apel? Hey! Siapa yang.. aww!!" Lagi-lagi apel bekas – yang entah siapa pemiliknya – sukses mengenai kepalanya.
Nayna masih berdiri sambil mengelus-elus kepalanya yang malang dan terus mengomel. Tanpa ia sadari, seorang lelaki sedang nangkring di atas pohon memerhatikannya sambil memakan apel. Mendengar omelan Nayna yang tidak berhenti-henti, ia pun kembali melempar apelnya ke arah Nayna dan lagi-lagi sukses mengenai kepala Nayna. Nayna pun kembali mengaduh.
"Awww!!!" Nayna menjerit dan otomatis langsung menoleh ke sumber jatuhnya 'bom' itu. "Hey!!! Kamu yang dari tadi nimpukin aku pakai apel-apel ini ya!!" Semprot Nayna berapi-api. Tapi sepertinya lelaki itu sama sekali tidak mendengarkannya karena sekarang lelaki itu kembali memakan apelnya dengan tenang seakan tidak terjadi apa-apa.
Nayna mendengus sebal. Ia mengambil satu apel yang terjatuh di tanah dan melemparkannya ke arah orang itu tapi... hup! Lelaki itu bisa menghindar dengan baik. Jadilah Nayna mencak-mencak menahan kesal. Ia kembali mengambil apel dan melemparnya dan... duk! Pletak! Apel itu mengenai batang pohon dan terpental ke arahnya sendiri hingga membuatnya terjatuh.
"Awww...!!!" Keluhnya. Lelaki itu tertawa terbahak-bahak. Nayna memelototi lelaki itu dengan kesal. Ia pun berdiri dan kembali berteriak, "turun nggak!!!"
"Nggak." Jawab lelaki itu singkat dan kembali memakan apelnya.
"Kalau nggak mau, aku bakalan naik sekarang!" Nayna emosi.
"Emang bisa?" ujar lelaki itu yang kembali membuat tekanan darah Nayna meningkat tajam.
"K-kamu!!" Nayna berteriak kesal. Ia pun mulai mengambil langkah untuk memanjat pohon itu, tapi ia malah terpeleset dan jatuh. Tentu saja hal itu membuat seseorang di atas pohon kembali tertawa terbahak-bahak. Mungkin Nayna seperti pertunjukan sirkus untuknya. "Sial!" Umpat Nayna kesal.
Lelaki itu tak lagi memperhatikan Nayna. Ia memperhatikan sosok orang yang cukup menakutkan untuk semua murid SMA Merah Putih. Pak Somad, begitulah mereka memanggilnya. Pak Somad adalah seorang guru olahraga yang super killer. Bahkan lebih killer dari pak satpam penunggu gerbang. Pak Somad bahkan mendapat gelar Battosai - yang berarti "Pembantai" seperti Hitokiri Battosai di anime Samurai X - dari murid-murid SMA Merah Putih. Lelaki itu tersenyum. Tampaknya ia memiliki ide.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disease (TAMAT)
RomanceReza, nama yang hampir tujuh tahun ini tidak pernah dilupakannya. Nama yang sudah terlalu dalam terpahat dalam hatinya. Sebuah nama yang selalu membuatnya terombang-ambing dalam pusaran laut yang dalam. Lalu menenggelamkannya tanpa bekas. Nayna meng...