Cry

595 32 0
                                    

huweeeee maapppp yg kemarin salah upload...!!! Ini yang bener gaeesss... 

-

-

-

Matahari sudah sepenuhnya tenggelam saat Nayna sampai di rumah Putri. Ia baru saja pulang dari Batam siang tadi, dan ia sudah tidak sabar untuk berbagi banyak cerita tentang segala kekesalannya selama hampir satu minggu ini berada di Batam dengan si big boss, Raka.

"Putriii....!!!!" Teriak Nayna begitu melihat Putri membuka pintu untuknya. Ia langsung saja menghambur ke dalam pelukan Putri. Membuat Putri sampai tidak bisa bernapas saking eratnya pelukan Nayna. Apalagi dengan bawaan Nayna yang begitu banyak itu. Hampir saja Putri sesak napas dibuatnya.

"Kamu nggak akan percaya dengan apa yang aku alami selama hampir seminggu ini, Put!" ujar Nayna dengan berapi-api begitu ia melepas pelukannya dari Putri.

"Emangnya apa? Sampai-sampai kamu mau 'bunuh' aku kayak tadi biar aku ngedengerin cerita kamu." Ucap Putri dengan jengkel sambil terbatuk-batuk. Dampak dari kerasnya 'cekikan' Nayna.

"Aku ceritanya di kamar kamu aja, ya?" ujar Nayna dengan cengirannya yang membuat Putri ingin sekali menyobek mulut temannya itu. Nayna langsung berlari menuju kamar Putri bahkan sebelum Putri mengatakan iya.

"Sh*t!" umpat Putri yang sudah sangat jengkel. Ia pun berjalan mengikuti Nayna ke kamarnya.

Begitu sampai di kamar Putri, Nayna menaruh seluruh barang bawaannya di atas ranjang. Itu adalah oleh-oleh yang ia bawa dari Batam.

"Apa itu, Na? Kamu mau jualan di rumahku ya?" tanya Putri begitu ia sampai di kamarnya dan menemukan berbagai tas kertas khas toko bersarang di atas ranjangnya.

Nayna menoleh ke arah Putri sambil memasang wajah kesal. "Kamu nggak bisa lihat ya? Apa mata kamu udah mulai error? Hah? Udah tahu ini oleh-oleh, kenapa juga masih nanya?"

"Itu karena aku nggak pernah pesan oleh-oleh sama kamu... lagian kamu ke Batam 'kan bukan buat liburan, tapi buat kerja. Kenapa kamu bisa sempat beli oleh-oleh kayak gitu, sih? Gimana ceritanya?" Putri mulai penasaran. Ia duduk di atas ranjangnya sambil membongkari isi tas-tas itu.

Nayna menghela napas lelah, lantas duduk di atas ranjang juga. "Sebenarnya kemarin adalah jadwal kami pulang, tapi... aku nggak mau. Aku bilang sama dia kalau aku mau istirahat sedikit. Kamu tahu, nggak? Selama di sana, dia itu udah kayak Daendels. Aku dipaksa kerja sepanjang waktu, bahkan di malam hari." Oceh Nayna.

Mata Putri membulat seketika, "malam hari? Apa jangan-jangan kalian..."

"Jangan mikir macam-macam ya, Put!" Nayna segera memotong tebakan Putri yang sangat ngawur itu. "Lagipula, dia bukan tipe cowok yang kayak gitu..."

"Kalau gitu, dia tipe cowok yang kayak gimana?" Putri mencoba memancing Nayna. Dan berhasil, karena Nayna segera menjawab pertanyaannya.

"Dia nyebelin, tapi dia baik. Dia keras, tapi dia penyayang. Dia juga seorang pekerja keras. Meskipun dia bisa jadi direktur karena papanya, dia bisa ngebuktiin bahwa dia mampu. Dia tipe cowok yang terlalu perfectionist, tapi justru itulah daya tariknya. Bahkan semua pegawai di kantorku juga mengakui hal itu."

Putri tersenyum, "Termasuk kamu?"

Tanpa sadar Nayna mengangguk, tapi detik berikutnya ia menggeleng. "Ya nggaklah! Dia itu nyebelin. Aku nggak suka."

"Emangnya siapa yang nanya kamu suka dia apa nggak?" ujar Putri. Membuat pipi Nayna merah seketika.

"Tapi, Put. Aku bingung."

Love Disease (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang