10 [Wait There]

165 16 0
                                    

Perkataan itu terlontar begitu saja. Ketika kemarahannya tengah memuncak, dia tak dapat memisahkan rasa marah dengan perasaan khawatirnya.

 Ketika kemarahannya tengah memuncak, dia tak dapat memisahkan rasa marah dengan perasaan khawatirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Now playing : Wait There - Yiruma

________________________

- 10. WAIT THERE -

   SESAK. Sunyi. Dahlia tak dapat mendengar apapun. Dan yang terakhir, gelap. Meski ia membuka mata, apa yang matanya lihat hanyalah warna hitam. Merasa kepalanya tertutup oleh sesuatu, ia menggerakkan tangannya untuk menyingkirkan benda itu. Rupanya sejak tadi kepalanya ditutup oleh sebuah topeng hitam. 

   Karung-karung besar merupakan pemandangan pertama yang gadis itu lihat. Ia tak tahu apa isinya. Gadis itu memperhatikan sekelilingnya, rupanya tidak ada satu orang pun di tempat itu. Sekarang, ia sedang berada di suatu ruangan sempit dengan karung-karung besar di sekelilingnya. Di bagian barat ruang itu, ada sebuah jendela kecil yang langsung menghadap keluar.

   "Apa ini masih di hutan?" gumamnya begitu melihat pepohonan dari jendela. Langit sudah gelap, Dahlia tidak tahu pukul berapa sekarang. Yang dapat ia pastikan, seseorang telah membawanya kemari—atau bisa dibilang—menculiknya.

   Pikiran Dahlia teralihkan pada karung-karung itu. Ia mencoba membukanya. "Dugaanku benar!"

   Seperti apa yang ia duga sebelumnya, pencuri itu masih ada di hutan. Gadis itu menemukan buktinya, karung-karung ini—semuanya penuh dengan jamur. Pasti ada sekelompok orang yang mencurinya untuk kepentingan ilegal.

   "Sial, aku meninggalkan ponselku!" Dahlia menghentakkan kakinya kesal. Bagaimana bisa dia lupa membawa ponselnya?

   Brak!
  Seseorang membanting pintu dengan keras sampai terbuka lebar. Masuklah seorang pria bertubuh gemuk yang langsung menatap lurus pada Dahlia.

   "Sudah bangun, nona?" tanya pria itu ketika melihat Dahlia berdiri kaget.

   Dahlia berseru dengan lantang, "Siapa kau? Apa tujuanmu membawaku kemari?" Kali ini, ia tidak peduli lagi soal tata krama untuk berbicara dengan orang asing dengan sebutan "Anda-saya".

   "Pelan-pelan, nona. Apakah seorang putri dari Kerajaan Dahlia tidak diajarkan tata krama?" tanya pria itu. Ia menutup pintu agar suara mereka tidak terdengar sampai keluar.

   "Cukup basa-basinya. Jawablah pertanyaanku!" ucapan pria tadi membuat Dahlia naik pitam.

   "Baik, nona muda, nampaknya kau tak suka membuang waktu," ia tersenyum lalu duduk di kursi kayu yang ada di dekat pintu.

   "Saya tidak bisa menyebutkan nama saya terang-terangan, nona. Itu rahasia. Namun, saya sudah bisa menduga nona tahu siapa saya. Ini adalah hasil pekerjaan saya," pria itu melebarkan tangannya bangga.

𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞𝐬𝐬' 𝐃𝐚𝐲𝐬 👑  [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang