15 [Their Parents]

148 14 1
                                    

"Sekarang, kita harus membiarkan putri kita ini mengalami masa remaja yang indah."

Now playing : Chopin Noctrune op

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Now playing : Chopin Noctrune op. 9 no. 2

_____________________

- 15. THEIR PARENTS -

   SAI sangat gembira ketika ia berhasil mendapatkan nomor Lavender. Selama berbincang di bawah pohon tadi, mereka tak sadar telah menghabiskan waktu berdua cukup lama. Saat perjalanan pulang di keretanya, ia tak dapat melepaskan pandangannya dari potret Lavender.

   Kereta kuda itu mulai masuk ke dalam halaman Kerajaan Saturn dan berhenti untuk menurunkan Sai di pintu utama. 

   Sai menyapa para pengawal yang berjaga di depan. Pengawal-pengawal itu balas menghormat pada sang putra mahkota sebelum membukakan pintu masuk.

   Sai melangkah masuk sambil tak henti-hentinya tersenyum. Suasana hatinya sedang baik sekarang. Semua itu karena Lavender. Menghabiskan waktu bersama gadis itu membuat Sai menyadari satu hal. Tak hanya parasnya yang menawan, ternyata kepribadiannya juga tak kalah menawan.

   "Kenapa kau senyum-senyum begitu? Ada kejadian menyenangkan di sekolah?" 

   Tiba-tiba ayahnya muncul di belakangnya. Sai terlonjak kaget. Dia buru-buru menyembunyikan potret Lavender ke balik punggungnya. "Tidak ada apa-apa, kok!"

   Sang raja curiga melihat Sai menyembunyikan sesuatu. Ia mendekati putranya dan mengambil kertas itu sebelum Sai sempat menahannya.

   "Ayah, kembalikan!" Sai mencoba meraihnya kembali. Dia panik kalau ayahnya mengenal siapa sosok dibalik wajah cantik itu.

  "Siapa yang kau gambar ini?" tanya ayahnya, "cantik benar!"

  Belum sempat Sai membalas, sang ratu menghampiri mereka. "Siapa yang kalian bicarakan?"

   "Sai menggambar gadis ini. Cantik, bukan?" sang raja menyerahkan kertas itu pada istrinya. Sang ratu memandangi gambaran itu dengan kagum. 

   "Sepertinya gadis itu pacarnya! Karena itulah dia sejak tadi senyum-senyum sendiri! Nak, usiamu berapa, sih? Ayah baru naksir dengan ibumu saat usia delapan belas tahun, loh!" tambah ayahnya.

   Sai tak membalas perkataan itu. Dia menggigit bibirnya jengkel. Sebenarnya dia ingin menyembunyikan ini dari orang tuanya, terutama ayahnya, yang banyak bicara. Tetapi, ia tak dapat berbuat apapun lagi jika ayahnya sudah tahu. Bahkan ibunya juga.

   "Sudahlah, usianya juga sudah tujuh belas tahun. Artinya, dia sudah besar. Jangan samakan denganmu! Wajah putra kita ini memang memikat. Tak hanya itu, dia pintar! Dia mendekati gadis ini dengan menggambar wajahnya," sang ratu mulai melebih-lebihkan, "gambarannya saja sebagus ini! Siapa yang tak luluh?" Ucapan ibunya membuat Sai sejenak merasa bangga.

𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞𝐬𝐬' 𝐃𝐚𝐲𝐬 👑  [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang