17 [You Are The Reason]

144 14 0
                                    

"Mantra apa yang kaupakai dalam permainanmu?"

Now playing : You Are The Reason - Calum Scott Harp Cover Version

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Now playing : You Are The Reason - Calum Scott Harp Cover Version

_________________________

- 17. YOU ARE THE REASON -

MALAM itu, Lavender tidak bisa tidur. Kejadian di observatorium yang membuat jantungnya hampir meledak itu masih terbayang jelas dalam pikirannya. Setelah ia berbisik pada Sai, gadis itu dapat melihat wajah Sai yang sangat sangat merah. Seperti buah stroberi matang.

Wajah shock nya itu membuat Lavender mengikik setiap mengingatnya lagi. Gadis itu mengubah posisi tidurnya. Matanya menatap segelas latte yang ada di atas meja di samping tempat tidurnya. Itu adalah latte yang dibawakan Paman Jordan begitu kembali ke atas.

Sai belum sempat mengucapkan sepatah kata pun.

"Kenapa wajah kalian merah?" tanya pria itu bingung. Ia menyerahkan satu cup latte kepada Lavender dan satunya lagi untuk Sai.

"O-oh, kami kepanasan," Sai beralasan sambil mengipasi wajah stroberinya itu. Lavender yang melihatnya berusaha menyembunyikan tawa di balik rambut panjangnya.

Paman Jordan menarik remote air conditioner dari dalam sakunya. "Suhunya saja sudah 19 derajat," alisnya berkerut, "perlu kuturunkan lagi untukmu?"

Sai mengangguk cepat. Setelah itu, pamannya menekan tombol untuk menurunkan suhu pendingin ruangan itu.

Sai meneguk latte yang diberikan oleh pamannya untuk menghindari kecanggungan.

Lavender menceritakan apa yang mereka lihat dan bertanya kepada Paman Jordan mengenai bintang jatuh. Wajah pria itu langsung bersemangat, katanya bintang jatuh cukup langka untuk dilihat. Kembali seperti sebelumnya, Paman Jordan langsung menjelaskan panjang lebar mengenai bintang jatuh.

Sai melayangkan pandang ke arlojinya. Sudah pukul delapan malam. Mereka harus cepat pulang atau ayah Lavender tidak akan memberi kepercayaan kepadanya.

Lelaki itu meminta maaf harus memotong penjelasan pamannya, namun ia menjelaskan bahwa mereka harus segera pulang. Paman Jordan mendelik begitu melihat jam. Pria itu buru-buru mengantar mereka keluar.

"Terima kasih atas kunjungannya, Sai dan Lavender!" pria gemuk itu tersenyum lebar.

"Kami yang harus berterima kasih atas ilmu dan waktunya, Paman Jordan," balas Lavender seraya tersenyum.

"Tuan Putri dapat menghubungi saya kapan pun bila ingin kembali lagi," pria itu menyerahkan kartu namanya. "Paman mau beres-beres sebelum pulang. Hati-hati di jalan."

Keduanya naik ke atas kereta. Ketika kereta itu mulai bergerak maju, Lavender menoleh lagi ke belakang dan melihat pria gemuk itu melambaikan tangan.

𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞𝐬𝐬' 𝐃𝐚𝐲𝐬 👑  [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang