Part 1

37.9K 1.4K 52
                                    

Happy reading

Flash Back

Seorang gadis dengan wajah pucat pasi berdiri di ambang balkon. Ia merentangkan tangannya, layaknya orang yang hendak bunuh diri. Air mata luruh membasahi pipinya, gadis itu bernama Hana Salsabila Mahendra, rambut Hana acak-acakan. Mata indahnya bengkak, hidungnya memerah.

"Kalau gue gak berjodoh sama Kak Zaky mending gue mati aja, hiks.... " 

"Gue benci Kak Zaky, gue benci wanita sok alim itu." Hana berteriak sekuat tenaganya.

"Selamat tinggal dunia.... " Hana hampir saja melangkahkan kakinya di atas udara, terjun bebas dari lantai tiga rumahnya.

Untung saja Hasan lebih sigap, dan tidak datang di waktu yang terlambat. Hasan menarik tubuh ringkih Adiknya itu.

"Lepasin gue Bang. " Hana memukul dada Hasan brutal.

"Dasar bodoh." Hasan memukul kepala Hana.

"Pukul aja terus, kalau bisa sampai gue geger otak." Hana meronta keluar dari dekapan Abangnya.

"Dasar Adik gak berguna, bego! awas aja kalau lu mau bunuh diri lagi. Gue bakal minta Mama Papa ngirim lo ke London secepatnya," ancam Hasan.

"Buang aja gue buang, kenapa kalian gak sejak dulu buang gue ke panti asuhan. Itu terdengar lebih manusiawi daripada gue diperlakukan seperti burung di sangkar kayak sekarang!!!"

"Mulut lo!" Hasan menunjuk tepat di wajah Hana.

"Kenapa lu mau robek mulut gue? Robek aja, pake gragaji kalau perlu." Hana menatap Hasan dengan tatapan menantang.

"Gue gak tau kenapa Mama bisa lahirin anak gak guna kayak lo!"

"Lo pikir lo berguna? Otak lo aja yang encer. Tapi kelakuan lo sama aja kayak binatang!!!" Hana berdiri kokoh menantang Hasan.

Hasan hampir saja melayangkan satu pukulan di wajah Hana. Hanya saja belum sampai pukulan itu mendarat di wajah Hana, Hasan kembali tersadar.

Hasan pergi begitu saja meninggalkan Hana.

Tubuh Hana merosot ke  lantai, Hana meringkuk membenamkan wajahnya di antara lututnya.

Hana menangis, menjerit pilu. Dadanya terasa begitu sesak, bagai di pukul oleh palu godam.

"Kenapa gak ada yang tulus menyanyangi gue di dunia ini."

"Kenapa, hiks.... "

"Kenapa tidak engkau cabut saja nyawaku Tuhan." Hana menangis sesenggukan.

Terlintas di bayangan Hana, ketika Zaky menjabat tangan Ayah Qonita. Ketika para saksi mengucapkan kata sah, ketika Qonita dengan anggunnya dituntum untuk menemui Zaky. Wanita bercadar itu terlihat sangat anggun, dan bersahaja. 

Saat itu, ingin rasanya Hana menyeret Qonita menjauh dari Zaky. Bagi Hana, Zaky hanya miliknya, Hana benci ketika ada gadis lain yang menyentuh miliknya.

Hana tentu saja tidak tinggal diam, ia membuat kegaduhan yang menjadi mimpi buruk dalam pernikahan Zaky. Hana maju ke depan menarik jilbab Qonita dari belakang, sampai-sampai gadis nan ayu itu terjungkal.

Hana ingat betul, untuk pertama kalinya Zaky menatapnya dengan kilatan amarah. Zaky mengeluarkan kalimat yang tidak pernah Hana bayangkan akan keluar dari mulut lelaki yang teramat ia puja.

"Hana! Sekali lagi kamu berani menyentuh istri saya dengan tangan kotormu itu, saya tidak akan mengizinkannya dunia akhirat. Cam kan itu. Jangan mentang-mentang kamu anak majikan saya, kamu bisa semana-mena dengan hidup saya. Saya punya harga diri."

HAKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang