Happy Reading
...Ting.
Dahi Pak Mahendra berkerut, panggilan telefon dari Bu Sukma Mahendra, ralat sekarang hanya Bu Sukma, seharusnya Bu Sukma tidak lagi dipanggil Bu Mahendra karena ia dan Pak Mahendra sudah resmi bercerai.
Pak Mahendra tersenyum tipis, biarbagaimanapun Pak Mahendra masih menyimpan rasa cinta yang besar pada Buk Sukma, hanya saja ego keduanya lebih besar.
Pak Mahendra menerima sambungan telefon dari Bu Sukma.
"Kamu ini sudah gila atau bagaimana Mahendra?" Suara melengking Bu Sukma langsung menyambut indra pendengaran Pak Mahendra.
"Apa-apaan kamu ini, menelfon saya hanya untuk mengatai saya gila." Suara Pak Mahendra terdengar sangat dingin.
"Kamu memang gila Mas, Ayah mana yang tega menyuruh putrinya bercerai, memanfaatkan keadaan demi ego sendiri. Itu bisa disebut Ayah kandung atau Ayah tiri Hah!!!!" Emosi Bu Sukma tak terkontrol.
"Apa maksudmu Sukma!!!" Tentu saja Pak Mahendra juga tersulut emosi.
"Saya sudah tahu Mas kepicikan yang sedang kamu lakukan saat ini, kamu memanfaatkan keadaan Zaky yang tidak bisa membiayai pengobatan Faiq dan Hana, kamu meminta Zaky menceraikan Hana!!! Jangan pikir karena saya jauh di sini saya tidak tahu apa-apa, saya selalu mendapat informasi akurat apapun yang terjadi di sana, jadi kamu jangan coba-coba mempermainkan kehidupan anak-anak .
"Kamu ini buta atau gimana? Kamu ndak bisa lihat apa Hana itu bahagia bersama Zaky. Okelah hidup mereka memang sederhana tapi Hana bahagia Mas, tidak seperti saat bersama kita. Harusnya kita malu Mas, malu. Kita ndak bisa buat anak kita bahagia, kita kalah telak oleh suaminya. Kalau urat malumu belum putus harusnya kamu merasakan malu Pak Mahendra yang terhormat.
"Kamu jangan bawa-bawa didikan ibu kamu untuk mendidik anak-anak kita lagi. Sudah cukup Mas selama ini saya bersabar, kamu belum puas keluarga kita hancur sehancurnya seperti saat ini karena ulah...."
Pak Mahendra memotong ucapan Bu Sukma. "Jangan bawa-bawa dan hina Almarhumah Ibu saya Sukma, ini masalah kita!!!!" Suara Pak Mahendra semakin meninggi.
"Kamu pikir semua kehancuran rumah tangga kita ini bermula karena siapa? Hah, ini semua karena.... "
Lagi-lagi Pak Mahendra memotong ucapan Bu Sukma. "Diam kamu wanita sialan!!!" umpat Pak Mahendra.
"Hah wanita sialan? Hebat. Mulut kamu semakin tidak terdidik saja ya Mas, kamu selalu begini menutup mata dan telinga atas ulah Ibu kamu. Kamu gak pernah mau mengakui jika hancurnya rumah tangga kita karena Ibu masuk terlalu jauh dalam urusan rumah tangga kita, kita berdua layaknya robot yang harus mengikuti komando Ibu." Bu Sukma tertawa hambar.
"Jangan limpahkan kesalahan itu pada Ibu saya, kamu saja yang memang tidak becus menjadi ibu dan istri."
"Kamu lupa atau pura-pura lupa, dulu awal-awal kita menikah saya telah mengikhlaskan resign dari pekerjaan di saat saya berada di puncak karier, saya rela jadi ibu rumah tangga demi kesejahteraan bersama. See, apa yang terjadi setelahnya, saya memilih jadi ibu rumah tangga ibu kamu tetap memonitor, menyuruh dan menuntut ini itu, seolah tidak percaya dengan apapun yang saya lakukan dan apa yang saya putuskan. Hal yang paling menyakitkan yang pernah saya rasakan adalah saat Ibu kamu menyuruh kamu poligami karena saya tidak kunjung hamil, dan yang lebih sakitnya adalah ketika kamu tetap patuh dan menuruti permintaan tidak masuk akal Ibumu itu, kamu melukai hati saya sampai titik yang paling dalam Mas." Suara Bu Sukma tercekat, mati-matian Bu Sukma menahan air matanya.
"Kamu menikah lagi dan tetap egois tidak mau menceraikan saya Mas. Sejak saat itu saya sudah mati rasa, di saat saya dan istri kedua kamu hamil dalam waktu yang hampir sama hanya berselang beberapa bulan dia lebih cepat 2 bulan dari saya, lagi-lagi posisi saya dibedakan, Ibu lebih menyayangi dan memperhatikan dia dan kandungannya daripada saya Mas, kamu gak pernah mau tahu 'kan betapa terlukanya saya di saat itu, dan kamu tidak ada di sisi saya Mas, kamu tidak memberi kekuatan apa-apa kepada saya."
Suara isak tangis Bu Sukma terdengar sangat memilukan. Pak Mahendra terdiam tidak tahu harus merspon apa-apa.
"Sampai-sampai saya keguguran, dan Ibu menyalahkan saya atas keguguran anak kita, saya dianggap pembawa sial, kemudian mejelang istri kedua kamu melahirkan saya lagi-lagi jadi bahan olok-olokan di keluarga kamu Mas, saya dipermalukan, saya dihinakan. Jujur saja pada saat istri kedua kamu itu dinyatakan meninggal pasca melahirkan saya sempat bersorak gembira, rasa empati saya sudah raib entah kemana. Bahkan saya tidak merasa kasihan sedikitpun melihat anak malang yang resmi jadi piatu sesaat setelah ia lahir. Kamu gak tau juga kan Mas betapa saya mati-matian berperang dengan rasa benci ketika membesarkan Husein, ya kamu pasti tidak pernah tahu itu dan tidak mau tahu, karena saya hanyalah formalitas dan mesin penambah keturunan dalam keluarga kamu." Bu Sukma tertawa hambar.
"Kamu selalu menyudutkan saya di depan anak-anak, kamu selalu mendoktrin mereka kalau saya bukanlah seorang ibu yang becus mengurus anak, cih. Kamu bahkan tidak pernah berpikir kenapa saya berubah menjadi wanita yang workholic seperti ini kan, tentu saja kamu juga tidak akan tahu lebih tepatnya tidak mau tahu.
"Kamu harusnya tahu saya sudah menelen rasa kecewa begitu banyak, sehingga saya tidak mau diatur-atur lagi. Saya melakukan apa yang ingin saya lakukan.
"Nyatanya berimbas kepada anak-anak, saya akui saya juga turut andil akan hancurnya masa depan anak-anak. Tapi perlu di garis bawahi penyebab utamanya tetaplah Ibu dan kamu." Bu Sukma berenti sejenak, menarik nafas dalam-dalam.
"Jadi jangan coba-coba merenggut kebahagian anak saya Hana Mas, saya tidak akan tinggal diam. Kalau kamu tidak mau membantu Zaky, saya sendiri yang akan membantu biaya pengobatan Hana dan anak Zaky itu. Saya tidak akan segan-segan menghancurkan hidupmu Mas, kalau sampai kamu berani memisahkan Zaky dan Hana," ucap Bu Sukma dengan suara tegas.
"Sudah cukup Hana menderita selama ini, sudah begitu banyak penderitaan yang dia alami, sudah begitu banyak trauma yang ia rasakan. Jangan coba-coba menambah luka itu lagi," ancam Bu Sukma.
"Buka matamu lebar-lebar Mas, perhatikan betapa bahagianya putrimu itu menjalani kehidupan barunya, dan kamu mau merusak itu begitu saja, kapan lagi kamu bisa mempergunakan hatimu itu barang sesaat Mas, kapan? Apa kamu harus kehilangan Hana anakmu yang malang itu dulu, baru kamu sadar Hah!!!"
Handphone yang berada di genggaman Pak Mahendra jatuh ke lantai, lutut Pak Mahendra seketika terasa lemas. Pak Mahendra memukul-mukul dadanya yang terasa sesak. Ingatan-ingatan masa lalu yang dibeberkan oleh Bu Sukma terlintas di bayangan Pak Mahendra.
"Arkhhhh.... "
Pak Mahendra memukul-mukul kepalanya. Sampai-sampai orang yang berlalu lalang di lorong rumah sakit, menatap jengah ke arah Pak Mahendra.
Setelah kematian Hani kembaran Hana, untuk pertama kalinya Pak Mahendra meneteskan air mata lagi. Air mata Pak Mahendra menetes satu demi satu. Seiring ingatan masa lalu yang mengalir deras dalam ingatan Pak Mahendra.
...Pak Mahendra berjalan menuju mushola rumah sakit setelah mengambil wudhu, Pak Mahendra merasa yang ia butuhkan saat ini adalah bersujud bersimpuh di atas hamparan sajadah.
Pak Mahendra menghentikan langkahnya ketika sayup-sayup Pak Mahendra mendengar suara isak tangis dari dalam.
"Ya Allah, hamba tidak tahu harus memilih jalan mana, bolehkan hamba sedikit mengeluh? Semua ini terlalu sulit Ya Rabb, hamba sadar tidak seharusnya hamba mengeluh. Namun Ya Allah, hamba tidak tahu harus mengadu kepada siapa lagi."
Pria yang ada dalam mushola tersebut adalah Zaky, Zaky sedang bermunajat kepada Sang Ilahi Rabbi.
"Hamba mencintai Hana, Faiq dan buah hati kami yang ada di dalam perut Hana karena-Mu ya Allah, hamba mencintai mereka lillahi taala. Haruskah hamba mengorbankan satu di antara mereka Ya Allah, hamba sungguh tidak berdaya Ya Allah, kiranya berikanlah petunjuk kepada hamba."
Hati Pak Mahendra terasa semakin sesak, sesaknya semakin terasa. Tidak terdefenisikan oleh kata-kata lagi.
...
Tbc
Maaf kalau part ini terasa flat. 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
HAKI
RomanceJudulnya HAKI apa yang ada di pikiran kamu ketika baca 'HAKI' Hak Kekayaan Intelektual? lol wkwkkw. Anak hukum pasti mikirnya langsung kesitu 'kan? ini beda ya sodara-sodara. HAKI itu 'Hana Zaky' ... Cerita HAKI mengisahkan seorang gadis bern...