Part 5

16.8K 1K 40
                                    

Happy Reading
... 

Tatapan mata Hana lurus ke depan, seolah ia tengan mendengarkan dosennya yang tengah ceramah panjang kali lebar. Dosen yang dua tahun lagi akan pensiun itu, menyampaikan teori dengan semangat sesekali menyisipkan wejangan di dalamnya. 

Hana hanya mendengar suara saja, tetapi tidak meresapi apa yang disampaikan oleh dosen tersebut.

Pikiran Hana telah sampai kemana-mana, hanya raganya yang tertinggal di sana, pikirannya sudah melanglang buana kesana kemari.

Hana menoleh ke arah jendela, angin sepoi-sepoi berhembus mesra, dedaunan gugur, ranting terbujur di tanah. Alam adalah perpaduan paling menenangkan.

"Hana Salsabila! Kamu pikir saya ini radio rusak, kalau kamu tidak senang dengan kelas saya. Silahkan keluar!!!" Suara Bu Asmi menggema di penjuru kelas.

Hana menyampirkan tas di bahunya, setelahnya Hana bangkit dari tempat duduknya.

"Saya keluar saja kalau begitu Buk."

Setelah mengucapkan hal yang terbilang nekat itu, Hana langsung melenggang keluar dari kelas. Teman-teman satu kelas Hana menatap punggung Hana yang semakin menjauh dengan tatapan tidak percaya. Hana benar-benar mencari mati, begitulah kira-kira yang terlintas di benak teman-teman Hana.

"Begitulah ciri-ciri calon mahasiswa yang sudah dapat dipastikan gagal di matakuliah saya semester ini," ucap Bu Asmi dengan tagas.
...

Hana tidak menghubungi Zaky kalau ia telah keluar dari kelas, Hana sedang tidak ingin mendengar serentetan omelan yang akan diutarakan Zaky.

Hana memilih memesan ojol, tujuan Hana kali ini adalah kantor penerbit RMM. Ia butuh sedikit mengganggu kelangsungan hidup editor galak yang menangani naskahnya itu.

Sesampainya ia di kantor penerbit, ia langsung melenggang menuju ruangan Beta Anjani, editor yang meanangani naskahnya.

"Ngapain lu datang kesini, gue lagi banyak kerjaan, kepala gue rasanya mau meledak. Jadi mending lu pulang sebelum gue usir dengan cara tidak terhormat." Baru saja Hana memasuki ruangan Beta, Hana sudah disemprot oleh Beta.

"Pantes itu muka isinya keriput mulu, jadi manusia galak amat. Naskah gue apa kabar? Lama amat ngantrinya, gue di dzolimi mulu perasaan." Hana mengambil posisi duduk di hadapan Beta.

"Eh kutu kupret naskah lo itu mentah banget, pengen gue buang aja sebenarnya. Biasa juga tulisan lu rapi, tapi kenapa naskah kali ini alur ceritanya aja yang keren, EYD dan jajarannya hancur. Si Saga pake segala nerima naskah lu, pengen gue cekek tu orang" Beta masih saja mengomel.

"Hahhah Saga mana bisa nolak pesona naskah gue dari dulu. Matanya ampe gak kedip biasa baca cerita gue." Hana tertawa renyah.

"Ya tapi kenapa gue yang harus nangani, ini si Saga minta digorok emang. Semua naskah yang masuk di meja gue itu aneh-aneh semua, gue mau mati rasanya!" Wanita yang bernama Beta itu berdecak kesal.

"Ya sesekali dong lu dapet naskah ribet, masa iya naskah penulis terkenal mulu." Hana tertawa renyah.

"Tawa lu." Beta memicingkan matanya.

"Cuma lu penulis yang berani ganggu ketentraman hidup editornya kayaknya di muka bumi ini Han, aseli kok lu jadi manusia langka banget." Beta masih sibuk dengan layar laptopnya.

"Makanya manusia kayak gue itu harus di kembangkabiakkan biar gak punah."

"Mati aja lu sana."

"Hahahha galak amat sih woy, eh btw kok royalti yang masuk ke rekening gue mulai seret ya?"

HAKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang