Happy Reading
...Kondisi Hana beberapa hari setelah Mamanya meninggal tidak jauh lebih baik dari yang sebelumnya. Hana lebih sering melamun, sampai-sampai Hana tidak fokus mengurus Ibrohim dan Faiq.
Hal ini diperparah ketika Hana telah mengetahui sejarah kisah keluarganya bisa sampai sehancur ini, Hana baru tahu ternyata Husein bukanlah abang kandungnya, Hana juga tidak pernah menyangka Papanya sudah pernah menikah lagi setelah bersama Mamanya, Bu Sukma.
Semua fakta ini bagaikan pukulan telak untuk Hana, semua terkaan Hana terhadap Mamanya selama ini tidak sepenuhnya benar. Bu Sukma punya alasan kenapa berubah sedingin itu, Pak Mahendra terlalu lemah pada saat itu tidak bisa berkutik dengan semua perintah Nenek Hana, kemudian Nenek Hana bisa berbuat sejauh itu karena Nenek Hana ingin segera menimang cucu dari Pak Mahendra, dan lagi ternyata Bu Sukma menjadi menantu di keluarga Mahendra bukan atas keinginan Nenek Hana.
Terlalu rumit untuk Hana pikirkan, Hana tidak tahu letak kesalahannya dimana. Bu Sukma, Pak Mahendra, dan Nenek Hana seolah punya alasan pembenar masing-masing atas keputusan yang mereka ambil.
Terakhir Hana hanya bisa meratapi nasibnya, yang terlalu pongah menjadi seorang anak. Tidak memiliki kesabaran menghadapi orangtuanya yang memiliki watak yang unik, berbeda dengan orangtua pada umumnya.
Kini hanya penyesalan yang terus menghantui Hana, semua kata-kata amukan yang Hana lontarkan kepada Bu Sukma kala itu terus memburu Hana.
"Hana itu Ibrohim ngompol kok dibiarin aja atuh?" Zaky menepuk bahu Hana.
"Eh Kakak udah pulang kerja?" tanya Hana seperti orang ling-lung.
"Iya kamu gak denger Kakak ngetok pintu berkali-kali, untung Kakak bawa kunci serap." Zaky mengacak poni Hana.
"Bentar Hana siapin teh dulu buat Kakak." Hana hendak beranjak pergi ke dapur, Zaky menahan tangan Hana.
"Gak usah Han, kamu ganti celana Ibrohim aja." Zaky tersenyum tulus.
"Maafiin Hana ya Kak, Hana jadi lalai dengan tugas Hana sebagai seorang istri." Hana memilin ujung piyamanya.
"Kakak ngerti posisi kamu kok, Kakak cuma takut kamu membahayakan diri kamu Han. Seperti semalam, menuang air panas sampai melimpah kemana-mana, untung aja Kakak sigap. Tangan kamu gak kena," jawab Zaky dengan suara lembut.
"Maafiin Hana Kak."
Zaky membawa Hana ke dalam dekapan hangatnya.
"Kamu gak perlu minta maaf, gunanya suami ya seperti saat ini. Memberikan sandaran kala istri butuh itu bahu tempat bersandar, memberikan pelukan hangat dan memberikan dukungan kala istri tengah bersedih. Jangan pernah merasa sendiri, Kakak akan selalu ada di samping kamu." Zaky mengecup puncuk kepala Hana seperti biasanya.
"Terimakasih Kak," ucap Hana lirih.
Setelah adegan pelukan ala-ala Hana dan Zaky, Hana mengganti celana Ibrohim, sementara Zaky bersiap-siap untuk mandi.
..Sebelum tidur Hana dan Zaky duduk berdua di ruang tamu, di temani secangkir teh dan gigilnya malam. Di luar hujan mengguyur kota Jakarta begitu derasnya.
Zaky mengganti chanel tv ke siaran dakwah, bertepatan pada saat itu kajiannya tentang mengikhlaskan apa yang telah Allah takdirkan. Tema yang sangat sinkron dengan apa yang Hana rasakan pada saat ini.
Baik Hana dan Zaky tidak membuka suara, keduanya fokus mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh ustadz tersebut.
Kata demi kata yang terucap dari lisan ustadz tersebut seolah menyentil hati Hana. Begitu banyak kalimat motivasi dan muhasabah diri yang Hana dapatkan malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAKI
RomanceJudulnya HAKI apa yang ada di pikiran kamu ketika baca 'HAKI' Hak Kekayaan Intelektual? lol wkwkkw. Anak hukum pasti mikirnya langsung kesitu 'kan? ini beda ya sodara-sodara. HAKI itu 'Hana Zaky' ... Cerita HAKI mengisahkan seorang gadis bern...