Part 30

14.1K 896 33
                                    

Happy Reading
...

Zaky menuntun Hana masuk ke dalam rumah duka, rumah Pamannya Zakariyya. Kaki Hana gemetar, kalau saja tidak ditopang oleh Zaky, mungkin Hana akan terhuyung. Hana tidak henti-hentinya menangis, nafasnya sampai nyaris tersengal.

Dada Hana terasa sangat-sangat sesak, Hana tidak pernah merasa sesak sehebat ini. Bisa dibayangkan apa yang dirasakan Hana pada saat ini, masih basah dalam ingatan Hana saat ia membentak Mamanya sampai-sampai Mamanya menundukkan kepala, tidak sanggup menatap wajah Hana, selang beberapa jam kemudian Mamanya meninggal karena serangan jantung, bisa dibayangkan bagaimana hancurnya perasaan Hana? Mamanya meninggalkan dirinya untuk selama-selamanya bukan seperti biasa lagi, pergi lalu datang lagi, kali ini tanpa pamit dan tidak akan kembali lagi, dan Hana belum sempat meminta maaf kepada Mamanya.

Dunia mereka telah terpisah, kemana lagi Hana harus berlari untuk mendapatkan Maaf dari Mamanya? Kenyataan pahit itu menambah sesak di hati Hana.

Hana menghentikan langkahnya, untuk pertama kalinya Hana melihat tubuh Mamanya telah terbujur kaku, dunia Hana terasa runtuh seketika.

"Mama.... "ucap Hana lirih diirngi derai air mata Hana yang tak kunjung reda.

"Mama Ha... na belum sempat min... ta ma... af, kenapa Mama menghukum Hana dengan hukuman seberat ini, Mama jangan pergi Ma.... "

Zaky mengelus bahu Hana, menenangkan Hana.

"Istighfar Han, kamu gak boleh menyalahi takdir Allah."

Hasan, Pak Mahendra dan Pak Zakariyya menatap Hana dengan tatapan jengah, tidak ada tatapan belas kasihan yang terlihat dari sorot mata mereka. Hasan yang biasanya selalu berada di pihak Hana, walaupun dengan cara mengeluarkan kalimat-kalimat pedas atau kalimat menohok, kali ini Hasan terlihat tidam mau tahu dengan kondisi Hana. Hasan tidam memiliki niatan menghampiri Hana, bahkan untuk sekedar memaki-maki sekalipun.

"Mama.... " Hana berniat ingin membuka penutup wajah Bu Sukma.

"Jangan sentuh wajah Kakak saya.... " suara Pak Zakariyya menggema, menghentikan pergerakan Hana.

"Paman.... " sanggah Zaky, namun nyali Zaky menciut begitu melihat sorot mata Pak Zakariyya.

"Ini 'kan yang kalian dambakan selama ini, melihat Kakak saya meninggal. Jadi kalian semua seharusnya tidak perlu harus berdrama di hadapan kami.... " suara Pak Zakariyya meninggi.

"Mas jangan gini ya, jangan halang-halangi anak-anak Teteh Sukma melihat wajah Ibu mereka untuk terakhir kalinya, ini adalah pertemuan terakhir mereka Mas. Kendalikan emosimu." Bu Hafsah istri Pak Zakariyya menenangkan Pak Zakariyya yang tersulut emosi.

"Setelah Kakak saya ini dikebumikan, cukup sampai di sini tali persaudaraan kita. Kalian jangan pernah coba-coba menginjakkan kaki di rumah saya lagi. Saya tidak akan pernah merasa punya keponakan durhaka seperti kalian. Dan satu lagi, sudah seharusnya kalian bertanya kepada Ayah kalian, Pak Mahendra yang tehormat ini, apa-apa saja yang sudah dilalui Kak Sukma selama menjadi menantu di keluarga Mahendra, setelah mengetahui kisahnya semoga kalian tidak mati bunuh diri karena menyesal!!!"
Pak Zakariyya bangkit dari posisi duduknya, ia pergi keluar.

Sementara itu Pak Mahendra mengusap wajahnya kasar, ingatan-ingatan tentang masa lalu mereka kembali menyeruak di ingatan Pak Mahendra, menambah jumlah penyesalan yang hinggap di hati Pak Mahendra.

"Jangan diambil hati ucapan Pamanmu ya Nak, ayo kalian baca Al-Qur'an. Saat ini yang paling dibutuhkan oleh Teteh adalah doa anak yang sholeh dan sholelah. Jangan sia-siakan kesempatan itu selagi kalian masih diberi kesempatan," ucap Bu Hafsah melonggarkan suasana yang menegang.

HAKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang