Part 27

15.4K 901 44
                                    

Happy Reading.
...

Tibalah hari dimana Hana harus melalui operasi caesar demi si buah hati, Hana harus mengikhlaskan hati untuk menjalani proses melahirkan dengan cara dioperasi, tentu saja kalau ditanya keinginan Hana dari lubuk hati yang paling dalam, Hana masih berharap ia bisa melahirkan secara normal, merasakan fitrah seorang wanita ketika berjuang melahirkan si buah hati denga tenaga sendiri, bukan dengan proses yang dipercapat dan tentu saja tidak ketika melalui prose operasi Hana tidak akan merasakan sensasi mengejan yang sangat didambakan oleh Hana.

Tetapi sekali lagi itu hanya harapan Hana saja, keputusan mutlak tetaplah berpegang kepada takdir yang Allah tetapkan, mungkin ini lah jalan terbaik untuk Hana dan dede bayi. Hana harus bisa ikhlas.

Perawat kemudian memberikan intruksi kepada Hana agar Hana segera mandi, Zaky membantu Hana masuk ke dalam kamar mandi, untuk saat ini Hana masih kuat untuk mandi sendiri, jadi Zaky hanya bertugas menunggu Hana di luar kamar mandi.

Kemudian setelah Hana mandi, Sekitar pukul 05.30 WIB perawat datang lagi untuk memasangkan inpus dan carteter.

Setelah itu Hana mulai merasa lemas dan rasa ngantuk mulai mendera Hana. Operasi akan dilakukan sekitar pukul 11.00 WIB.

Selama menunggu waktu operasi, Zaky selalu setia mendampingi Hana, selain itu Papa Hana dan Hasan beserta anak dan istrinya juga sudah datang ke rumah sakit. Kekuatan Hana terasa bertambah berkali-kali lipat, karena ia merasa tidak sendirian dalam menghadapi semua
...

Menjelang pukul 11.00 Wib dibantu oleh perawat, Hana diantar menuju ruang operasi. Hana sedikit kecewa sebenarnya kala suster mengatakan kalau Zaky tidak bisa mendampingi dirinya di ruang operasi, begitulah kebijakan rumah sakit berbeda-beda ada yang tidak membolehkan suami mendampingi istri di ruang operasi, ada juga beberapa yang membolehkan.

Sebelum masuk ruang operasi, Hana sempat mencium punggung tangan Zaky cukup lama, Air mata Hana luruh membasahi punggung tangan Zaky, keberanian yang Hana gaungkan sejak tadi malam raib seketika, nyali Hana menciut saat detik-detik ia akan segera masuk ke dalam ruang operasi, Hana merasa takut akan adanya kemungkinan terburuk ketika ia menjalani operasi.

"Yang kuat ya sayangku, jangan berhenti berdzikir." Zaky mengusap kepala Hana lembut, mengecup puncuk kepala Hana.

"Semoga Allah memudahkan semuanya." Zaky menghela nafas.

"InsyaAllah," jawab Hana.

Setelahnya Hana beranjak untuk meminta doa kepada Ayahnya, doa orangtua kepada anak sangatlah mustajab.

"Hana minta maaf Pa, doakan Hana dan dede bayi ya Pa." Hana mencium punggung tangan Pak Mahendra.

"Yang kuat ya Nak." Pak Mahendra mengelus puncuk kepala Hana.

Setelah itu untuk yang terakhir Hana meminta izin kepada Hasan.

"Doakan Hana ya Bang," ucap Hana.

Hasan memeluk Hana dengan pelukan longgar, Hasan mengecup kening Hana berkali-kali. Hasan benar-benar terlihat sangat mengkhawatirkan adiknya itu, gadis kecil yang biasa selalu ia jahili bahkan ia dzolomi hari ini akan berjuang antara hidup dan mati. Walaupun Hana tidak melahirkan secara normal, namun resiko antara berjuang antara hidup dan mati tetaplah sama dengan wanita yang melahirkan secara normal.

"Keluarlah dari ruang operasi dengan selamat ya Dek," Hasan menepuk puncuk kepala Hana dengan lembut.

"InsyaAllah," jawab Hana.

Setelah itu Hana dibawa oleh perawat masuk ke dalam ruang operasi, pertama kali Hana menginjakkan kaki di ruang operasi Hana mulai merasa was-was, ruang operasi yang terasa dingin membuat Hana semakin merasa gigil.

HAKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang