Part 9

16.2K 1K 22
                                    

Happy Reading
.. 

Zaky menghampiri Hana yang terlihat sangat canggung ketika berinteraksi dengan anaknya Faiq.

Zaky melatakkan tangannya di atas puncuk kepala Hana.

"Kamu mau belajar gendong Faiq?" tanya Zaky dengan hati-hati.

Hana menganggukkan kepalanya canggung. Hana benar-benar tidak tahu harus bersikap seperti apa, dari dulu Hana tidak terbiasa dengan anak kecil, bahkan bisa dibilang Hana tidak suka anak kecil.

Karena menurut Hana anak kecil itu terkhusus yang masih bayi sangat sulit dipahami. Hana juga tidak memiliki keberanian untuk menggendong bayi yang tubuhnya begitu mungil, dan masih riskan, sehingga harus disentuh dengan kelembutan dan penuh kehati-hatian.

Konyol memang, sejak dulu Hana bahkan berpikir kalau nanti ia sudah menikah ia tidak perlu memiliki anak, nanti saja di adopsi anak dari panti asuhan yang sudah berumur belasan tahun. Jadi Hana tidak perlu susah-susah mengurusnya sejak bayi. 

Zaky naik ke atas kasur dan menggendong Faiq dengan hati-hati.

"Pertama Otot di leher bayi masih belum kuat. Kamu harus selalu menopang lehernya saat mengangkatnya dari tempat tidur, atau saat menggendongnya, seperti ini," Zaky menjelaskan dengan pelan supaya Hana dapat menangkap dengan cepat.

"Kedua,  jangan menekan bagian lunak di kepala bayi Saat mengangkatnya dari tempat tidur, selanjutnya letakkan satu tangan di belakang kepala Faiq, dan tangan satu lagi di pantatnya. Lalu angkat tubuh Faiq secara perlahan, dan letakkan di dada kamu."

Hana memperhatikan Zaky yang memperagakan apa yang Zaky jelaskan dengan seksama. Pria di hadapannya ini terlihat begitu menawan, hot daddy.

"Kalau kamu mau menidurkan Faiq dalam gendonganmu, seperti ini posisinya. Angkat  Faiq dengan posisi satu tangan di kepala dan tangan lain di bagian pantat secara perlahan, tempatkan kepala Faiq di lekuk lengan kamu, intinya sebagian tubuh Faiq berada di sepanjang lengan kamu. Tangan  kamu yang satunya lagi tetap berada di bagian bawah tubuh Faiq  untuk menopang beratnya. Dengan mengayunkan Faiq dalam posisi ini, dia akan cepat tertidur."

Zaky menatap Hana yang menatap dirinya dengan tatapan berbinar, Zaky tertawa kecil.

"Mau coba?" tawarkan Zaky.

"He'eh aku kayaknya masih harus lebih sering memperhatikan Kakak dulu mengendong Faiq, aku gak mau ngambil resiko Kak,"

Hana menundukkan kepalanya. Ia benar-benar merasa malu. Begitu percaya diri untuk meminta Zaky menikahinya, hanya disuruh menggendong Faiq yang sudah resmi menjadi anaknya itu juga Hana tidak mampu.

"Hey jangan menangis, Kakak gak marah kok. Semua pasti butuh proses." Zaky tersenyum tulus kepada Hana.

"Hana malu Kak," Hana menundukkan wajahnya.

"Kakak menerima kamu apa adanya Han, jadi jangan merasa minder, malu atau semacamnya. Kita bisa belajar sama-sama."

Suara Zaky yang terdengar lembut mengalirkan rasa hangat di hati Hana.

"Ini udah jadwalnya Faiq minum susu Han, jagain Faiq bentar ya. Kakak mau buatkan susu sebentar," perintah Zaky.

Zaky lalu meletakkan bayinya itu dengan hati-hati di atas kasur, memposisikan Faiq dalam posisi yang senyaman mungkin.

Hana memilin kemejanya, lagi-lagi ia merasa malu. Zaky bahkan tidak berniat memintanya membuatkan susu untuk Faiq, jelas saja Hana tidak akan pandai menakar ukuran susu untuk Faiq, dia benar-benar merasa sangat payah.

"Kamu pasti berpikiran yang enggak-enggak lagi kan, udah Kakak bilang semua itu butuh proses, Kakak gak akan menuntut dan memaksa kamu secepatn itu menguasai semuanya." Zaky mengacak-acak poni Hana.

Setelah Zaky pergi, Hana menatap bayi mungil yang terlihat begitu menggemaskan itu. Hana tidak tahu harus melakukan apa, ia hanya memperhatikan Faiq saja. Hana terlihat sangat kaku.

Selang beberapa menit, Zaky datang membawa susu yang diisi dalam dot bayi.

Zaky memberikan susu itu pada Faiq dengan telaten, Hana lagi-lagi merasa sangat takjub. Pria di hadapannya ini benar-benar multitalent. Zaky mampu mengatasi semua masalah yang datang silih berganti dalam hidupnya dengan tenang.
..

Setelah minum susu, tak lama sesudah itu Faiq tertidur.

Saa ini Hana dan Zaky sedang bera di di dapur, tentu saja untuk memasak makan malam.

"Kak aku juga gak bisa masak," aku Hana dengan suara yang terdengar bergetar.

"Iya Kakak tahu Hana, Kakak itu sudah menemani mu sejak 7 tahun terakhir ini, Kakak tahu betul memegang pisau di dapur saja pun kamu tidak pernah." Zaky tertawa renyah.

"Hana benar-benar malu. Hana istri yang tidak bisa diandalkan sama sekali," ucap Hana lirih.

"Kakak menikahimu bukan untuk Kakak jadikan babu loh, jadi jangan merasa malu begitu. Kita belajar sama-sama. Nanti Kakak ajarkan bagaimana caranya memasak, masak yang gampang dulu, entar kamu terbiasa sendiri kok."

Zaky lagi-lagi mengelus puncuk kepala Hana. Hana merasakan sensasi yang luar biasa ketika tangan Zaky bertengger di kepalanya, Hana merasa dilindungi dan terlindungi.

"Sekarang kamu duduk saja di sana, perhatikan Kakak memasak. Bagimana caranya menggunakan pisau dan peralatan dapur lainnya. Untuk saat ini kamu cukup memperhatikan saja dulu. Besok atau lusa, baru kamu ikut bagian memotong-motong, oke," instruksi Zaky.

Hana menganggukkan kepalanya, dari posisinya saat ini Hana bisa menyaksikan sendiri betapa lihainya Zaky mempergunakan peralatan dapur, pergerakan Zaky sangat cepat dan cekatan. 
...

Berkutat kurang lebih satu jam di depan wajan dan jajarannya. Barulah hidangan sederhana yang terlihat menggugah selera terhidang di atas meja makan. 

"Ayuk makan," ajak Zaky.

"Biar Hana yang mengambilkan nasi dan lauk untuk Kakak, Hana selalu bermimpi bisa melakukan hal ini ketika Hana sudah menikah," ucap Hana.

Zaky tertawa geli, wanita yang telah resmi menjadi istrinya ini benar-benar sangat polos, Zaky jadi merasa ia menikagi gadis berusia dibawah umur, padahal gadis di hadapannya ini sudah berusia 20 Tahun.

Hana mengambil nasi dan lauk pauk di piring Zaky dengan semangat.

"Maaf ya Han, Kakak cuma bisa menyiapkan lauk sederhana seperti ini. Perut kamu pasti akan kaget mendapatkan asupan nutrisi ala kadarnya seperti ini," ucap Zaky.

"Hana gak papa kok Kak, lebih baik hidup sederhana tapi hati Hana bahagia Kak," jawab Hana tulus.

"InsyaAllah Kakak akan mengusahakan kebahagianmu, Kakak juga akan belajar untuk mencintai kamu Dek," ucap Zaky tulus.

"Harus mah itu Kak, gak boleh enggak." Hana tertawa renyah.

"Yaudah ayuk makan, jangan lupa baca doa dulu ya," perintah Zaky.

Suasana makan malam pertama Hana dan Zaky setelah resmi menjadi suami istri terasa begitu hangat, sudah lama Hana tidak merasakan kondisi senyaman ini. 
...

Tbc

HAKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang