Part 2

19.5K 1.1K 36
                                    

Happy Reading
..

"Ani ayuk duduk di pinggiran balkon. Kalau Papa Mama pulang kita bisa liat langsung." Hana menyeret tubuh mungil kembarannya itu.

"Nanti kalau kita jatuh gimana Han?" Hani yang nyalinya berpuluh kali lipat dibawah Hana tentu saja tidak berani.

"Halah, ya jangan jatuhin diri juga lah."

Pada akhirnya dua wanita kembar itu duduk di atas penyangga balkon, yang langsung menghadap ke parkiran.

(Nb: Kira-kira seperti ini ya bentuk balkonnya netizien yang budiman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Nb: Kira-kira seperti ini ya bentuk balkonnya netizien yang budiman. Klarifikasi duluan aja takutnya dibilang gak reaslitis. Jadi penyangganya memang bisa untuk diduduki.)

Angin sepoi berhembus, menggelitik wajah Hana dan Hani. Langit mulai menjingga. Terbias elok di pandang mata. Burung mengitari langit senja, meriuhkan susasana dengan kicauannya.

Kenderaan berlalu lalang, hilir mudik membelah jalanan yang padat ramai. Pemiliknya akan kembali ke gubuk bahagia, karena mereka bukan robot. Mereka adalah manusia yang memanusiakan diri.

Hal ini tentu saja berbeda, Papa Mama Hana dan Hani tidak demikian. Langkah kedua orangtua mereka terkadang tak mengenal jalan pulang, terlalu sibuk meraup pundi-pundi rupiah.

Hana dan Hani hanyalah anak kecil berumur 10 tahun yang haus akan kasih dan sayang, mereka selalu menatap iri teman-teman mereka yang mendapat perhatian penuh dari orangtua.

Hana dan Hani belum mengerti arti dari semua kemewahan yang di jejalkan kedua orangtuanya kepada mereka, kemewahan yang disuntikkan setiap saat ke dalam diri mereka.

Mereka tidak mengerti itu, mereka hanya paham kalau arti kasih sayang orangtua sebatas jangkauan yang sempit dan hangat, saat kedua orangtua meraka bisa menyempatkan waktu mengantar mereka ke sekolah, menghadiri acara penerimaan raport, mengajak mereka tamasya setiap hari minggu, paling tidak mengecup kening mereka sebelum tidur, seperti itulah wujud kasih sayang orangtua menurut versi mereka.

Sedihnya, Hana dan Hani tidak pernah mendapatkan semua itu selama mereka mulai mengingat kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup mereka.

"Ani itu Mama Papa."

Hana melonjak kegirangan, sampai ia tidak sadar kalau ia sudah mendorong tubuh adiknya. Hani yang tidak siap menerima dorongan itu, tidak sempat mencari pertahanan. Tubuh Hani terjun bebas dari lantai tiga.

"HANA, MAMA PAPA, Bang.... " Hani berteriak, sebelum akhirnya tubuhnya menghantam tanah, terjun dari lantai tiga.

"HANA!!!"

Husein yang notabennya Abang Hana dan Hani, mendorong kursi rodanya seperti orang kesetanan menghampiri Hana.

"APA YANG KAMU LAKUKAN KEPADA HANI!!! KAMU MENCOBA MEMBUNUH KEMBARANMU SENDIRI HAH!!!"

HAKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang