Part 12

16.9K 1.1K 42
                                    

Happy Reading
..

Sudah lebih dari satu minggu Hana dan Zaky resmi menjadi suami istri, Zaky belum pergi bekerja hingga hari ini. Alasannya bukan karena Zaky malas atau sejenisnya, tetapi Zaky hanya mengkhawatirkan Hana untuk ia tinggal secapat itu di rumah dan mengurus Faiq selama ia bekerja.

Selama seminggu ini Zaky mengusahakan mengajari Hana hal-hal paling dasar dalam mengurus Faiq, termasuk memandikan Faiq, mengganti celana Faiq ketika Faiq buang air kecil dan pup di celana, membuatkan susu untuk Faiq dan juga bagaimana cara menenangkan Fiaq ketika menangis.

Zaky mengajari Hana dengan penuh kesabaran, Zaky juga mengajari Hana untuk memasak, di mulai dari masakan paling sederhana menggoreng telor misalnya.

Hana menangkap dengan cepat, setidaknya Hana sudah menguasai ilmu mengurus bayi dan sudah bisa memperaktekkannya walaupun masih terlihat kaku, tetapi setidaknya Hana sudah bisa diandalkan.

Soal masak memasak Hana belum bisa begitu mahir, ia belum bisa memasakkan masakan yang istimewa untuk Zaky. Paling banter Hana baru bisa memask telor goreng, indomie, menggoreng sambal tempe tahu.

Zaky masih lebih sering memasak untuk mereka, Hana hanya kebagian untuk memotong-motong bahan saja. Tetapi Hana sangat bersyukur dengan kemajuan yang ia rasakan saat ini, karena jika kilas balik sedikit saja ke belakang, bahkan dulu Hana tidak bisa memotong bawang, kentang, wortel dan semacamnya dengan benar, hasilnya biasa selalu berakhir dengan potongan yang absurd.
...

"Han hari ini Kakak kerja ya? Kamu udah bisa ditinggal di rumah kan?"

Zaky membuka pembicaraan yang sedikit serius sesaat setelah ia dan Hana selesai sarapan.

"Kerja apa Kak? Ngojek?" tanya Hana sambil menyusun piring kotor ke westafel.

"Hmm iya ngojek juga. Tapi sampai siang Kakak kerja jadi kuli bangunan, kebetulan Abang yang di samping kontrakan ngajak Kakak ikut proyek, sore sampai malam Kakak ngojek."

Hana menghentikan kegiatan sejenak, ia menatap Zaky dengan tatapan sendu.

"Kuli bangunan kan berbahaya Kak, gimana kalau Kakak disuruh mandornya naik-naik ke atas gedung? Kakak nanti kenapa-kenapa gimana? Hana takut Kak." Hana mengungkapkan apa yang ada di pikirannya.

"Hahhah kamu ini mikirnya kejauhan Han, kamu tenang aja Kakak bakal hati-hati kok. Untuk saat ini Kakak cuma dapet kerjaan itu, kamu tau sendiri lah jenjang pendidikan Kakak hanya selesai sampai SMA aja, jadi susah nyari kerjanya. Jadi untuk sementara ini dulu," jawab Zaky dan tenang.

"Tetapi aku khawatir Kak, aku ndak tenang di rumah. Hana gak bisa bayangin Kakak kerja keras sebagai kuli, Hana bener-bener nyusahin Kakak banget ya?" Suara Hana lama kelamaan terdengar semakin parau.

Zaky bangkit dari posisi duduknya, ia merengkuh tubuh Hana yang semakin hari semakin kurus saja. Zaky memeluk Hana, membenamkan kepala Hana di dalam dadanya.

"Hana sayang, denger apa kata Kakak ya." Zaky mengecup puncuk kepala Hana.

"InsyAllah, Allah akan menjaga Kakak. Apapun pekerjaannya pasti ada bahaya dan resikonya, tetapi kakak percaya Allah akan menjaga Kakak, jadi kamu harus percaya juga sayang."

Hati Hana serasa ditumbuhi bunga-bunga yang bermekaran mendengar panggilan sayang yang terucap dari bibir Zaky.

"Kakak melangkah bekerja untuk mencari nafkah, InsyaAllah Allah akan pelihara Kakak, kamu cukup mendoakan Kakak dari jauh dan dukung Kakak."

Hana menganggukkan kepalanya, sebenarnya dulu gaji Zaky memadai ketika bekerja dengan Ayah Hana Zaky memiliki tabungan yang lumayan pada saat itu, hanya saja karena dulu Qonita selama mengandung Faiq terhitung hampir 3 kali di rawat di rumah sakit karena kondisinya yang terbilang lemah, kemudian ketika melahirkan Qonita harus menjalani operasi cesar.

HAKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang