Happy Reading
..Hana menatap wajahnya di pantulan kaca, kantung matanya jelas terlihat. Pipinya semakin tirus.
Hana menggenggam pergelangan tangannya, disaat itu ia mulai sadar kondisi tubuhnya sekarang ini bagaikan anak konglomerat yang terkena racun, bisa dibilang seperti orang yang kekurangan gizi, tetapi siapa yang akan percaya jika putri dari keluarga Mahendra kekurangan asupan gizi, terdengar seperti sebuah lelucon.
Hana menaburkan bedak baby di wajah pucatnya, mengoleskan lipbam tipis. Setelahnya, Hana mengambil tas yang berukuran mini, yang Hana sampirkan di bahunya.
Hana langsung bergegas menuju pemakaman. Bohong, jika Hana mengatakan kalau ia tidak peduli dan masa bodo dengan meninggalnya Qonita. Hana hanya terlalu mahir menutup sisi dirinya yang peduli dan respect terhadap kehidupan orang lain dengan topeng arogan. Hana selalu tampil di muka umum dengan segala perilakunya yang dingin, kasar dan arogan.
...Hana tidak berniat sama sekali menunjukkan kehadirannya, menunjukan rasa empatinya di hadapan banyak orang. Hana memantau proses pemakaman dari kejauahan.
Semua gerak-gerik Zaky tidak luput dari pengamatan Hana, ia menyaksikan sendiri, pria tangguh itu meneteskan air mata. Suatu hal yang sering ditunjukkan oleh Zaky, Hana bisa menyaksikan jika hari ini adalah titik terlemah Zaky, selama 7 tahun Hana mengenal Zaky.
"Andai gue yang dicintai Kak Zaky sebegitu hebatnya?" Hana tersenyum hambar.
Satu demi satu keluarga dan kerabat Zaky maupun Qonita meninggalkan area pemakaman, termasuk keluarga Hana. Tetapi Zaky tetap bertahan di sana.
Hana bergerak dengan pergerakan hati-hati, Hana lalu berpindah posisi ke belakang pohon yang tidak jauh dari posisi Zaky saat ini.
"Sayang, mungkin ini benar-benar sangat terlambat. Mas tidak pernah mengucapkan kata cinta semasa hidupmu, dulu Mas menganggap mengucapkan hal se-klasik itu tidak penting, saat ini Mas benar-benar menyesal, seamasa hidupmu kamu tidak pernah mendengar ungkapan cinta dari Mas," ucap Zaky lirih.
"Mas mencintaimu dan Faiq karena Allah sayang, sungguh Mas sangat mencintaimu."
Satu demi satu, air mata Hana jatuh membasahi pipinya. Tidak ada ucapan atau jeritan yang keluar dari mulutnya, hanya air mata itu yang menandakan jika kondisi hati Hana tidak dalam keadaan baik-baik saja. Tatapan mata Hana kosong, tidak ada gairah hidup yang terpancar disana.
Pada akhirnya Hana mendengar sendiri, pengakuan itu keluar dari mulut lelaki yang teramat ia cintai.Hana tersenyum miris di sela-sela air matanya, senyum yang terlihat menyakitkan.
Hati Hana sudah teruji dan kebal menerima hal-hal semacam ini, hanya saja hatinya benar-benar belum sepenuhnya mati rasa. Hatinya masih mengeluarkan efek sesak, kala hatinya hancur dan terluka.
"Ngapain kamu mengintai saya dari situ." Suara tegas Zaky menggema.
Hana tahu betul, ucapan itu ditujukan pada dirinya. Hana tidak merespon apa-apa. Ia langsung berbalik badannya, beranjak untuk pergi.
"Terimakasih sudah datang ke pemakaman istri saya," ucap Zaky.
Hana tetap melanjutkan langkahnya tidak menghiraukan ucapan Zaky sama sekali.
...Hana duduk di bangku panjang yang di sediakan pedagang sate kaki lima, yang beradi di pinggir jalan sekitar kampusnya.
Seorang perempuan dengan gaya yang tomboy menghampiri Hana, mengambil posisi duduk di samping Hana.
"Jadi ngapain lu keong betina ngajak gue ketemuan. Lu tau gak gara-gara lo, gue harus ninggalin bengkel, harusnya gue udah dapat minimal 50.000, dari waktu yang sia-sia ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
HAKI
RomanceJudulnya HAKI apa yang ada di pikiran kamu ketika baca 'HAKI' Hak Kekayaan Intelektual? lol wkwkkw. Anak hukum pasti mikirnya langsung kesitu 'kan? ini beda ya sodara-sodara. HAKI itu 'Hana Zaky' ... Cerita HAKI mengisahkan seorang gadis bern...