Part 15

16.4K 1K 35
                                    

Happy Reading
...

Suasana malam yang gigil, memeluk tubuh insan yang telah terlelap dalam tidur nyenyak. Selimut menjadi tameng untuk menepis gigil itu.

Berbeda dengan Hana dan Zaky. Mereka masih belum terlelap. Hana masih setia bersandar di bahu kokoh Zaky, menautkan jari jemarinya di ruas-ruas jemari Zaky.

Sesekali Zaky mengecup puncuk kepala Hana yang tidak ditutupi jilbab. Zaky mengusap punggung tangan Hana dengan lembut.

"Kak, kita gak akan berakhir seperti Mama Papa 'kan?" tanya Hana.

"Dengan izin Allah enggak Dek, apa yang kamu ragukan dari Kakak?"  Zaky bertanya balik. Hana menggelengkan kepalanya.

"Kakak gak akan melapaskan tautan jemari kita ini kecuali malaikat maut yang datang memisahkan, Kakak akan berdiri kokoh di samping kamu. Kamu ndak perlu risau."

Hana memejamkan matanya sebentar, meresapi sensasi yang ditumbulkan dari kata-kata romantis Zaky itu.

"Kenapa sikap Kakak begitu cepat melembut pada Hana Kak? Padahal Kakak dulu sangat kaku kalau bicara sama Hana?"

"Semenjak kamu sah menjadi isrtri Kakak, semua yang ada dalam diri kamu adalah tanggungjawab Kakak, termasuk kebahagiaan kamu Hana. Kakak tidak akan pernah mengelak belajar menerima dan mencintai kamu, dan ternyata hal tersebut tidak lah begitu sulit. Kamu sosok wanita yang mudah untuk dicintai," jawab Zaky lugas.

"Kak aku baper," ucap Hana polos.

Zaky tertawa renyah, Hana memang sangat lah polos, ia tidak pernah malu untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan. Tidak semua wanita bisa sejujur itu mengenai perasaannya. Tetapi Hananya berbeda, Hananya Zaky.

Sebelum tidur Hana dan Zaky mengambil wudhu terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan membaca surah Al-Mulk, hal ini sudah diwiridkan Zaky sejak dulu. Setelah menikah Zaky juga membiasakan itu kepada Hana.
..

"Hana bangun yuk." Zaky menepuk pipi Hana lembut.

"Lima menit lagi ya Kak," tawar Hana, matanya masih terpejam.

"Kakak cium nih kalau gak mau bangun," ancam Zaky.

"Dengan senang hati cium aja Kak, Hana ikhlas kok," jawab Hana dengan suara parau khas orang yang baru bangun tidur.

"Aduh, salah jurus Kakak ya. Kamu nih." Zaky mencubit pipi Hana gemas.

"Kak peluk dulu," rengek Hana.

Hana membuka matanya dengan susah payah.

"Manja banget coba," ledek Zaky

"Sini kalau gitu, biar Kakak peluk." Zaky merentangkan tangannya.

Dengan senang hati Hana langsung masuk ke dalam pelukan Zaky, tempat ternyaman yang baru-baru ini ia temukan.

"Suka banget ya peluk Kakak, padahal belum mandi juga. Pasti bau kan?" tanya Hana.

"Suami Hana selalu wangi kok,"jawab Hana dengan nada ceria.

"Gombal."

Hana dan Zaky tertawa renyah. Begitulah indahnya biduk rumah tangga yang dilandaskan dengan anjuran agama, bangun malam untuk tahajjud saja bisa semenyenangkan itu.
...

Seperti biasanya ketika Zaky pergi kerja, Hana tinggal di rumah.

Ting.

Handphone Hana berdering.

"Woy, Nikah kagak bilang-bilang. Kampret banget."

Begitu saluran tersambung suara melengking Beta Anjani editor novelnya langsung memenuhi pendengarannya. Hana sampai menjauhkan handphone itu dari telinganya beberapa detik.

HAKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang