22. Sesak.

1.7K 95 0
                                    

Happy reading guys!

Gua mohon dit bilang ini semua cuma bercanda please dit bilang ini semua cuma bohong -Mikaela Rania.

****

Semalaman Rania tidak bisa tidur nyenyak entah mengapa, pikiran sangat tidak tenang. Rania duduk di kasur nya sambil memeluk lutut.

"Radit kemana sih ngilang dari kemaren" gerutu Rania.

Klek.

Pintu kamar nya terbuka dengan sigap Rania berdiri dan tersenyum ke arah orang yang membuka pintu kamar nya itu.

"Dit lo kemana aja sih, kok muka lo bonyok gini kenapa tangan lo juga" ucap Rania khawatir sambil menyentuh wajah Radit.

Tiba tiba Radit memeluk Rania dengan erat sangat erat, Rania hanya diam dan perlahan membalas pelukan Radit.

"dit lo kenapa? Gua ngerasa ada yang aneh" tanya Rania pelan.

"Ran Jessie udah ga perawan karena gua ran" ucap Radit lemas.

Deg.

Dada Rania seketika sesak, air matanya sukses keluar. Rania melepaskan pelukan nya dan mendorong Radit. Radit hanya menundukkan kepalanya.

"dit lo bohong kan"

"Gua mohon dit bilang ini semua cuma bercanda, please dit bilang ini semua cuma bohong" ucap Rania sambil terisak.

"DIT BILANGIN INI SEMUA BOHONG" teriak Rania sambil menjatuhkan tubuhnya.

Tangis Rania semakin histeris, tubuh Rania gemetaran hebat.

"maaf maaf"

"Rania kamu kenapa ran?" Larisa datang dan langsung memeluk Rania, Rania malah semakin histeris.

"Dit ada apa dit?" tanya Larisa.

Radit hanya diam. Lalu Rania bangun dan menatap Radit yang sedang menundukkan kepalanya.

"gua benci sama lo dit, gua benci" ucap Rania lalu berlari ke kamar mandi nya.

Rania mengunci kamar mandi nya dan mulai menangis, Rania menyalahkan shower agar isak tangis nya tidak terdengar oleh orang lain.

Tok tok tok.

"dek keluar dulu deh, Radit udah pergi. Jangan siksa diri lo sendiri"

Tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi, yang Larisa dengar hanya suara gemericik air dan suara isak tangis.

"kakak pergi dulu ya, makan udah mama siapin. jangan buat diri lo sendiri sakit dek" ucap Larisa lalu pergi.

Air mata Rania terus saja keluar dan Rania mencoba menghapus air matanya berulang ulang. "Kenapa gamau berhenti sih" gerutu Rania.

Rania mematikan shower dan berjalan menuju westafel, ia membasuh wajahnya kemudian menatap cermin.

"kalau tuhan ngasih gua berjodoh sama Radit, Gua yakin kita akan sama sama lagi" ucap Rania.

"tapi kalau kita ga bisa sama sama lagi, mungkin itu jalan yang terbaik"

Rania kembali menghapus air matanya dan berjalan keluar kamar. Rania berjalan menuju ruang makan, di meja makan mama vina sudah menyiapkan banyak makanan.
W

alaupun Rania sedang tidak berselera untuk makan, ia tak mau membuat hati mama vina sedih.


Setelah makan sedikit, Rania memutuskan untuk pergi. Ia membawa mobil Larisa. Larisa bilang mobil itu akan menjadi milik Rania saat Larisa sudah resmi menikah nanti.

Rania mengendarai mobil dengan kecepatan sedang dan berhenti di sebuah toko bunga.

"mas saya mau satu buket bunga mawar merah ya"

"oke"

Setelah membayar Rania melanjutkan perjalanan nya. Setibanya di tempat tujuan Rania langsung tersenyum dan berjongkok di sebuah gundukan tanah.

"mah Rania dateng" ucap Rania sambil mengelus nisan yang bertulisakan Mikaela Andrea.

Rania meletakkan bunga yang ia bawa di atas gundukan tanah itu. Air matanya kembali menetes.

"mah Rania kangen mama" ucap Rania sambil memegang dada nya yang sesak.

"kak Larisa mau nikah sama kak David, aku seneng banget" ucap Rania sambil tersenyum dan menghapus air matanya.

"Radit ngelakuin kesalahan mah, aku gatau harus gimana. Hati Rania hancur mah"

"Rania cape mah cape. Kapan Rania bahagia kaya kak Larisa dan kak David atau kapan Rania bahagia kaya Hana sama Andrew. Rania cape mah" ucap Rania sambil terisak.

"mah Rania pulang dulu ya, i love you"

Setelah puas menangis dan bercerita, Rania memutuskan untuk pergi ke tempat ngopi langganan nya bersama Radit.

"mas mau cappuccino satu, sama cheese cake satu"

"oke"

Setelah membayar Rania memilih untuk duduk di kursi dekat kaca, Rania kembali melamun sambil menunggu pesanan nya.

Ting.

Rania melirik ponsel nya. Itu pesan dari Radit, Rania membiarkan nya namun matanya terus melihat ponsel itu.

"bahkan hanya sebuah pesan dari lo aja bisa bikin gua ga kuat dit, bego banget sih gua" ucap Rania frustasi.

"ini satu chess cake dan cappuccino"

"makasih" ucap Rania.

Lagi lagi Rania kembali melirik ponsel nya dan menyerah, Rania mengambil ponsel nya dan membaca pesan dari Radit.

Radit: Gua tau lo marah juga sama gua, gua minta maaf.

Radit: tetep makan ya jangan kebiasaan siksa diri lo sendiri.

Radit: jangan pulang malem malem ya ran.

Rania menghela nafas kasar lalu meneguk cappuccino panas dengan santai.

"lo tuh mau nya apa sih dit"

Rania mengacak rambut nya dengan frustasi dan memakan cheese cake.

Ting.

"apa lagi sih" omel Rania.

Namun dugaan nya salah itu bukan pesan dari Radit melainkan dari Nino. Rania tak membuka pesan itu ia hanya melihat sekilas dari notifikasi.

Kak Nino: ran lo udah tau yang radit-

Rania mematikan ponsel nya dan memasukkan ke tas nya, ia gerah seharian menangis.

Rania pun mencoba sesantai mungkin dengan menikmati cheese cake dan cappuccino.

Rania butuh waktu untuk sendiri.

****

Hello guys!

Gimana gimana? Puas dengan chapter ini? Trus Rania bakal maafin Radit ga ya?

Jangan lupa vote dan komen ya!

Thank you.

love stories (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang