24. Terungkap.

2K 110 0
                                    

Happy reading guys!

Andai saja aku bisa memutar waktu, mungkin sekarang kita sudah bersama dan berbahagia.

****

Radit sedang meratapi nasib nya, ia sedang sedih. Ia duduk di kursi balkon kamarnya sambil Memandang kamar yang ada di seberang rumah nya.

Semenjak Rania bilang tugas Radit sudah berakhir Radit mersa sangat sedih, Ia terus saja kepikiran Rania.

Radit masuk ke kamarnya, mengambil kertas dan menuliskan sebuah surat untuk Rania.

Dear Rania.

Gua tau gua salah, maafin gua ran. Gua hanya manusia biasa. Namun gua tau itu alasan klasik orang orang untuk tidak mengakui kesalahan nya.

Entah mengapa gua sakit ngeliat lo ngejauhin gua, lebih baik lo pukulin gua aja gapapa kok. Tapi jangan gini ran gua jadi sedih kalo lo terus ngediemin gua kaya gini.

Please ran jangan diemin gua kaya gini.

I'm so sorry

-Raditya Mahardika.

Radit melipat kertas itu dan memasukkan dalam kantong. Radit langsung ke rumah Rania untuk memberikan surat.

"RANIA" teriak Radit.

Lalu ia memencet bel rumah Rania. Tak lama Larisa muncul.

"kenapa dit?" tanya Larisa.

"Rania ada?" tanya Radit.

"enggak ada, lagi pergi dia sama Hana" jawab Larisa.

"gua boleh ke kamarnya Rania" ucap Radit.

Larisa tersenyum lalu memegang pundak Radit. "masuk aja, Rania ga akan niat marah lama kok. Gua yakin" ucap Larisa.

Larisa sudah tau masalah Radit dan Larisa sadar beberapa hari ini Rania menjauhi Radit.

"makasih ya sa"

Lalu Radit naik ke lantai dua, dan masuk ke kamar Rania. Radit tersenyum saat melihat kamar Rania yang sangat sangat rapih.

"lo tuh ya ran, jadi cewek rapih amat sih" ucap Radit.

Rania itu rajin dan detail, ia selalu merapihkan kamarnya setiap saat.

Radit duduk di tempat tidur Rania dan mengingat setiap kenangan yang ada, Radit melihat foto nya dan Rania yang masih Rania simpan di meja samping tempat tidur. Radit tersenyum bahagia.

Lalu Radit berjalan ke meja belajar Rania, ia merogoh saku nya untuk mengambil surat dan menyimpan nya. Namun ada sesuatu yang Radit rasa baru liat.

"sejak kapan Rania punya diary" ucap Radit.

Radit mengambil buku bergambar bintang bintang itu, dan Radit membacanya.

Radit menegang seketika saat membaca isi dari buku itu, itu berisi curhat hati Rania. Rata rata menceritakan orang yang Rania sukai.

"Rania Rania suka sama gua" ucap Radit tak percaya.

Radit benar benar tak percaya ia membaca lembar demi lembar buku itu. Dada nya sesak saat membaca buku itu.

"Gua banyak nyakitin lo ran" ucap Radit.

"kenapa gua ga sadar kalo lo suka sama gua, bego Radit bego" ucap Radit frustasi sambil menjambak rambut nya.

Radit terus membaca, jantung nya berdetak kencang. Tanpa sadar air matanya jatuh, Radit tak menyangka telah menyakiti Rania sedalam ini.

"kenapa baru sekarang saat semua udah berantakan" ucap Radit kesal.

"Radit"

Radit menoleh dan melihat Rania yang sedang berdiri dengan wajah yang tegang.

"lo lo ngapain?" tanya Rania gugup.

"kenapa ran kenapa, kenapa lo ga bilang lo suka sama gua" ucap Radit.

Rania diam tubuh nya menengang, lidah nya kelu.

"kenapa ran kenapa?" tanya Radit sambil memegang bahu Rania.

Rania menangis dan tangisan nya lama kelamaan menjadi jadi.

"ADA HAK APA LO BACA DIARY GUA!" Bentak Rania sambil terisak.

"kenapa lo ga bilang lo suka gua ran kenapa?" tanya Radit sambil menatap Rania tajam.

Nafas Rania naik turun, Rania membalas tatapan Radit dengan Sengit.

"kalo gua bilang suka sama lo, apa lo dulu bakal tinggalin Jessie buat gua dit" ucap Rania, Radit terdiam.

Rania tertawa sumbang.  "Enggak kan ga akan kan dit" suara Rania mulai meninggi.

Rania melepaskan tangan Radit dengan kasar, Rania berjalan ke arah balkon kamarnya.

"Di saat sma gua udah nunjukin dit, tapi apa, lo tetep sama Jessie kan" ucap Rania lirih. Lalu Rania menatap Radit "Dan saat lo putus sama Jessie, gua yang selalu ada buat lo dit. Tapi-" Rania berjalan mendekati Radit. "di sini di hati lo malah milih kak Larisa" Rania menunjuk dada Radit.

Radit hanya diam dan menundukkan kepala nya.

"Gua bisa apa dit bisa apa?" tanya Rania sambil tertawa sumbang.

"gabisa jawab dit, sakit gua omongin kaya gini?" tanya Rania.

Rania sudah sangat kacau sekarang. Tapi hatinya puas karena semua yang ia tahan selama ini sudah terungkap.

Radit memeluk Rania dengan erat, Rania terisak dalam pelukan Radit.

"maaf maaf" bisik Radit sambil mengelus rambut Rania.

Rania mendorong Radit kemudian mulai berteriak.

"KELUAR DIT KELUAR" Teriak Rania histeris.

Radit melihat Rania sebentar lalu pergi ke luar kamar Rania.

Radit menoleh sejenak ke arah kamar Rania dan kembali melanjutkan perjalanan.

Pikiran Radit menjadi semakin kacau, satu sisi Jessie dan satu sisi Rania. Jika saja bunuh diri tidak dosa Radit sudah melakukannya sejak tadi.

Radit menghempaskan tubuhnya ke kasur dan melirik foto yang ada di samping tempat tidur nya. Foto nya bersama Rania saat sma.

"kenapa gua tau sekarang saat keadaan lagi sangat kacau" ucap Radit.

"Gua emang manusia ga peka"

Radit memejamkan matanya dan memijit kepalanya, Baru saja Radit akan tertidur ponsel Radit berdering.

Jessie calling.

Radit menghela nafas kasar lalu membiarkan ponselnya terus berbunyi.

"sekali aja jes jangan ngangu hidup gua" gerutu Radit sambil mematikan ponselnya.

****

Halo semuanya!

Selamat malam minggu dan selamat galau dengan cerita ini.

Jangan lupa vote dan komen ya!

Thank you.

love stories (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang