Happy reading guys!
Sebenarnya tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki semuanya, namun semua itu tergantung pada diri kita sendiri. Mau atau tidak memperbaikinya.
****
Sejak hari pertengkaran Rania dan Radit, keadaan Rania semakin memburuk dan sudah dua hari ini suhu tubuh Rania sangat panas.
"Rania sayang" ucap vina.
Rania mengerjapkan matanya berulang ulang, kepalanya sangat sakit. Vina memeriksa suhu tubuh Rania.
"kita ke dokter ya panasnya udah tinggi banget loh ini. jangan nolak, ayo kita siap siap" ucap vina.
Rania hanya bisa pasrah, ia sudah tak sanggup menolak lagi, tubuhnya sudah menyerah.
Sesampainya di rumah sakit, Rania di nyatakan terkena tipes dan harus di rawat di rumah sakit.
Rania melihat sekeliling ruangan kamarnya di rawat, membosankan semuanya berwarna putih. Untung saja masih ada tv yang bisa menghilangkan rasa jenuh.
"dek lo tuh kan gua bilang makan Ran makan, masih aja bandel" omel Larisa yang baru saja datang.
Rania tersenyum, semenjak Larisa dan Radit putus hubungan Rania dan Larisa menjadi lebih dekat.
"I'm okay" ucap Rania sambil tersenyum.
"bohong, lo ga keliatan baik sama sekali Nona Rania. Please ran kalo lo lagi ga baik baik aja jangan sok kuat. Kesel gua liatnya" ucap Larisa kesal.
Rania tertawa lalu menarik tangan kakaknya itu dan mengengam tangan Larisa dengan erat.
"calon pengantin jangan marah marah ntar cepet tua loh" ucap Rania sambil tertawa.
Larisa menghela nafas, lalu mengelus kepala Rania. "jangan sakit sakit dong dek, bentar lagi gua mau nikah nih masa nanti di acara kawinan gua lo ga ada" ucap Larisa.
"tenang aja gua pasti hadir kok" ucap Rania sambil tersenyum.
Pernikahan Larisa tinggal empat hari lagi. Jadi Larisa dan David sedang sibuk sibuk nya untuk menyiapkan diri masing masing.
"kak mending lo pulang deh luluran kek, maskeran kek, biar pangling gimana gitu" ucap Rania.
"gua mah mau gimana juga udah cantik ya" ucap Larisa dengan percaya diri.
"najis banget sih lo, udah deh sana pulang masa calon pengantin di rumah sakit sih" ucap Rania.
"entar kenapa sih dek, mama kan masih di rumah ngambil baju entar lo sendirian gimana" omel Larisa.
"gapapa kak I'm okay and beautiful" ucap Rania sambil tertawa.
"najis lo, yaudah gua balik tapi kalo ada apa apa telfon gua, kalo ga panggil dokter" ucap Larisa sambil memeluk Rania sekilas.
"oke bye"
Setelah Larisa pergi, Rania kembali melamun. Ia kembali memikirkan pertengkaran nya dengan Radit. Rahasia Rania sudah terbongkar, yaitu mencintai Radit diam diam.
Tok tok tok.
"Rania gua masuk ya"
"itu suara Radit" batin Rania.
Rania langsung membenarkan posisi tidur nya dan memejamkan matanya. Rania belum siap jika harus berbicara dengan Radit sekarang.
Radit berjalan masuk mendekati Rania, ia tersenyum saat melihat Rania yang sedang tertidur.
Radit duduk di kursi samping tempat tidur Rania lalu meletakkan bunga yang ia beli di meja samping tempat tidur.
Tangan Radit terulur untuk mengengam tangan kanan Rania yang tidak di infus dan satu tangan Radit yang lain mengelus rambut Rania.
"Rania maafin gua ya" ucap Radit pelan.
Rania mencoba sebisa mungkin agar tidak bereaksi apa apa, Rania juga menahan agar air matanya tak keluar sedikit pun.
"maafin gua ya Ran udah sia siain lo"
Radit tertawa sumbang. "bodoh ya gua nyia nyiain cewek yang selalu ada buat gua, bahkan selalu ada di samping gua"
"Dan sekarang di saat semuanya udah berantakan gua baru tau, emang ya ran gua brengsek banget"
Rania terus menahan air matanya agar tidak menetes, Dada nya sudah sangat sesak.
Tak lama ponsel Radit pun berdering, Radit mengehela nafas lalu mengangkatnya.
"hmm, kenapa"
"oke"
Hanya itu yang Rania dengar.
"Dan sekarang Jessie menjadi penghalang ran, maafin gua ya. Gua emang ga pantes buat lo ran, gua bajingan dan lo cewek baik baik. Kita bertolak belakang" ucap Radit.
Lalu Radit bangun dan mencium kening Rania.
"Gua sayang lo ran, maaf gua ga bisa jagain lo"
"Gua yakin bakal ada cowok yang lebih baik lagi dari gua" Lalu Radit pun pergi.
Rania membuka matanya dan air mata pun langsung membanjiri wajahnya, Rania bergetar hebat. Radit sungguh berefek sangat besar bagi kehidupan Rania.
Klek.
Suara pintu terbuka Rania sontak terkejut dan menyembunyikan wajahnya.
"Rania lo kenapa?" ternyata itu Hana dan Andrew.
Hana langsung memeluk Rania erat dan Andrew langsung duduk di ruang tamu mini di ujung ruangan.
"suuutt tenang, lo kenapa?" tanya Hana lembut.
Rania menoleh ke arah Andrew dan Andrew tersenyum.
"Gua bisa keluar kok" ucap Andrew sambil bangun.
"jangan pergi, biarin kalian tau semuanya"
Lalu Andrew mendekat dan memeluk Rania sekilas. Hana tak akan cemburu untuk itu.
"jadi kenapa?" tanya Hana.
Rania menghapus air matanya dan tersenyum. "Radit udah tau kalo gua suka sama dia" ucap Rania.
Hana terkejut, Lalu Rania menoleh ke arah Andrew tapi Andrew nampak biasa biasa saja.
"gua udah duga dari awal, harusnya gua tarohan nih sama anak anak kelas" ucap Andrew mencoba mencairkan suasana.
"Apa sih ndrew" ucap Hana sambil mencubit perut Andrew.
"Gini ya ran, kalo emang lo berjodoh sama Radit pasti tuhan akan deketin kalian berdua walaupun keadaannya bener bener ga mungkin sekalipun. Jadi lo harus kuat oke" ucap Andrew sambil mencubit pipi Rania pelan.
"Tumben bang Andrew bener" ucap Rania sambil tertawa sumbang.
"iya lah, kan udah di kasih jatah" ucap Andrew.
Lalu Hana memelototi Andrew. "Jatah? Sama siapa hah" tanya Hana nyolot.
"lah kan sama kamu beb. Jatah makan loh ini, pikir nya kotor sih"
Hana cemberut dan Andrew tertawa. Dengan hiburan seperti ini cukup untuk sedikit mengapus luka hati Rania.
****
Haloo semuanya!
Apa kabar sih?
Kalian jadi nyalain siapa atas kejadian ini?
Kuy komen!
Jangan lupa vote dan komen ya!
Thank you.
Love,
Reza Dwi Puspita 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
love stories (Completed)
RomanceIni adalah kisah cinta seorang wanita yang jatuh cinta pada sahabat nya sendiri. Hanya saja ada masalah yang terus menerus menjadi penghalang untuk kisah cinta Rania. Akankah Rania menyerah pada keadaan? Atau Rania akan memperjuangkan kisah cinta...