18.1 Rencana Jahat Albert

2.7K 146 1
                                    

Jangan lupa voment yaa😙

Selamat membaca gaes!

🌈🌈🌈🌈🌈

Bugh!

Satu pukulan keras mengenai rahang laki-laki yang kokoh itu. Laki-laki itu sontak tersungkur ke aspal dengan luka goresan di tangan, darah mengalir segar dari sudut bibirnya.

"Gue gak suka lo main kasar sama orang yang gue suka!" teriaknya ke arah lawannya.

"Lo gak papa?" tanyanya khawatir dengan keadaan gadis itu.

Sikunya berdarah mungkin tergores aspal bajunya juga kotor dan basah. Apa gadis itu dibully lagi? Belum cukupkah ia dibully di sekolah? Mengapa orang-orang selalu saja menjahatinya?

💗💗💗

"Kita pulang duluan Lan, lo hati-hati jangan kelamaan di dalam kelas ntar ada hantu yang deketin lo." canda Katerine dengan Lani.

Hari ini Lani pulang agak terlambat karena tugas sekolah yang belum ia catat di papan tulis. Kepalanya tadi siang terasa pusing oleh sebab itu dia tidak menulis materi yang ada di papan tulis.

Lani pulang ke rumahnya. Ia menginjak pedal sepedanya dengan sangat pelan karena ingin menikmati angin senja yang sepoi-sepoi terkena kulitnya. Lani merasa senang karena pening yang menyerang kepalanya sudah hilang. Saat sudah cukup menikmati angin Lani dengan cepat menginjak pedal sepedanya karena sudah senja.

Brak!

Lani terserempet. Tidak tidak!! Ini disengaja sungguh kejadian ini memang disengaja. Sikunya berdarah ia terduduk lemas di aspal. Lani mencoba bangkit tetapi sebuah air besar menyiramnya tubuhnya menggigil karena kedinginan ditambah dengan air yang mengenai sikunya yang berdarah menambah perih lukanya.

"Lo pantes dapetin itu cupu!" teriak Bianca ke arah Lani dengan tatapan membenci. Lani meringis kesakitan karena rasa perih yang mengenai lukanya.

Sedangkan Bianca terus-menerus membully Lani, Bianca membawa sedirigen bensin lalu menumpahkannya ke sepeda milik Lani setelah itu membakarnya. Jalan yang mereka lalui memang sepi tak ada orang yang lewat Lani meratapi sepedanya itu, bagaimana kah ia menjelaskan pada Ranita nanti.

Kenapa Bianca selalu membullynya? Apa salahnya? Apa salah karena harus terlahir dari keluarga yang tidak berada? Apa salah terlahir dengan penampilan cupu? Kenapa mereka selalu membullynya?
Lani menangis terisak-isak matanya sudah merah, hidungnya sembab, relung hatinya sangat sakit.

"Kerja bagus." ujar suara familiar itu dengan penuh semangat.

Lani mendongak betapa terkejutnya ia saat melihat laki-laki itu. "Albert?" kata Lani dengan terkejut lalu tanpa permisi air mata itu luruh membasahi kedua pipinya.

Albert mencengkram kedua pipi Lani, mencengkramnya kuat sampai membuat pipinya merah, Albert menatapnya penuh benci entahlah apa artinya Lani tak tau.

"Gara-gara lo keluarga gue di penuhi dengan kebohongan!" teriak Albert di depan Lani, Lani menatap bingung ke arah Albert tidak mengerti dengan sejumlah kata-kata yang di lontarkan Albert padanya.

"Mm--kksud kk--aamu apa?" tanyanya bingung.

Dck!

"Lo itu drama queen!" Albert mendorong tubuh Lani ia yang memang sudah tersiksa fisik itu langsung lemah tak berdaya.

Ia menangis sekeras-kerasnya. "Aku gak tau apa-apa Albert! Kenapa kamu bawa namaku dalam masalah keluarga kamu? Kenapa Albert!?" teriak Lani seraya memukul dada bidang milik Albert, ia menangis terisak. Belum cukupkah penderitaannya?

"Bullshit you know?"

Rasanya Lani akan tumbang kakinya sudah tak kuat untuk berpijak di aspal. Ia tak menyangka bahwa yang merencanakan semua ini adalah Albert cinta pertamanya.

Bukan-Albert bukan cinta pertama Lani. Perasaan yang Lani beri untuk Albert hanya sebatas perasaan takut kehilangan bukan rasa cinta yang sesungguhnya.
Perasaan yang samar-samar terbersit di hatinya sekarang adalah rasa suka sesungguhnya yaitu kepada Niall orang yang membantunya.

🌈🌈🌈🌈🌈

Pencet⭐

See ya next chapter!

DAMN! I LOVE YOU! [Revisi-Pending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang