10.1 Arti Sahabat

2.9K 151 1
                                    

Selamat membaca💜

Ada yang kangen sama Author?

🌈🌈🌈🌈🌈

Seiring berjalannya waktu gadis cantik sudah terkalahkan dengan gadis yang berkarakter yang tahu dan mengerti bagaimana cara memperlakukan orang lain dengan baik.

~~~~~

Alex, Daniel, dan Rafa sedang menikmati pemandangan kota dari atas gedung sekolah. Mereka sedang berada di rooftop karena sangat malas untuk masuk ke kelas apalagi pelajaran Fisika yang dibenci Alex membuat ia dengan semangat bolos pelajaran Ibu Yuna itu.

Daniel berceloteh membuat Alex dan Rafa menolehkan kepala mereka melihat kawan akrab mereka itu, "Kalian pada ada ngerasa aneh gak sih sama Albert?" gumam Daniel sambil memperhatikan kakinya yang menjuntai ke bawah membuat Rafa mengernyit.

"Dulu dia deket banget sama cupu, ngebela dia waktu kita atau Bianca ngebully dia. Trus sekarang, kok dia malah jadi ngebully cupu? Kalian liat kan kejadian tadi pagi di toilet itu? Cupu disiram Albert pakai air wc, trus gue denger juga dia pacaran sama Zira. Sejak kejadian tusuk-menusuk itu Albert jadi berubah dan gue bingungnya yang nusuk kan Bianca nah trus kok si cupu yang kena batunya?" tanya Daniel heran dengan kejadian tadi pagi yang tak sengaja mereka lihat.

Rafa mengendikan bahunya tidak tahu, sedangkan Alex hanya menjadi pendengar. Alex mengibaskan tangannya ke udara. "Gak penting kali Dan ngurusin mereka. Mending lo cari pacar kasian lo jones." ejek Alex.

Daniel melotot. "Lo kagak sadar diri Lex, lo itu lebih dari jones lo itu single gak banyak pengalaman." Daniel melempar wajah Alex dengan kulit kacang membuat Alex mengejarnya dan menggeplak kepalanya kesal.

💗💗💗

"Alex." panggil Bianca manja.

Alex menoleh dengan malas. "Jauh-jauh lo jangan dekat-dekat, dasar bakteri." kata Alex cuek dan tidak perduli akan kehadiran Bianca di sebelahnya.

"Jangan cuek-cuek napa Lex? Kasian mak lampir lo tolak terus." Daniel tertawa melihat kegigihan Bianca mendekati sahabatnya itu yang terkenal tak pernah menyukai seorang gadis karena tampangnya yang sangar.

Bianca mengerucutkan bibirnya, "Alex ke kantin yuk!" ajak Bianca lagi. Alex menggebrak meja kesal melihat gadis di sebelahnya yang terus-menerus berbicara omong kosong padanya. "Lo bisa gak ganggu gue?" tanya Alex memegang kepalanya.

Bianca mendumel, "Lo kenapa sih Lex gak suka sama gue? Apa kurangnya gue? Gue cantik, populer, tajir tapi kenapa lo gak bisa buka hati buat gue?" tanya Bianca seraya memelintirkan rambut bergelombangnya dengan jari lentiknya.

Alex tersenyum kecut. "Karena gue tau lo cuman cari popularitas saat gue pacaran sama lo. Gue cari orang yang benar-benar bisa buat gue berubah bukan mencari orang yang malah membuat gue masuk lebih dalam." jawab Alex lalu keluar dari kelas meninggalkan Bianca yang menghentakkan kakinya kesal ditolak lagi oleh Alex.

"Gue bakal buat lo menyesal karena udah nolak gue!" teriak Bianca.

Rafa dan Daniel menutup telinga mereka masing-masing saat mendengar teriakan Bianca yang terkenal waaw itu. Suara yang cetar itu membuat gendang telinga Rafa dan Daniel serasa pecah. Mereka berdua menyusul Alex yang dengan cepat melesat bak setan.

💗💗💗

"Ma, Lani gak papa kok. Cuman demam aja mending Mama berangkat kerja nanti telat." ujar Lani sedikit lesu, wajahnya yang pucat menandakan bahwa ia tidak sehat. Ranita menggeleng. "Enggak, Mama cuti aja hari ini. Mama mau ngerawat kamu, kemarin Katerine sama Fanny udah ngerawat kamu nah sekarang Mama mau ngerawat kamu juga." ucap Ranita dengannya.

Lani hanya bisa menghembuskan napasnya lalu menatap Ranita lekat. "Yaudah deh. Tapi besok Mama kerja yaa? Lani gak mau Mama jadi banyak kerjaan waktu ngurusin Lani."

"Pagi Tante!"

Ranita terlonjak kaget saat mendapati Katerine dan Fanny sudah ada di belakangnya. "Pagi!" balas Ranita walau rasa terkejutnya masih ada.

Lani melotot. "Kalian enggak sekolah?" tanya Lani. Fanny dan Katerine menggeleng. "Enggak." jawab mereka berdua serempak.

Lani menghembuskan napasnya melirik sekilas ke arah pakaian yang dipakai mereka berdua. Katerine memakai celana jeans sobek daerah lutut dipadu dengan baju sabrina berwarna dusty dan dibalut dengan jaket jeans berwarna biru pudar, Fanny menggunakan celana levis pendek selutut dengan baju putih polos supremenya.

"Kalian mau kemana pagi-pagi begini?" tanya Lani.

"Lo udah sehat Lan?" tanya Fanny mengalihkan topik pembicaraan. "Iya udah mendingan." jawab Lani.

"Oke yaudah kalau gitu cus berangkat!" ajak Katerine girang sambil menarik lengannya. Lani memasang muka melongonya. "Kemana?" tanyanya bingung.

"Kita refreshing, gue mumet dapat tugas mulu. Sekali-kali lah kita jalan-jalan, boleh ya Tante?" Katerine memasang puppy eyes yang ia punya berharap Ranita mengijinkan mereka pergi.

"Eumm itu, terserah Lani aja." jawab Ranita sambil melirik ke arah Lani, "Gimana Lan lo mau enggak?" tanya Katerine antusias.

Lani mengangguk lemah percuma jika ia menolak mereka berdua akan memaksanya untuk ikut. Lani yang masih berbaring di kasurnya dengan cepat bangkit dan menuju ke lemari pakaiannya.

"Jangan!" teriak Fanny dengan lantang membuat jantung Lani tak karuan dibuatnya. Lani menatap Fanny heran. "Kenapa?" tanyanya kebingungan.

"Lo pakai ini." suruh Fanny, Lani mengambil tas yang diberikan oleh Fanny lalu melihat isi di dalamnya.

"Aku harus pakai ini Fan?" Lani melihat Fanny yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya. Fanny mengangguk.

Lani mendengus sambil berjalan mendekati pintu kamarnya dan menutupnya. Ia memperhatikan pakaian itu dan celana jeansnya perlahan memasangnya dan melihat dirinya di depan cermin.

"Ayo berangkat!" ujar Katerine semangat empat puluh lima seperti acara tujuh belasanan.

"Tante kami pinjam anaknya sebentar ya, ntar dibalikin kok!" canda Fanny dengan gigi gingsulnya yang terlihat saat gadis itu tertawa.

Ranita tertawa mendengar candaan Fanny. Ia beralih melihat Lani yang tampak berbeda dengan pakaian yang memang tak biasa ia gunakan sehari-hari.

"Iya, kalian hati-hati. Jangan ngebut Katerine!" Ranita sedikit berteriak karena Katerine sudah berada di luar rumah.
Katerine mengacungkan jempolnya ke udara lalu melambai ke arah Ranita. Fanny dan Lani mencium punggung tangan Ranita lalu keluar dan masuk ke dalam mobil Katerine. Mobil Katerine melaju meninggalkan rumah Lani dan langsung melesat pergi ke tempat yang ingin mereka datangi.

🌈🌈🌈🌈🌈

Terimakasih sudah membaca

Tekan★!

Cuman nekan doang kok ga sampai berjuang:')

DAMN! I LOVE YOU! [Revisi-Pending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang