14.1 Choose One, Me or He?

2.9K 159 0
                                    

Selamat membaca🌈

Tekan⭐

🌈🌈🌈🌈🌈

Terkadang berpura-pura tidak tau lebih baik, tolaklah jika tidak menyukainya. Bukankah lebih baik dihancurkan dengan kejujuran daripada dibahagiakan dengan kebohongan? Pilihlah salah satu? Maaf, aku tidak bisa memilih.

~~~~~

Alex sampai di rumahnya dengan keadaan wajah yang sudah tak bisa di bendung lagi bahwa itu sangat sakit, pembantu rumahnya khawatir saat melihat wajah Alex yang terluka. Alex tidak menghiraukan suruhan pembantunya dan ia langsung menaiki tangga rumahnya dan menutup pintu kamarnya dengan kasar.

"Fucking shit!" Alex mengumpat, "Cupu udah merasuk ke pikiran gue, semua otak gue dia! Dia!" teriak Alex frustasi ia menjambak rambut badainya dengan tangan.

Tak pernah pembantunya mendengar Alex berteriak sekeras ini di malam hari di rumah.
Alex merebahkan tubuhnya di ranjangnya yang sangat empuk, ia merogoh ponsel di kantong celananya mencari kontak Daniel.

AlexiReynand

Besok, jagain cupu.

Send

Alex membanting sembarang ponselnya, ia tidak perduli Alex menelungkupkan wajahnya yang sakit ke bantal dan bergumam sangat pelan.

"Keylani Rianti."

💗💗💗

Lani mengayuh sepedanya dengan cepat ia takut kejadian yang lalu terulang kembali, ia takut terlambat, ia takut bertemu Albert, ia takut sakit hatinya yang ia usahakan mengobatinya terbuka lebar kembali memperlihatkan luka lama yang masih belum terobati.

"Cewek cupu!" teriak seseorang dari belakangnya Lani menoleh ke belakang ia berjalan lebih cepat ralat-lebih tepatnya ia berlari.

"Ngapain lo lari huh?" dumel Daniel dengan Lani, Lani hanya cengengesan ia takut bertemu dengan Daniel apalagi Alex.

Daniel menggenggam tangannya, menariknya karena Lani sama sekali tidak berjalan. Lani menyentak tangan Daniel, ia malu dilihat terus sepanjang koridor. "Gak usah pegangan tangan," ujarnya sedikit tidak enak hati mengatakannya. Daniel meringis, "Kok gue jadi possesive gini sih?" tanyanya sambil terkekeh.

Daniel mengantar Lani sampai ke depan ruangannya, ia menunggu sampai Lani duduk manis di kursinya. Katerine yang melihat Daniel mengantar Lani cemberut, ia sedikit jealous. Di hampirinya Daniel yang masih ada di depan kelasnya, Daniel tersenyum ke arahnya membuat amarah Katerine yang semula seperti gunung luruh begitu saja seperti es.

"Trin, kok lo makin cantik?" tanya Daniel dan langsung melongos pergi dari hadapan Katerine yang belum sempat merespon pertanyaan Daniel. Sial, pipi Katerine memerah panas.

"Lan, kenapa lo bisa diantar sama Daniel?" tanya Katerine menginterogasi belum sempat Lani bernapas lega ia sudah dicecar pertanyaan oleh sahabatnya.

"Aku gak tau Kate, dia langsung muncul di depan aku pas aku jalan di koridor." jelas Lani.

"Modus pasti itu mah!" gerutu Katerine. Lani tersenyum miring. "Kamu cemburu Kate?" goda Lani.

Wajah Katerine memerah. "Ih, apaan sih?" jawabnya malu-malu. "Pipinya merah lho itu." goda Lani.

Lani tau Katerine suka dengan Daniel sejak Daniel membantunya membersihkan perpustakaan karena Katerine terlambat mengembalikan buku novel selama dua bulan. Katerine tak sanggup jika terus-terusan digoda oleh Lani pipinya bisa senantiasa berwarna merah.

💗💗💗

"Anjir! Kalian semua jangan pada keluar. Di depan gerbang kita ada genk Valcon buat kalian yang mau pulang dulu please urungkan. Gue takut Alex sama Niall bakal berantem. Cepetan kalian sembunyi!" teriak teman sekelas Lani yang masih ngos-ngosan.

Lani yang mendengar itu sontak panik karena ia takut Niall akan menemuinya dan langsung memakannya hidup-hidup. Katerine yang tau kekhawatiran Lani langsung menggenggam tangannya erat.

"Lo tenang aja Niall gak bakal kenalin lo Lan." ucap Katerine memberi semangat. Lani mendesah. "Aku takut Kate." sahut Lani.

Brak!

Semua orang yang berada di kelasnya terkejut karena pintu digebrak.

"Lo semua cepet lari karna Black Hawk dan Valcon bakal berantem. Alex nyuruh gue buat ngamanin lo semua lo semua lari ke rooftop sekolah!" teriaknya memberi arahan.

"Lari woii lari!!"

Lani, Katerine, dan Fanny yang mendengar itu sontak ikut berlari kocar-kacir sampai pada akhirnya mereka terpisah karena terhalang oleh beberapa siswa yang ketakutan.
Lani sendirian ia berlari entah kemana saking takutnya ia jadi nyasar ia masih berlari tubuhnya gemetar karena takut.

Seseorang menepuk bahunya, Lani yang terkejut langsung berjongkok dan menutup wajahnya.

"Jangan apa-apain aku, aku gak tau apa-apa." ucap Lani gemetar. "Lo gak kenapa-napa kan?" tanyanya.

Saat mendengar suara yang familiar itu Lani langsung berdiri dan menatap laki-laki di depannya dengan napas lega. "Mereka masih berantem kak?" tanya Lani, Aland mengernyit. "Berantem?" gumamnya tidak mengerti.

Lani mengangguk. "Iya kak, Alex sama Niall mereka masih berantem?" tanyanya penasaran.

Aland tertawa. "Siapa yang berantem? Niall kesini cuman mau silaturahmi sama Alex, lo dapat kabar darimana?" kekeh Aland ia menarik kepang rambut Lani dengan gemas karena terlihat lucu.

"Dari—" ucapan Lani terpotong saat beberapa orang menggerumbunginya berdua Aland.

"Jaga jarak! Jangan sentuh dia!" ucap seseorang keluar dari antara mereka. Aland mengangkat tangannya, "Santai bro.." Aland mundur selangkah demi selangkah.

"Percuma lo rubah penampilan lo, gue bakal tau." ucapnya, ia berjalan mendekati Lani. Lani berjalan mundur sampai pada akhirnya ia terjebak di dinding. Niall makin merapatkan tubuhnya menghilangkan jarak yang ada di antara mereka membuat Lani sukar menelan salivanya.

"Niall!" teriak seseorang Niall menoleh lalu tersenyum miring. "Percaya sama gue, gue enggak akan ngapa-ngapain dia." sahutnya sambil menjauh dari tubuh Lani. Lani bernapas sangat lega.

"Lan, lo pilih gue atau Niall?"

Ha?

🌈🌈🌈🌈🌈

Typo bertebaran!

Awas baper!

Pencet⭐

Dadah!

DAMN! I LOVE YOU! [Revisi-Pending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang