"Kakak.. Kakak.. ayo main kak..!"
Bayangan serta seruan seorang anak kecil yang selalu memanggilnya kakak bermain, muncul bagai kaset rusak berulang-ulang kali di kepala Zack.
"Kakak.. hiks.. Kakak.. jangan tinggalin William kakak.. hiks.. maafin Will kak.. Will janji nggak akan nakal lagi.. hiks.."
Kali ini Zack melihat anak kecil itu menangis sambil memegangi tangan seorang anak yang lebih besar yang tengah berbaring di ranjang rumah sakit.
Tiba-tiba dada Zack terasa perih melihat air mata anak lelaki itu. Ingin rasanya dia mengelus kepala dan punggung kecil itu yang kini terlihat rapuh di mata nya. Namun apa daya, bahkan Zack tidak dapat merasakan anggota gerak nya sendiri.
"William, ayo makan sayang. Nanti kamu sakit. Sudah beberapa hari kamu tidak makan teratur nak.."
"Tidak Ma.. William tidak mau makan.. Kakak sedang sakit.. Kakak sakit gara-gara William..William dengar kemarin dokter bilang kakak cacat mental.. Itu apa artinya Ma.. Kenapa kemarin Mama dan Papa menangis saat mendengar itu. Katakan pada Will Ma.." rengek anak itu memelas, wajahnya bahkan memerah karena terlalu lama menangis disertai mata dan wajah yang sedikit membengkak. Dan wajah itu sedikit membuat Zack teringat akan seseorang yang dikenal nya.
"Tidak nak.. itu hanya sebuah luka bekas kecelakaan. Nanti juga sembuh sendiri. Yang penting William makan dulu ya.. Nanti kakak kamu marah kalau tau adiknya tidak mau makan. Kamu mau kakak tambah sakit karena memikirkan adik nya yang bandel ini hm..?"
Zack kembali melihat anak itu dengan seseorang yang dipanggil nya Mama. Kepala Zack semakin terasa sakit tak tertahankan, namun sesuatu di dalam dadanya terus berkecamuk antara sedih, rindu, sayang dan juga kemarahan. Terlebih ketika melihat wajah perempuan dewasa yang di panggil Mama oleh anak kecil itu. Zack merasa dia mengenal dekat orang itu dan sesuatu yang asing namun juga terasa dekat membuat dadanya benar benar sesak akan himpitan luka yang tidak terperi.
Zack membuka matanya tiba tiba. Keringat dingin mengalir deras di sekujur tubuhnya. Dilihatnya Caroline dan William sedang menungguinya dengan wajah cemas.
William..? Kenapa nama anak kecil itu sama dengan orang ini.??
Apa aku pernah mengenalnya..??
Kenapa rasanya sakit sekali di hatiku..??
Melihat wajahnya aku merasa sangat.. sangat.. arrggghhh aku tak mengerti..!! Batin Zack merasa kacau"Zack, kau baik baik saja..? Kau melihat sesuatu lagi..?" Caroline bertanya seperti itu karena dia tau Zack terakhir kali merasa sakit kepala dan melihat memmorynya yang hilang. Dan gadis itu menebak, kali ini pun Zack juga mungkin sedang melihat kilasan balik dari masa kecilnya. Caroline sangat berharap jika ingatan Zack bisa pulih sedikit demi sedikit, atau bahkan pulih saja sekalian biar Zack tidak merasakan sakit lagi jika sedang mengingat sesuatu.
Zack mengangguk, lalu menatap William lama. Sekali lagi desiran berbeda di rasakan Zack ketika melihat wajah lelaki itu. Ini berbeda ketika dia selalu melihat William dengan rasa penuh iri dan cemburu, kali ini Zack merasa ada ikatan tak kasar mata yang mengikat dirinya dan William yang Zack sendiri tidak mengerti apa yang tengah dia rasakan.
William pun hanya tersenyum dengan sendu membalas tatapan Zack, dia masih tidak ingin bicara banyak kecuali jika Zack mengingat nya.
"Aku.. melihat anak kecil.." jawab Zack akhirnya, namun tatapan mata nya lekat tak lepas dari wajah William.
"Siapa..?!" tanya Caroline dan William bersamaan.
"Dia menangis.. dia bilang.. nama nya William.."
Deg.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY TARZAN
RomanceFollow dulu sebelum baca.. 17+ Bagaimana perasaan kalian jadi Caroline, jika sedang tersesat di hutan dan keesokan hari nya tiba tiba saja terbangun dalam pelukan seorang lelaki tampan yang hanya memakai kolor kulit macan.