And then, i must accept this reality
--
Jimin merapikan kamarnya dengan gerakan yang tergesa-gesa. Pikiran yang kacau karna semalam ia kurang tidur.
Kemudian ditambah manager hari ini memanggilnya untuk yang kedua kalinya sebelum dirinya dan Bangtan akan melaksanakan latihan rutin di agensi.
Jimin pergi dan menemui sang manager diluar ruangan dorm. Nampaknya para member lain tengah bersiap dan hendak pergi ke agensi hari ini. Namun sialnya manager memanggilnya seorang diri.
Jimin bisa menebak jika kali ini akan menyangkut paut pada Yuna untuk kedua kalinya.
Ia bisa mengirakan hal itu.
" Kau kesiangan lagi. " Kata Manager Ahn meneliti pakaian Jimin dari atas hingga bawah yang terlihat berantakan.
" Ne. Mianhae managernim. "
Tuan Ahn seakan berpikir untuk membahas dan menelaah.
" Aku pikir kau bisa menebak aku akan berbicara soal apa. " Tuan Ahn menyilangkan kedua tangannya seraya menatap Jimin.
Jimin terdiam. Mungkin ia bisa mengira. Tapi rasanya kurang sopan jika ia harus mengatakannya. Maka dari itu ia lebih memilih untuk diam.
" Aku melihat kalian berdua lagi. " Sahut Tuan Ahn seraya menunjuk Jimin.
" Kau dengan gadis itu. Sampai kapan kau akan bersembunyi seperti itu huh? " Ia menatap Jimin serius.
" Pikirlah lagi dengan akal sehatmu jika kau masih menginginkan karir ini. " Ia sedikit memberi jeda. " Aku sudah melindungimu dari ancaman media perihal masalah itu. Jangan kau buat hal itu kembali beredar. "
" Harus berapa kali lagi aku memperingatimu Jimin. " Suara Tuan Ahn terdengar sangat serius.
Jimin hanya bisa terdiam. Mengangguk dan berusaha paham akan celotehan managernya.
Dan pemkirian seorang Park Jimin kembali terusik.
Hingga kapan 'mereka' akan berhenti mengusikku seperti ini.
--
Koridor kampus nampaknya terlihat sepi. Layaknya kelas cepat kali ini, Biasanya kelas cepat semacam ini hanya memerlukan waktu 2-3 jam saja. Selebihnya mahasiswa dan mahasiswi bebas melanjutkan aktivitas sesukanya. Dan tentu hal semacam ini sangat ditunggu-tunggu oleh yang lainnya.
Begitupun dengan jadwal kelasnya hari ini, Yuna terduduk disebuah kursi panjang sepanjang koridor berada. Disisi sebelahnya terdapat tanaman daun yang besar beserta potnya.
Yuna menyenderkan punggungnya. Dinding kampus yang begitu dingin. Hampir sama dengan cuacanya.
Ia mengeratkan tumpukan beberapa buku dipangkuannya. Rambutnya yang terurai berterbangan sehingga sedikit menganggu pandangannya.
Akhir-akhir diperjalanan menjelajahi Seoul tidak seperti yang diduganya.
Ternyata Jimin benar, tidak akan selamanya dan seterusnya seseorang itu akan terus bahagia. Nampaknya kali ini hal tersebut tengah menimpa dirinya.
Persoalan Hana beberapa waktu lalu sempat membuat dirinya lemas dan tak percaya. Ia tahu betul perasaan Hana yang saat ini benar-benar tengah bekerja keras hanya untuk sekedar mengobati penyakit ayahnya.
Yuna merasa tidak tega. Ternyata hal semacam ini tengah menimpa Hana dengan kesendiriannya yang cukup mendalam. Ia tak seceria dahulu lagi karena fokus utamannya benar-benar tertuju pada kesehatan sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Im A Fangirl
Fanfiction[BELUM REVISI PART 1-20] Insiden itu kembali terulang. Dimana karir adalah posisi yang paling utama. Kemudian segala bentuk dari segala apa yang dilakukan musti selalu ada batasannya. Dunia entertain yang sangat diawasi dan diperketat oleh aturan. B...