Let me told you something,
sorry.
---
Putar lagi dislide kedua mulmed. Dan rasakan sensasinya.
---
Memang sudah hampir menjelang pagi.
Meski langit masih tampak gelap.
Jimin benar-benar menepati perkataannya.
Sebelumnya, Yuna pikir jika ajakannya akan berlangsung keesokan harinya. Atau mungkin ketika Jimin mempunyai senggang waktu sebelum hari keberangkatan nya kembali.
Tapi justru ini diluar dugannya.
Menurut Yuna, Jimin masih terlihat sama. Yaitu sedikit nekat.
Bahkan ia baru saja menyelesaikan konser yang cukup melelahkan. SangT melelahkan untuk ukuran stadium sebesar itu.
Setelah pertemuan mereka untuk pertama kali lagi, tanpa berpikir panjang Jimin langsung menyetujui dihari itu juga. Tanpa memastikan hal lain, meski memang sebelumnya ia sudah sempat izin pada manager dan staff lainnya untuk memberitahukan member lain bahwa ia sedang ada suatu urusan.
" Aku...merasa tidak enak sekarang..." Akhirnya setelah saling diam, Yuna mulai membuka percakapan.
Jimin dan Yuna duduk saling berhadapan disebuah kedai sederhana yang cukup lumayan jauh dari stadium.
Tidak, merek tidak pergi bersama. Tentu saja sangat beresiko. Jimin masih mempunyai akal sehat untuk menjaga dirinya dan Yuna dari publik yang bisa saja mengintainya.
Yuna memakai taksi, sedangkan Jimin menaiki mobil hitam atas izin managernya.
Dengan alasan?
Tentu saja, Busan adalah rumahnya. Ia hanya mengatakan bahwa ia harus menemui keluarganya dirumah. Itu alasannya.
" Apakah, ini akan baik-baik saja?" Gugup Yuna merasa was-was.
Sejujurnya, dalam hati Jimin, ia sedikit gugup sekaligus bingung jika sudah dalam keadaan seperti sekarang. Dimana satu sosok yang selama ini masih terbawa suasana muncul kembali. Tanpa angan apapun secara tiba-tiba.
" Kurasa tidak...jangan khawatir." Ucap Jimin senormal mungkin.
Keduanya bahkan menghiraukan satu kopi panas dan teh yang hanya mengeluarkan asap diatas meja.
" Maksudku---"
" Bukankah... Ini atas permintaanmu? ... maksudku, ini juga waktu yang pas untuk tidak diintai oleh siapapun." Kata Jimin kemudian. Selang beberapa detik, suasana canggung kembali terasa. " Katakan saja yang ingin disampaikan..tidak ada batasan waktu setelah ini. Aku bukan lagi seseorang yang sibuk seperti dulu.."
Jimin mengucapkan kalimat itu dengan terang-terangan.
Walau sejujurnya, jauh dari lubuh hati terdalam Jimin. Ia begitu menyimpan rasa kerinduan yang cukup dalam. Melihat wajah Yuna yang kini tepat berada dihadapannya sekarang cukup membuat dirinya sedikit gugup.
Mengetahui keadaannya yang nyaris memang hampir berubah.
Bahkan Jimin masih merasa syok atas kedatangan Yuna yang sungguh tidak bisa dipastikan, mengapa?
Dan apa alasanya, hingga membuat mereka berdua duduk saling berhadapan di kedai sederhana yang lumayan sepi pengunjung.
Hanya untuk membahas ini.
" Aku...merasa sangat bersalah. " Itu awalan kalimat pembuka untuk pembahasan ini.
Rasanya berat bagi Yuna untuk melanjutkan. Mungkin pikirnya, Jimin sudah muak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Im A Fangirl
Hayran Kurgu[BELUM REVISI PART 1-20] Insiden itu kembali terulang. Dimana karir adalah posisi yang paling utama. Kemudian segala bentuk dari segala apa yang dilakukan musti selalu ada batasannya. Dunia entertain yang sangat diawasi dan diperketat oleh aturan. B...