52. Heartbeat

1.4K 108 23
                                    

i'ts not easy to forget you until now.

----

Suasananya nyaris hampir berubah.

Atau mungkin, karena Yuna yang sudah lama tidak mengunjungi tanah yang saat ini ia pijaki.

Akhir tahun, terhitung saat ini adalah bulan November .

Sudah saatnya memasuki musim dingin, bahkan Yuna sudah bisa merasakan suhu disekelilingnya ini. Jauh dari kata Jakarta yang terkenal panas.

Yuna menelan salivanya, memperkuat genggaman tas hitam yang sedari tadi ia genggam. Ia memang sengaja, tidak membawa banyak tas maupun barang.

Tapi seketika, genggaman pada tasnya melonggar. Seakan-akan pikirannya ikut berubah. Ia takut, begitupun khawatir secara bersamaan.

Karena bagaimanapun, untuk menguatkan diri sampai di Seoul saat ini, sebuah usaha dan harus memiliki hati yang sangat kuat akan keputusannya.

Dengan kata lain, ia juga mempunyai suatu tujuan untuk sampai ke sini 'lagi'.

Ia tidak bergerak sedikitpun sampai saat ini, berdiri diam di bandara yang saat ini perhatikan.

Banyak orang yang berlalu-lalang disekitarnya, pengelihatan itu seakan membawanya kembali ke masa lalu.

Kata orang, ini dejavu.

Masih terputar jelas diotaknya, bagaimana dulu ia mendatangi tempat ini. Dimana pertama kalinya ia merasa bahagia.

Dimana saat itulah ternyata kejadian panjang yang sebenarnya, yang tak pernah ia sangka akan dimulai.

Dimana saat itu, ia tengah kebingungan. Entah harus melakukan apa. Hingga bertemulah ia dengan Hana.

Astaga, mengingatnya pun, terkadang membuat Yuna mengukir senyum tipis. Memori itu sangat tercetak jelas. Rasanya sangat miris, dan lucu disaat yang bersamaan.

" Aku mencarimu!"

Suara itu membuyarkan semua lamunan Yuna, tepat dihadapannya, Daniel berdiri tegap. Dengan nafas yang sedikit tersengal-sengal.

Apa ia habis berlari?

" Kenapa kau masih disini? Ku kira kau akan menunggu di ruang tunggu pintu keluar." Ucap Daniel lagi.

Yuna mulai mengangkat sedikit senyumannya. Ia kembali meyakinkan lagi keputusannya saat ini. Yuna tidak ingin lagi mengikuti apa kata pikirannya yang terkadang berpikiran pendek.

Satu senggolan pada lengan kiri Daniel membuat Daniel sedikit bingung, " Kau ini, bukannya menyambutku." Kata Yuna sedikit terkekeh.

Daniel sedikit tertawa, syukurlah.

Daniel pikir Yuna akan menderita. Atau mungkin tidak mempunyai gairah hidup lagi setelah kejadian lalu yang membuat dirinya tertekan.

" Aku bersyukur kau masih bisa tersenyum seperti itu, aku senang." Daniel ikut tersenyum, merasa lega menjemput Yuna dibandara dengan suasana hati yang tenang dan berseri.

" Bukankah itu yang kau suruh? Hidup bahagia, sesuai apa yang kumau?" Kata-kata itu membalikkan kepada Daniel.

Daniel terkekeh, mengingat bahwa dirinya sangat berpengaruh? Dan sedikit bijaksana dalam penyampaian kata-katanya dahulu. Sehingga Yuna bisa menerapkan hal itu.

" Baiklah, aku akan memyambutmu hari ini. Kita akan memulai misi pertama atas tujuanmu kesini."

Selanjutnya, Yuna mengukir kembali senyumannya.

Senyuman, yang disisi lain masih memiliki rasa kekhawatiran.

----

Terkadang dunia terasa sangat sempit, bahkan jika harus bertakdir dengan seseorang yang sangat luar biasa terkenalnya seperti Kim Taehyung.

Im A FangirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang