Prolog

39.8K 1.1K 70
                                    

Teruntuk Dzat yang menguasi alam semesta
Engkaulah sebenar-benarnya pemilik
Maha merajai
Dan akan tetap abadi
Singgasana 'Arsy yang perlu kita imani
Engkau bersemayam disana
Dipikul malaikat-malaikatMu yang taat.

Teruntuk Dzat pemilik muara cinta
Berilah kami rasa cinta kepada-Mu yang tinggi
Rasa rindu kami kepada Nabi akhir zaman yang tak pernah luntur
Di telan oleh waktu, oleh keadaan
Ridhoi nyawa di selimuti cinta kepada-Mu
Hingga waktu tiba
Ajal menjemput.

Engkaulah Maha Cinta
Cintailah diri ini yang berlumuran dosa dan juga kesalahan
Sebelum mati menjemput, cintai aku dan berilah sebuah keridhoan-Mu untukku
Supaya diri yang lemah ini bisa melewati jalan shirattal mustaqim dengan cepat
Agar diri yang hina ini bisa memasuki surga-Mu
Menjadikannya tempat terakhir untuk hidupku yang abadi
Bersama orang-orang yang kucintai
Serta dia yang kuingini
Sebagai Kekasih Until Jannah.

-Surat cinta untuk yang Maha Mencintai.

▪▪▪

DOA dari kedua orangtua membuat seorang Parisya Shafiyah bisa terbang menepakkan sayapnya di kota orang. Jakarta, salah satu kota metropolitan yang ada di Indonesia adalah tujuan dirinya untuk mencari penghasilan agar bisa membantu mengurangi beban Abah dalam mencari nafkah.

Terlahir dari keluarga sederhana membuat Shafiyah harus rela melepaskan impiannya menjadi seorang sarjana Managemen. Masalahnya ada di biaya kuliah yang cukup tinggi. Abah hanya bekerja sebagai seorang guru madrasah di kampung, dan Ibu hanya menjadi Ibu rumah tangga, sekaligus menjadi madrasah dan tempat pembelajaran terbaik untuk dirinya dan juga adiknya, Asyraf Misbahul Anfusi.

Untuk biaya Asyraf masuk SMP, Abah harus rela menjual sawah dan kebun-kebun yang dimiliki. Apalagi jika harus membiayai uang kuliah untuk dirinya, mungkin Abah akan tercekik kejepit bayaran. Hal itulah yang membuat Shafiyah merelakan impiannya pergi terbawa angin dan mati dalam angannya. Berusaha menurunkan ego agar adiknya bisa tetap sekolah minimal sampai SMA nanti. Syukur-syukur jika adiknya bisa menjadi seorang sarjana yang dapat membanggakan keluarga.

Semenjak memasuki SMA, Shafiyah dituntut untuk menuruti titah mereka, seperti; memasuki jurusan IPS padahal Shafiyah menginginkan jurusan IPA. Dirinya bercita-cita menjadi seorang Dokter atau minimal menjadi seorang Perawat. Namun, kedua orangtuanya tidak menyetujui. Menurut mereka menjadi seorang Dokter ataupun perawat itu berat pada biaya, sehingga kedua orangtuanya menyuruh untuk memasuki jurusan IPS, agar Shafiyah bisa bekerja di perusahaan yang membutuhkan kecerdasan dalam bidang akuntasi di waktu itu.

Tidak bisa apa-apa, Shafiyah hanya mengangguk pasrah meski berat. Karena bagaimanapun Shafiyah membantah dan tidak terima, keputusan Abah tidak dapat di ganggu gugat.

Selanjutnya, impian Shafiyah untuk bisa kuliah seperti teman-teman yang lain pun harus kandas. Detik-detik semester enam, Abah melarang Shafiyah untuk kuliah karena Abah tidak punya biaya. Tentu saja hal itu membuat Shafiyah benar-benar kecewa. Padahal, Shafiyah sudah memilih beberapa Universitas Negeri yang akan ia daftarkan lewat SNMPTN dan juga jurusan yang sudah bulat, yaitu jurusan Managemen dan Bisnis.

Keputusan Abah membuat Shafiyah jatuh dan ambruk. Selama ini Shafiyah sudah berusaha agar nilai tiap semesternya terus meningkat. Belajar malam-malam sampai larut dan ketiduran. Menghafal materi secara berulang-ulang selepas shalat tahajud agar hasil ulangan harian cukup memuaskan. Juga, merelakan tubuhnya sedikit istirahat karena semangat dalam mencari ilmu. Lalu dari semua perjuangan itu, apa yang dia dapati? Hanya kekecewaan besar atas garis hidup yang telah di takdirkan untuknya.

Kekasih Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang