#6 : SITTATUN

12.5K 629 11
                                    

#6

'Alaihi tawakkaltu wa huwa robbul-'arsyil-'azhiim.

"Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy (singgasana) yang agung."

(QS. At-Taubah 9: Ayat 129)

SITTATUN :

"Ya Rabbi, kuserahkan segala perkara yang membuatku resah dalam urusan hidupku, kebimbangan, kegelisahan, serta ketakutan-ketakutan yang datang menyergap diri. Aku mengetahui, Engkaulah yang mendatangkan dan menahan sesuatu pada diri hamba-hambaNya."

KEKASIH UNTIL JANNAH.

6. Pengakuan Kejujuran

Rafardhan melepaskan jas hitam lantas dilemparkannya ke atas kasur secara asal. Ia paling tidak betah jika berlama-lama memakai jas karena hal itu membuatnya begitu gerah. Paling-paling Rafardhan akan memakai jas hanya di acara meeting bersama klien penting. Meskipun Rafardhan menjabat sebagai pemilik perusahaan, tapi Rafardhan tidak pernah betah memakai jas lama-lama. Bahkan, kalau pergi ke kantor dia hanya memakai kemeja polos dengan satu kancing teratas yang dibiarkannya terbuka tanpa dasi yang menempel disana.

Lengan kemejanya dilipat sampai siku kemudian mengeluarkan ponsel dan dompet dari saku celananya, lantas duduk di tepi ranjang. Namun saat ia duduk, ada sesuatu yang mengganjal. Tangan Rafardhan meraba-raba lalu mendapati sebuah tasbih hitam yang masih betah berada di saku celana. Rafardhan menepuk jidatnya agak keras, padahal, setelah memberikan undangan, Rafardhan akan memberikan tasbih ini kepemiliknya. Astagfirullahaladzim, Rafardhan lupa! Mungkin gara-gara Ajil yang mendadak meneleponnya membuat Rafardhan lupa untuk mengembalikan tasbih itu kepemiliknya.

Bertepatan dengan itu, Bunda masuk ke dalam kamar Rafardhan sambil membawakan segelas teh hangat untuknya. "Loh, tasbihnya masih ada di kamu?" Bunda duduk disamping Rafardhan yang masih berkeringat.

Rafardhan mengangguk, "Iya Bunda. Lupa." katanya sambil menunjukkan deretan giginya yang rapi.

"Kamu itu kebiasaan. Kasian loh, dia. Siapa tahu tasbih itu dibutuhin banget sama dia."

"Iya Bunda maaf, abisnya lupa."

Bunda menggeleng pelan. Usia Rafardhan masih terbilang muda, tapi entah kenapa daya tahan ingatannya begitu kecil sehingga menjadikan Rafardhan seseorang yang begitu teledor. Pasalnya, itu barang orang sudah berminggu-minggu berada di tangan Rafardhan bahkan sampai sekarang belum dikembalikan juga. Waktu ke Sumedang di acara khitbah, Rafardhan sudah meniatkan untuk mengembalikan tasbihnya itu. Tapi lagi-lagi Rafardhan kelupaan saking senangnya bahwa khitbahnya diterima.

"Undangannya gimana? Dia setuju?" tanya Bunda.

Sebenarnya undangan itu di desain oleh Bunda. Dipilih khusus untuk pernikahan anak pertamanya. Bunda mau memberikan yang terbaik dari hal-hal kecil sampai resepsinya, begitupun Rafardhan. Bunda dan Rafardhan sama-sama menginginkan yang terbaik untuk acaranya nanti.

"Belum tahu. Tadi Ajil tiba-tiba nelpon karena klien udah ada di kantor. Kayaknya besok bakal dibicarain," jelas Rafardhan, lalu meminum teh hangat yang telah Bunda buatkan untuknya.

"Kalau dia nggak suka, bawa aja katalognya Nak," saran Bunda. "Sambil bawa katalog gaun pengantinnya biar dia yang milih sekalian."

"Dimana Bunda?"

"Kalau katalog undangan udah ada di Bunda, ada di kamar. Tapi kalau katalog gaun pengantin kamu pergi aja ke Tante Mira, dateng aja ke butiknya. Nanti Bunda kabarin dia dulu kalau besok kamu bakal ngambil katalog baju pengantin. Kamu tahu kan butiknya?" Tante Mira merupakan teman Bunda yang mempunyai butik terkenal di Jakarta. Rafardhan sering diminta antar oleh Bunda ke butik tante Mira untuk mencari gaun pesta. Rafardhan mengangguk samar.

Kekasih Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang