#40 : 'ARBA'UUNA

6.8K 450 26
                                    

#40

Qoola haazaa firooqu bainii wa bainik, sa'unabbi'uka bita'wiili maa lam tastathi' 'alaihi shobroo.

"Dia berkata, Inilah perpisahan antara aku dengan engkau; aku akan memberikan penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak mampu sabar terhadapnya."

(QS. Al-Kahf 18: Ayat 78)

'ARBA'UUNA:

Hati-hati dengan emosi. Sekali emosi bisa saja membuat kesalahan yang fatal.

KEKASIH UNTIL JANNAH.

40. Berpisah.

"Jangan mikirin anak dulu, calonnya aja dulu yang dipikirin. Ente mau dapet anak dari mana kalau Ibunya belum ente dapetin?" cela Rafardhan saat Ajil mengatakan bahwa Ajil ingin mempunyai anak banyak seperti Rafardhan.

"Gila! Kalian yang seneng punyak anak banyak, yang menderitanya para wanita, hellow!" ujar Shita membela. "Duh, kalian jadi laki-laki cuman dapet enaknya aja, nggak ngerasain sakitnya melahirkan tuh kayak gimana. Satu anak aja perihnya nggak ketolong, gimana mau belasan anak?"

"Banyak anak banyak rezeki tahu, Ta. Dan sakitnya saat ngelahirin tuh dapet pahala yang besar. Ente nggak mau emangnya dapet pahala bejibun?" Ajil menimpalinya dengan santai.

"Ya nggak dengan ngelahirin tiga belas anak juga kali," jawab Shita, membuat Rafardhan dan AJil terkekeh pelan.

Sejak dulu, Rafardhan selalu mempunyai keinginin mempunyai anak banyak. Tiga belas. Dengan umur anak-anaknya yang beda dua-lima tahun. Lucu saja rasanya ketika rumah dihuni oleh banyak orang. Senang karena tiap kali pulang ke rumah disambut dengan tangisan dede bayi yang saling sahut-menyahuti. Rafardhan tidak tahu saja, ketika semua itu terjadi, dia akan pusing sendiri.

"Yee.. sirik aja," Ajil melemparkan kulit kacang kepada Shita dengan jail. "Lagian kan yang ngelahirin istri ane nanti, Si Rafa juga yang ngelahirin anaknya nanti istrinya, bukan ente." Mendengar kata istri membuat Rafardhan langsung teringat akan Shafiyah, beserta masalah-masalahnya yang kini tengah hadir diantara rumah tangga mereka.

Suasana hati Rafardhan mendadak tidak tenang. Mendadak sekali Rafardhan ingin mendengar kabar Shafiyah saat ini. Dari kemarin ia yang sengaja mendiamkan pesan istrinya, sekarang dia sendiri yang menanggung rindunya. Seandainya kondisinya sedang membaik, Rafardhan pasti lebih leluasa untuk memeluknya secara erat. Untuk sekarang, melihat wajahnya saja Rafardhan tidak mampu. Terakhir kali Rafardhan melihat wajah Shafiyah sedang menangis, memohon-mohon kepadanya.

"Raf, kenapa di kamar mandi ente ada peralatan mandi? Ente nggak pulang?" Tiba-tiba saja Ajil keluar dari kamar mandi dengan pertanyaan yang tidak mungkin Rafardhan jawab dengan jujur.

"Masa sih?" Rafardhan berpura-pura tidak tahu, memasang mimik wajah kebingungan seolah Rafardhan tidak tahu apa-apa.

"Iya, noh.. Ada sikat gigi, sabun, sama handuk segala,"

Rafardhan diam selama beberapa detik, berpikir keras mencari jawaban yang rasional. "Itu alat mandi beberapa bulan yang lalu kali, waktu ane belum nikah sama istri ane." Rafardhan beralibi.

"Tapi handuknya masih basah, Rafa."

"Iya handuknya tadi ane pake buat lap wajah ane." Dengan sangat terpaksa, Rafardhan berbohong.

"Lagian mana mungkin sih Rafardhan nggak pulang, Jil? Dia kan nggak bisa lama-lama jauh sama kesayangannya," ujar Shita menyelipkan nada cemburu, namun Rafardhan tidak paham dengan nada yang dilontarkan Shita itu.

Kekasih Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang