Ekstra Part 3

8.8K 377 56
                                    

#Ekstra Part 3

Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin.

"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan."

(QS. Al-Fatihah 1: Ayat 5)

EKSTRA PART 3 :

Kalau Allah yang bilang harus, meski enggak mau, ya mau gimana lagi? Masa harus nentang Allah?

KEKASIH UNTIL JANNAH.

Ekstra Part 3. Demi Ilham, Anak Kita.

"Mas, aku tuh enggak ngerti lagi deh sama Ilham!" gerutu Shafiyah sambil duduk di tepi kasur, berhadapan dengan Rafardhan. Lebih tepatnya, berhadapan dengan foto Rafardhan. Shafiyah memasang wajah cemburut khasnya, eksperesi kekesalannya yang dulu selalu di lihat oleh Rafardhan dan selalu dilarang cemberut oleh Rafardhan.

Dulu, ketika Shafiyah memasang wajah cemberut seperti itu, Rafardhan pasti selalu bilang, "Bidadariku ini cemberut gara-gara apa sih? Harusnya orang lain enggak bisa ngubah senyum bidadari, tapi bidadari yang seharusnya ngubah dunia mereka dengan senyumnya bidadari."

Sekarang, ya, tidak ada lagi yang berbicara seperti itu.

Shafiyah menghembuskan napas kekesalannya dalam-dalam. Setelah itu, barulah ia bercerita pada Rafardhan. "Mas, aku enggak nyangka kalau Ilham sekarang berani bohong sama aku. Nih ya, Mas, masa Ilham waktu tanam pohon ditemenin sama orang yang nggak di kenal? Padahal kan ada pak guru yang siap gantiin Mas buat nemenin Ilham dan anak-anak yang lain nanem pohon kalau Abinya enggak ada. Aku tahu itu dari Ibu Nur, Mas. Itu juga pas tadi aku ke sekolah Ilham. Kalau tadi aku enggak ke sekolah Ilham? Ya aku enggak bakalan tahu apa-apa. Ilham juga. Enggak pernah bilang-bilang ke aku kalau ternyata dia temenan sama om-om itu. Dan, yang paling bikin aku kesel sama Ilham itu karena Ilham mau di ajak makan ice cream sama om yang katanya om baik itu. Mas tahu sendiri, kan? Kalau di bumi ini kita harus selalu waspada. Apalagi di Jakarta kayak gini. Gimana kalau nanti Ilham di culik atau di apa-apain? Ya kan, Mas? Mas tahu enggak? Ilham dapet nilai 0. Ya itu. Gara-gara Ilham main terus sama om itu. Siapa yang enggak marah coba, Mas? Aku yakin, kalau Mas masih ada di sini, Mas juga pasti kesel."

Setelah mengeluarkan semua unek-uneknya kepada foto Rafardhan, Shafiyah menghembuskan napas lagi, kali ini lebih tenang. Shafiyah mengelus-elus wajah Rafardhan yang berada di dalam figura itu. "Padahal dulu Ilham paling enggak mau kalau aku marah. Sekarang Ilham malah bohongin aku." Air mata Shafiyah jatuh begitu saja namun dengan ujung kalimat yang sedikit tertawa. Menertawakan dirinya sendiri yang se-menyedihkan ini.

"Kalau dulu Ilham enggak nurut sama Mas, dia bisa nurut sama aku. Tapi kalau Ilham udah nggak nurut sama aku, Ilham mau nurut sama siapa?" tanya Shafiyah pada Rafardhan yang kini sudah berbeda alam dengannya.

"Maaf Mas aku enggak bisa jadi Umi yang hebat dan shalih buat Ilham. Aku udah berusaha sebisa mungkin buat jadi Umi sekaligus Abi buat Ilham, sama kayak yang Bunda lakuin. Aku berusaha kerja supaya aku bisa memenuhin kebutuhan hidup aku. Kalau aku enggak kerja, aku bingung, Mas. Aku mau ngasih Ilham makan dari mana? Aku mau memenuhin kebutuhan hidup Ilham dari mana kalau aku enggak cari kerja? Sedangkan tabungan yang udah kita simpan buat Ilham sekolah dasar di sekolah favorit, tabungan itu hampir habis, Mas. Untuk biaya daftar aja kayaknya masih kurang."

Tabungan Rafardhan dan Shafiyah untuk menyiapkan masa depan Ilham supaya Ilham bisa bersekolah di sekolah favorit, sudah menipis. Tabungannya Shafiyah pakai untuk biaya keperluannya dan keperluan Ilham ini-itu di tahun Rafardhan meninggalkannya. Satu tahun Rafardhan meninggalkan mereka, baru Shafiyah mencari kerja. Sering pergi ke gudang untuk meningkatkan usaha bisnisnya, lalu mencoba ikut bergabung dengan bisnis-bisnis lain supaya Shafiyah mendapatkan uang lebih banyak. Hanya agar Shafiyah mengganti tabungan yang sudah terpakai untuk Ilham bisa sekolah di sekolah favorit. Selain itu, Shafiyah juga bekerja ekstra karena ia harus menggaji bibi Jul dan Mbak Ana. Kalau bibi Jul tidak ada, siapa yang akan menyiapkan makanan untuk Ilham sepulang sekolah? Sedangkan Shafiyah pasti berada di luar rumah. Begitu pun dengan Mbak Ana, jika Shafiyah memecat Mbak Ana, siapa yang akan mengantar jemput Ilham ke sekolah? Kalau untuk urusan Shafiyah, ia masih bisa naik angkutan umum.

Kekasih Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang