#7 SAB'ATUN

12.7K 627 11
                                    

#7

Wa laa tajidu lisunnatinaa tahwiilaa.

"Dan tidak akan engkau dapati perubahan atas ketetapan Kami."

(QS. Al-Isra' 17: Ayat 77)

SAB'ATUN :

"Ketika Allah menginginkan dua manusia untuk bersatu, maka Allah akan memudahkan segala urusannya, melancarkan rencananya, serta meluluhkan hatinya untuk mencintai dia dengan cara-Nya."

KEKASIH UNTIL JANNAH.

7. Perubahan

Keadaan mencekam, situasi kemudian menghening setelah Rafardhan menjelaskan semuanya secara jujur kepada Abah dan juga Ibu. Raut wajah Abah berbeda, mungkin ada rasa terkejut yang menyelinap di dalam dada. Sebelum tadi Rafardhan berhasil menghentikan Abah menjual kebunnya, Rafardhan berhasil meyakinkan Abah jika semua biaya pernikahan akan ditanggung olehnya.

"Kamu kesini teh ada keperluan apa? Jauh-jauh dari Jakarta ke Sumedang, kan, sekarang mah udah ada telepon atuh. Tinggal pencet aja terus bilang," Abah menatap Rafardhan penasaran.

Rafardhan tersenyum kikuk. "Maaf Abah kalau saya kesini nggak bilang-bilang," jeda beberapa detik sambil Rafardhan mengatur napas untuk mengutarakan niatnya. "Sebenarnya kedatangan saya kesini mau bicarain sesuatu dan minta persetujuan dari Abah sama Ibu. Kalau misalkan saya bicaranya lewat telepon, nanti kesannya saya nggak sopan." jelas Rafardhan.

"Minta persetujuan apa ini teh?"

Rafardhan meneguk ludahnya dalam. "Saya minta persetujuan untuk mempercepat tanggal pernikahannya jadi Jumat depan."

Sontak, kedua bola mata Abah dan Ibu membulat nyaris bersamaan. Ekspresinya begitu terlihat kaget bukan main. Tapi, mereka berhasil menormalkan mimik wajahnya setelah beberapa detik kemudian.

"Jumat depan?" tanya Abah memastikan.

"Kamu teh kenapa mau mempercepat tanggalnya?" kini Ibu yang angkat suara. Meski terkesan kaget, namun tutur katanya masih tetap lembut.

Rafardhan diam beberapa detik. Otaknya tidak mempunyai jawaban sama sekali yang pas untuk disampaikan ke Abah dan Ibu. Karena yang Rafardhan inginkan adalah memperpendek waktu agar Rafardhan bisa secepatnya hidup berdampingan dengan dia. Bunda sudah tahu keputusan Rafardhan yang ingin mempercepat tanggal pernikahannya menjadi jumat depan. Awalnya Bunda ragu, tapi lagi-lagi Bunda kalah atas keyakinan Rafardhan sehingga Bunda mengangguk setuju di akhirnya.

Asli, ketika melihat Shafiyah menangis, hati Rafardhan mencelos, ikut sesak. Itulah kenapa kemarin dia buru-buru hengkang dari hadapan Shafiyah. Rafardhan paling tidak mau jika melihat perempuan menangis, apalagi perempuannya adalah orang yang dia sayangi, terlebih karena ulah dirinya. Mungkin itu salah satu kelemahannya. Rafardhan akan diam seribu bahasa ketika dirinya menjadi sumber perempuan menangis, seolah-olah dia telah melakukan kesalahan yang sangat fatal. Sejail-jailnya Rafardhan kepada Hera, Rafardhan masih bisa menjaili adiknya diambang batas, tidak pernah membuat Hera menangis.

Nanti, kalau Shafiyah menangis lagi dihadapannya, tangannya lah yang ingin menghapus air mata duka Shafiyah, menjadikan pundaknya sebagai senderan, membiarkan bajunya basah karena derai tangis dari mata lentik milik Shafiyah, menjadikan dirinya teman curhat, serta memberikan sebuah pelukan nyaman yang membuat Shafiyah akan merasa tenang dan baik-baik saja.

Rafardhan menyunggingkan senyuman, terlihat malu-malu. "Pengen secepatnya aja, Bu." Hanya kalimat itulah yang bisa Rafardhan utarakan.

Mendapat jawaban darinya, Ibu terlihat mengangguk-anggukan kepalanya kecil, seakan paham. "Kamu teh nggak sabar nya pengen halal sama anak Ibu?" Ibu menggoda Rafardhan, membuat bibir Rafardhan tertarik salah tingkah. Setelahnya, kedua bola mata Rafardhan menatap Abah yang terlihat sedang memikirkan sesuatu.

Kekasih Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang