#52
Hasbunallohu sayu'tiinallohu min fadhlihii wa rosuuluhuu innaaa ilallohi rooghibuun.
"Cukuplah Allah bagi kami, Allah dan Rasul-Nya akan memberikan kepada kami sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya kami orang-orang yang berharap kepada Allah."
(QS. At-Taubah 9: Ayat 59)
ISTNAINI WA KHAMSUUNA:
Melakukan sesuatu karena Allah itu lebih mudah dan berkah.
KEKASIH UNTIL JANNAH.
52. Pencerahan.
Dengan menatap atap kamar yang berwarna polos, Shita memperhatikannya dengan seksama. Seolah atap itu bisa memutar kalimat Shafiyah yang sempat diceritakan kepadanya. "Mbak Shita kuat. Kalau aku ada di posisi Mbak, aku pasti enggak bisa setegar Mbak; berlaku baik dan bersikap seolah baik-baik aja padahal di dalam hati remuk redam.
"Aku aja, cuman denger orang yang disukai ternyata malah menyukai orang lain, hati aku hancur, Mbak. Bener-bener sakit sampai-sampai aku enggak mau lagi ngeliat dia. Mbak beda. Meskipun orang yang Mbak sukai nikah sama orang lain, Mbak bisa sembunyiin luka Mbak dengan rapi sampai orang yang Mbak sukai itu enggak tahu.
"Kalau aku jadi Mbak, mungkin aku bakalan pergi jauh, menghindar hanya untuk menyembuhkan hati yang luka. Dan bahkan mungkin, aku enggak bakalan berteman lagi sama dia. Meskipun kita enggak boleh lari dari setiap masalah yang ada."
Jika Shita menghindar dari Rafardhan, bagaimana mungkin Shita bisa? Sedangkan, melihat Rafardhan saja sudah cukup menyalurkan energi ke dalam tubuhnya. Memangnya, karena hal apa Shita selalu bersemangat pergi ke kantor kalau bukan akan bertemu Rafardhan? Tapi, setelah kenyataan baik untuk Rafardhan dan pahit untuknya datang, Shita terbujur kaku. Untuk mengangkat kaki saja Shita merasa tidak bisa, apalagi dengan menghindar?
Di satu sisi, Shafiyah merasa beruntung. Dalam perihal mencintai seseorang sebelum halal, ternyata ada yang lebih menyakitkan darinya. Di setiap masalah, pasti akan selalu ada hikmahnya, bukan? Shafiyah baru menyadari dan faham, bahwa ujian kemarin yang menimpanya dengan suami, hikmahnya adalah Shafiyah bisa bersahabat dengan Shita. Jika ujian itu tidak datang menimpanya, mungkin hubungannya dengan Shita belum membaik sampai sekarang.
Dan juga, Shafiyah percaya bahwa memang selama ini Daffa tidak mencari dan tidak mencintainya. Shafiyah baru ingat jika Daffa memang sudah menikah. Semoga bahagia ya, Daffa. Aku di sini juga sudah bahagia bersama laki-laki yang aku cintai dan yang mencintai aku seutuhnya.
***
Memasuki trimester ke dua, dengan perutnya yang sudah membuncit, Shafiyah ke luar kamar beserta sisir yang berada di genggamannya. Beres mandi, Shafiyah malas sekali untuk sekedar berdandan atau memakai bedak. Menyisir rambut saja terkadang menyuruh Rafardhan atau bibi kalau bibi sedang tidak sibuk.
Shafiyah duduk di kursi dengan hati-hati, disamping suami. "Hati-hati sayang," Rafardhan membantu Shafiyah duduk. "Sini, dasar bidadari. Ada ya bidadari yang males nyisir rambut?" ejeknya sembari mulai menyisir rambut Shafiyah dengan rapi.
"Aku kan manusia biasa, Mas. Bukan bidadari."
"Orang liatnya kamu cuman manusia biasa. Tapi bagi aku, kamu itu bidadari. Bidadari dunia dan akhiratku."
Pipi Shafiyah memerah, untung saja Rafardhan berada di belakangnya yang sedang menyisir rambuntya sehingga Rafardhan tidak tahu pipinya memerah. "Iiiii! Raja gombal dasar!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Until Jannah
Spiritual[Completed] Jika tahu bukti cinta itu dengan pernikahan, lalu kenapa harus menjatuhkan hati sebelum akad dimulai?