#63 : TSALAATSATUN WA SITTUNA

5.8K 349 23
                                    

#63

Afa man huwa qooo'imun 'alaa kulli nafsim bimaa kasabat, wa ja'aluu lillaahi syurokaaa', qul sammuuhum, am tunabbi'uunahuu bimaa laa ya'lamu fil-ardhi am bizhoohirim minal-qouul, bal zuyyina lillaziina kafaruu makruhum wa shudduu 'anis-sabiil, wa may yudhlilillaahu fa maa lahuu min haad.

"Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap jiwa terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang lain)? Mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah. Katakanlah, Sebutkanlah sifat-sifat mereka itu. Atau apakah kamu hendak memberitahukan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di bumi, atau (mengatakan tentang hal itu) sekadar perkataan pada lahirnya saja. Sebenarnya bagi orang kafir, tipu daya mereka itu dijadikan terasa indah, dan mereka dihalangi dari jalan (yang benar). Dan barang siapa disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun yang memberi petunjuk baginya."

(QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 33)

TSALAATSATUN WA SITTUNA:

Sesuka apapun sama dia, kalau kata Allah dia bukan yang tepat, ya tetep aja pasti dipisahin.

KEKASIH UNTIL JANNAH.


63. Kenyataan Menurut Sisi Daffa.

"Bidadari kenapa?"

Rafardhan seringkali menangkap Shafiyah yang tidak biasanya. Melamun, seperti kebingungan akan sesuatu. Raut wajahnya seringkali terlihat gelisah. Begitu ditanya kenapa olehnya, Shafiyah selalu menjawab tidak kenapa-napa lalu menormalkan mimik wajahnya lagi. Padahal Rafardhan tahu, Shafiyah sedang ada sesuatu.

Semenjak ada temannya tadi sore, Shafiyah memang seperti itu. Rafardhan tidak tahu apa yang terjadi antara mereka. Rafardhan hanya dapat menerka-nerka. Mungkin saja temannya itu membawa kabar yang tidak enak bagi Shafiyah. Tapi, kenapa Shafiyah tidak bercerita kepadanya?

Sejujurnya Rafardhan ingin membahas hal ini sejak tadi karena Rafardhan tidak mau bidadarinya itu kegelisahan. Tapi mau tidak mau Rafardhan harus menunggunya sampai malam karena waktu tadi dihabiskan bermain dan belajar bersama anaknya.

"Kenapa apanya? Aku nggak kenapa-napa, Mas."

Di satu sisi, Shafiyah kebingungan. Antara cerita-tidak, cerita-tidak, terus berdengung dikepalanya. Bila Shafiyah bercerita, Shafiyah takut Rafardhan marah, menuduhnya yang tidak-tidak. Rafardhan kan begitu. Jika dia cemburu, pasti dia selalu menyambung-nyambungkan kejadian yang bahkan tidak ada sambungannya. Parah, memang. Tapi Shafiyah sayang.

Bila Shafiyah tidak bercerita, Shafiyah tidak enak hati. Shafiyah itu tipikal orang yang tidak bisa menyembunyikan sesuatu apapun dari orang-orang yang begitu ia sayangi. Termasuk suaminya.

"Bidadari.. bidadari.." kata Rafardhan sambil geleng-geleng kepala, menghampiri Shafiyah yang baru saja keluar dari kamar mandi karena sehabis cuci muka. "Aku kenal kamu sehari dua hari emang? Kita tuh udah nikah empat tahun, sayang. Jadi aku hafal gerak-gerik kamu."

"Aku enggak kenapa-napa, Imamku," ujarnya lalu mengusap wajahnya dengan handuk.

"Yakin? Kamu tuh nggak bisa bohong sama aku, tau!" Rafardhan masih berusaha menggoda agar Shafiyah mau bercerita kepadanya. Shafiyah sudah pasti tahu bahwa Rafardhan tidak suka jika ada sesuatu masalah yang disembunyikan olehnya. Karena bagi Rafardhan, untuk apa dirinya ada jika masalah Shafiyah tidak dibagikan kepadanya? Rafardhan adalah suami Shafiyah, teman hidupnya.

Setelah Shafiyah menggantungkan handuk, dia menghembuskan napas dalam, menghadapnya, lalu mulutnya mulai terbuka. Namun sebelum Shafiyah bersuara, Rafardhan memotongnya dengan kalimat, "Sini deh, duduk dulu." Lalu Rafardhan membawa Shafiyah ke kursi panjang yang tersedia di kamar mereka. Kursi yang selalu mereka pakai untuk membaca buku bersama, dan beromantis ria.

Kekasih Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang