#72 : ISTNAAINI WA SAB'UUNA

9K 420 77
                                    

#72

Kullu nafsin zaaa'iqotul-mauut, summa ilainaa turja'uun.

"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan."

(QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 57)

ISTNAAINI WA SAB'UUNA:

Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'un. Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali.

KEKASIH UNTIL JANNAH.

72. Allah Begitu Sayang Rafardhan.

"Pagi, bidadari."

Hal pertama kali ketika Shafiyah membuka mata adalah ucapan selamat pagi dari suaminya itu. Tidak tahu pasti apakah suaminya itu memang sedang menatapnya sedari tadi atau tidak, karena begitu Shafiyah membuka mata, ia langsung melihat wajah suaminya yang sedang tersenyum lebar. Dia masih memakai baju koko, belum ganti pakaian sehabis shalat subuh tadi. Kebetulan belakangan ini Shafiyah sedang berhalangan, jadi Shafiyah selalu bangun sedikit lambat dari biasanya. Dan hari ini sepertinya hari terakhir Shafiyah berhalangan. Pagi ini ia berniat untuk bersih-bersih.

"Pagi kembali, suamiku," balas Shafiyah tak kalah manis. Shafiyah mengelus pipi Rafardhan dengan begitu lembut.

"Gimana tidurnya? Nyenyak? Kedinginan nggak? Ada nyamuk yang berani gigit bidadari nggak? Kalau ada, tunjukin ke aku nyamuk mana yang berani-beraninya gigit bidadariku ini," ujarnya membela, layaknya seorang panglima besar yang akan menyerang musuh karena sudah melukai pasukannya.

Shafiyah malah meledek, "Ceritanya mau jadi jagoan, nih?"

"Ya aku kan selalu mau jadi jagoan buat bidadariku ini dan anak aku,"

"Mas selalu jadi jagoan aku dan anak kita, Mas."

"Wish, ya jelas dong!" ujarnya sambil menyisir rambutnya ke samping. Dia ini tetap selalu pede setiap kali di puji.

Ketika mereka asyik bercengkrama, pintu kamar terbuka, memunculkan sosok Ilham yang berlari ke arah mereka. Begitu melihat Ilham mendekat, Rafardhan langsung memeluk Shafiyah begitu erat. Shafiyah faham. Pasti, sebentar lagi mereka akan cekcok.

"Umi!!!" Panggil Ilham begitu lucu dan menggemaskan. Tangan kecilnya itu berusaha melepaskan tangan Rafardhan dari tubuh Shafiyah.

"Apa sih? Ini Uminya Abi, Ham." Rafardhan justru kembali mengeratkan pelukannya pada Shafiyah.

"INI UMI ILHAM, ABI!!" balas Ilham tak mau kalah. Karena Rafardhan tak kunjung melepaskan pelukan dari Shafiyah, Ilham mencoba menerobos supaya Ilham ada di tengah-tengah mereka. Meski awalnya Rafardhan begitu keukeuh tidak mau jauh dari Shafiyah, tapi akhirnya ia mau mengalah juga. Setelah Ilham tidur bersama mereka, Rafardhan memeluk mereka; mendekapnya dengan dekapan hangat.

"Kalau Umi punya Ilham, terus Abi punya siapa dong?"

"Ilham kan sama Umi, Abi sama itu aja. Samaa... Pak Supri, ahahaha..."

"Hahaha..." Shafiyah pun ikut tertawa. Umi dan anak sama aja. Dasar.

"Oh jadi Ilham gitu ya sama Abi?" tanya Rafardhan dengan tangan yang memegang kedua pipi Ilham dengan gemas.

"Ahihihi... Ilham kan cuma bercanda, Abi," ujarnya, lantas mencium pipi Rafardhan. "Abi juga punya Ilham, lah..."

"Umi sama Abi punya Ilham. Ilham sayang Umi dan Abi," ujarnya begitu romantis. Pandai sekali Ilham romantis. Maklum lah, keturunan dari Abinya.

Kekasih Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang