#46
Fa waqo'al-haqqu wa bathola maa kaanuu ya'maluun.
"Maka terbuktilah kebenaran, dan segala yang mereka kerjakan jadi sia-sia."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 118)
SITTATUN WA 'ARBA'UUNA:
Jangan menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan yang ada di bumi. Karena bumi ini sifatnya sementara, sedang dosa pasti akan tetap menjadi pertanggungjawaban kita di akhirat, di hadapan Allah kelak.
KEKASIH UNTIL JANNAH.
46. Awal Atau Akhir?
"Dengar ya, bidadari..."
"Buat apa selama ini kamu berbohong? Aku kira kamu bahagia nikah sama aku, aku kira kamu seneng dengan pernikahan kita, aku kira kamu menikmati hidup bareng aku di sisa umur kamu. Tapi nyatanya? Kamu nerima lamaran aku karena aku cuman dijadiin pelampiasan aja di saat Daffa enggak ada. Iya kan?"
"Buat apa kamu nerima aku kalau hati kamu nggak sepenuhnya buat aku?"
"Selama ini aku selalu berusaha nerima kamu apa adanya. Dari mulai kamu nunggu seseorang yang memang orang itu bukan aku, sampai first kiss kamu di ambil orang, aku tetep terima kamu apa adanya karena aku sayang kamu. Allah udah nanemin rasa cinta aku ke kamu. Dan aku berusaha buat terima apapun yang udah terjadi sama kamu, aku berusaha ikhlas, Shafiyah..."
"Terus sekarang.., di saat aku semakin cinta dan sayang, di saat aku bener-bener ngejadiin kamu sebagai teman hidup dan aku takut kehilangan kamu, kenapa aku baru tahu kalau hati kamu dari dulu nggak bisa nerima aku seutuhnya?"
"Aku selalu berusaha setiap detiknya supaya kamu suka sama aku. Buat kamu nyaman, buat kamu seneng nikah sama aku. Tapi ternyata perjuangan aku nggak ada effect apa-apanya. Justru malah ngebuat aku semakin tersiksa sendiri."
"Dan sekarang aku baru sadar, bahwa hanya aku yang bahagia dengan pernikahan ini, sedangkan kamu enggak.."
"Mas, enggak gitu!" Shafiyah sedikit berteriak dengan air mata di pipi yang tidak mau berhenti mengalir. Tanpa peduli dengan perkataan Shafiyah, Rafardhan melanjutkan kalimatnya.
"Sekarang udah Daffa, silahkan kamu pergi sama laki-laki yang sejak dulu hati kamu selalu menunggunya. Pergilah. Jangan berbalik arah hanya karena kamu kasihan sama laki-laki yang nggak bisa buat kamu bahagia sepenuhnya."
"Aku lebih baik nggak di pilih sama sekali daripada aku di pilih cuman karena kasihan."
"Kenapa Mas seegois ini?" Shafiyah tidak bisa hanya diam saat ini. Dirinya berhak untuk membuka suara, mempertahankan keutuhan rumah tangganya. "Kenapa Mas nggak mau dengerin penjelasan aku dulu yang jelas-jelas aku enggak tahu apa-apa?"
"Sekarang liat aku, Mas! Tatap mata aku! Mas pasti nemuin ada cinta dimataku ke Mas. Kenapa Mas nggak bisa baca itu? Kenapa keyakinan Mas ke aku goyah gitu aja cuman gara-gara laki-laki yang ngaku ke Mas kalau dia itu Daffa?"
"Dia nggak ngaku-ngaku, Shafiyah."
"Dia bukan Daffa, Mas!"
"Bilang ke aku. Harus gimana aku jelasin semuanya supaya Mas percaya sama aku? Bilang Mas, bilang! Aku bakal lakuin itu! Apapun. Asal Mas percaya sama aku dan rumah tangga kita baik kayak dulu."
"Apa Mas lupa kalau kita sama-sama punya keinginan menjadi Kekasih Until Jannah? Bagaimana kita bisa menggapai surga Allah bersama-sama kalau dengan ombak yang menghantam aja Mas langsung mundur?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Until Jannah
Spiritual[Completed] Jika tahu bukti cinta itu dengan pernikahan, lalu kenapa harus menjatuhkan hati sebelum akad dimulai?