#Ekstra Part 2
Innal-insaana khuliqo haluu'aa.
"Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh."
(QS. Al-Ma'arij 70: Ayat 19)
EKSTRA PART 2:
Merindu pada seseorang yang memang sudah tidak ada lagi di bumi memang pedih.
KEKASIH UNTIL JANNAH.
Ekstra Part 2. Rindu Rafardhan.
Perasaan Shafiyah tidak tenang ketika Ilham belum pulang dari jam biasanya. Puluhan kali ia menelepon Mbak Ana untuk memastikan Ilham memang bersamanya, namun telepon Mbak Ana tidak aktif. Berulang kali juga Shafiyah mundar-mandir di teras depan-dapur, berharap saat itu juga Ilham datang dengan wajah cerianya. Mbak Ana juga, tumben sekali ponselnya tidak aktif. Jika sudah seperti ini, Shafiyah akan menghubungi siapa untuk menanyakan keberadaan Ilham?
Dengan memakai gamis berwarna pink dan kerudung pashmina yang senada, Shafiyah berdiri dari kursi. Matanya mengedar sekeliling mencari-cari. Setelah beberapa detik, Shafiyah duduk lagi dengan tangan yang mencoba menghubungi Mbak Ana tanpa putus asa. "Astaghfirullah, nak..., kamu di mana sayang? Umi khawatir," cemasnya sambil menunggu jawaban dari Mbak Ana. Meski jawaban dari sana memberitahu jika nomor Mbak Ana masih tidak aktif.
Ya Allah, jaga anak hamba karena Engkau penjaga yang tidak pernah lalai dalam menjaga hamba-hambaMu.
Karena tak kunjung datang, ke khawatiran Shafiyah semakin menjadi-jadi. "Mas... maafin aku yang udah lalai jadi Umi buat Ilham," adunya pada Rafardhan yang Shafiyah percaya suaminya itu mendengarkan.
Jika tahu akan seperti ini, mungkin tadi Shafiyah akan ikut menjemput Ilham bersama Mbak Ana. Shafiyah menyesal karena terlalu fokus pada pekerjaannya dibandingkan menjemput Ilham. Bagaimana ya, tadi Shafiyah tidak bisa meninggalkan pekerjaan itu barang sedetik pun. Dan Shafiyah percaya Ilham akan baik-baik saja dan pulang dengan semestinya seperti hari-hari biasa.
Saat Shafiyah sedang mengutak-atik ponsel untuk melepon Bunda-siapa tahu Ilham di rumah Bunda-suara klakson mobil terdengar nyaring, membuat Shafiyah menengok ke sumber suara. Perasaan Shafiyah begitu lega, senyum tipisnya terlukis di bibir Shafiyah begitu melihat anak semata wayangnya itu turun dari mobil dengan wajah ceria.
"Assalamu'alaikum, Umi!!" sapanya sambil berlarian kecil ke arahnya. Begitu sampai Ilham langsung memeluk dan menciumi Shafiyah. "Umi kenapa di luar?"
"Wa'alaikumsalam," jawab Shafiyah, Ilham menyalami tangannya. "Ilham dari mana aja? Kenapa baru pulang jam segini? Umi khawatir tahu," omel Shafiyah, sedangkan yang sedang diomelinya malah cekikikan. Persis seperti Rafardhan jika Shafiyah khawatir, pasti malah cekikikan, bukannya menenangkan.
Mbak Ana pun mendekat dengan wajah polosnya. "Mbak juga, kenapa ponselnya enggak aktif?"
"Ah masa sih Mbak?" tanyanya tidak percaya. Begitu ia cek ponselnya di dalam tas, Mbak Ana langsung menyunggingkan cengiran khasnya. "He-he-he... Maaf Mbak, ponselnya mati."
Mbak Ana terpaksa berbohong. Meski Mbak Ana sendiri tahu jika majikannya itu tidak suka dibohongi sedikitpun. Sebenarnya bukan hanya Shafiyah yang khawatir, tapi Mbak Ana juga. Begitu Mbak Ana sampai di sekolah, sekolahnya sudah sepi dan pintu gerbangnya sudah di tutup rapat-rapat, menandakan bahwa tidak ada lagi siswa di dalam sana. Sedangkan Ilham tidak ada dan belum bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Until Jannah
Spiritual[Completed] Jika tahu bukti cinta itu dengan pernikahan, lalu kenapa harus menjatuhkan hati sebelum akad dimulai?