#65 : KHAMSATUN WA SITTUNA

5.8K 358 35
                                    

#65

Innalloha laa yastahyiii ay yadhriba masalam maa ba'uudhotan fa maa fauqohaa, fa ammallaziina aamanuu fa ya'lamuuna annahul-haqqu mir robbihim.

"Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan."

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 26)

KHAMSATUN WA SITTUNA:

Kehidupan itu penuh teka-teki. Termasuk orang-orang di dalamnya.

KEKASIH UNTIL JANNAH.

65. Teka-Teki.

"Udah. Dia lembut banget, ya? Pantes Mas jagain hati dia dengan begitu baik."

Jawaban itu membuat Rafardhan mematung seketika. Duh, mau jelasin bagaimana ke Shafiyah? Masa harus bohong lagi? Duh, Raf, ente tuh banyak dosanya. Mau nambah-nambahin dosa sama istri sendiri?

Ya tapi kan mau gimana lagi? Daripada Shafiyah tahu, kan? Nanti Shafiyah nangis. Ya udah, bohong lagi dengan terpaksa.

Sembari membalikkan badan Rafardhan mengacak-acak rambutnya frustasi. Alhamdulillahnya Rafardhan ke rumah siang ini. Kalau tidak, Rafardhan tidak tahu apa yang terjadi. Mungkin dunianya hancur seiring air mata yang keluar dari mata Shafiyah bila Shafiyah tahu semuanya.

"Mas?" tegur seseorang yang saat itu tengah berdiri di ambang pintu rumah. Rafardhan langsung menormalkan mimik wajahnya ketika melihat bidadarinya itu.

"Ya sayang?"

"Udah ketemu sama tamunya?" tanyanya saat Rafardhan tepat di depan bidadarinya itu. Rafardhan menjawabnya dengan anggukan kecil, senyum tipis, lantas memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya. Hal yang jarang sekali Rafardhan lakukan.

"Kok aku enggak denger Mas ngobrol ya di dalem? Tamunya nggak di bawa masuk emang?"

Duh. Jadi ribet begini ya.

Rafardhan terdiam sebentar dengan otak yang mencari jawaban yang pas supaya Shafiyah tidak curiga kepadanya sedikitpun.

"Terus kok tadi aku liat Mas ngobrolnya di belakang mobil, sih? Sejak kapan Mas berlaku enggak sopan sama tamu? Kan di sini juga bisa, Mas. Udah aku sediain kursi sama mejanya juga,"

Masih dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana, Rafardhan mengatupkan bibirnya, berusaha se-biasa mungkin.

"Euuuu.." Menurut Psikologi, salah satu tanda seseorang sedang berbohong adalah mengacak-acak rambutnya, dan hal itu dilakukan oleh Rafardhan. "Dia buru-buru sayang," jawabnya kikuk.

"Tadi ngobrol di sini kok, terus pas mau pulang ngobrol dulu bentar di sana, hehehe," lanjutnya lagi, berusaha se-meyakinkan mungkin di depan Shafiyah.

Dan lagi, Shafiyah langsung mempercayai Rafardhan begitu saja. Bidadarinya itu hanya ber-oh ria. "Oh iya, bakso aku mana? Dibeliin kan?"

Setelah Shafiyah mengalihkan topik, Rafardhan baru bisa bernafas lega. Bertingkah laku seperti biasanya. Tidak ada apa-apa. Tidak ada kebohongan. "Apa sih yang nggak aku beliin buat bidadariku ini?"

"Udah jadi bapak-bapak masih aja suka ngerayu. Kesel," ujarnya sembari mencubit pipi Rafardhan gemas. Katanya kesel, tapi senyumnya malu-malu. Dasar bidadariku.

"Baksonya aja, kan?" tanyanya lagi. Setelah menjadi suami Shafiyah sekaligus Ayah dari anaknya, Rafardhan tahu jika Shafiyah hanya menyukai bakso tanpa dicampur dengan mie. Menurut Shafiyah mienya tidak enak. Apalagi dicampur dengan toge. Dia paling anti makan toge. Tidak hanya di satu penjual, di semua penjual bakso pun Shafiyah selalu pesan baksonya saja.

Kekasih Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang